Surah al-Hadid 57 ~ Tafsir ash-Shabuni (1/4)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Hadid 57 ~ Tafsir ash-Shabuni

057

SŪRAT-UL-ḤADĪD

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Surat-ul-Ḥadīd termasuk surat-surat Madaniyyah yang memfokuskan urusan syarī‘at, pendidikan dan arahan serta membangun masyarakat Islami atas ‘aqīdah yang jernih, akhlāq yang mulia dan undang-undang yang bijak.

Surat ini mengandung tiga pembahasan pokok, yaitu:

Pertama, bahwa alam itu seluruhnya milik Allah, Dia menciptakannya dan bertindak padanya dengan sekehendak-Nya.

Kedua, wajibnya mengorbankan diri dan harta-benda demi mengagungkan agama Allah dan mengangkat derajat Islam.

Ketiga, menggambarkan hakikat dunia dengan isinya sebagai sarana yang menipu, sehingga manusia tidak terpedaya olehnya.

Surat ini diawali dengan pembicaraan mengenai agungnya Sang Pencipta yang kepada-Nya bertasbīḥ segala sesuatu yang ada, baik pepohonan, bebatuan, tanah, manusia, hewan dan benda tak hidup. Semuanya mengucapkan keagungan-Nya dan bersaksi akan keesaan-Nya.

Kemudian surat ini menyebutkan nama-nama Allah yang indah dan tinggi. Dia-lah Yang Pertama tanpa permulaan, Yang Akhir; tanpa batas, Yang Tampak; dengan bukti ciptaan-Nya, Yang Bāthin; tidak seorang pun tahu hakekat-Nya. Dia-lah Pencipta manusia dan Yang mengurus makhlūq.

Kemudian setelah itu, surat ini berisi ayat-ayat yang mengajak kaum Muslimīn untuk berkorban, berderma dan infāq di jalan Allah dengan menyerahkan sesuatu yang mengagungkan Islam dan mengangkat derajatnya. Mu’min haruslah berjuang dengan jiwa dan harta-bendanya agar dia meraih kebahagiaan di dunia dan pahala di akhirat.

Surat ini juga memaparkan orang-orang mu’min dan orang-orang munāfiq. Orang mu’min cahayanya di hadapannya dan di sebelah kanannya. Sementara orang munāfiq membabi-buta dalam kegelapan, sebagimana hidup mereka di dunia bagaikan hewan dalam kegelapan kebodohan, sesat dan zhālim.

Surat ini juga membicarakan hakikat dunia dan akhirat dan menggambarkan keduanya dengan gambaran paling lembut. Dunia adalah negeri fanā’ dan pasti akan binasa serta musnah, bagaikan padi yang subur dan tumbuh dengan cepat karena turunnya hujan, kemudian menguning sehingga bagaikan rumput kering yang diterbangkan oleh angin. Sementara akhirat adalah negeri keabadian dan kekekalan, di mana tidak ada penat, letih, sedih maupun celaka.

Kemudian surat ini ditutup dengan tujuan terutusnya para rasūl, perintah untuk bertaqwā kepada Allah dan menerima petunjuk dari para rasūl dan nabi.

Penamaan Surat

Surat ini disebut surat-ul-Ḥadīd, sebab ḥadīd (besi) disebutkan di dalamnya. Besi merupakan kekuatan bagi manusia dalam perdamaian dan peperangan serta bermanfaat dalam bangunan dan perkampungan. Dengan besi jembatan-jembatan besar dibangun, baju-baju perang dibuat, pedang dan tombak juga berasal dari besi. Demikian juga alat-alat perang modern, alat transportasi modern dan alat-alat manusia lainnya.

 

TAFSIR SURAT AL-ḤADĪD

Sūrat-ul-Ḥadīd, Ayat: 1-15

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

سَبَّحَ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ. لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ يُحْيِيْ وَ يُمِيْتُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. هُوَ الْأَوَّلُ وَ الْآخِرُ وَ الظَّاهِرُ وَ الْبَاطِنُ وَ هُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ. هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضَ فِيْ سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَ مَا يَعْرُجُ فِيْهَا وَ هُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ إِلَى اللهِ تُرْجَعُ الْأُمُوْرُ. يُوْلِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَ يُوْلِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَ هُوَ عَلِيْمٌ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ. آمِنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَ أَنْفِقُوْا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُّسْتَخْلَفِيْنَ فِيْهِ فَالَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ أَنْفَقُوْا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيْرٌ. وَ مَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ الرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ لِتُؤْمِنُوْا بِرَبِّكُمْ وَ قَدْ أَخَذَ مِيْثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ. هُوَ الَّذِيْ يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَ إِنَّ اللهَ بِكُمْ لَرَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. وَ مَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَ للهِ مِيْرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ لَا يَسْتَوِيْ مِنْكُمْ مَّنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَ قَاتَلَ أُوْلئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِيْنَ أَنْفَقُوْا مِنْ بَعْدُ وَ قَاتَلُوْا وَ كُلًّا وَعَدَ اللهُ الْحُسْنَى وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ. مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَ لَهُ أَجْرٌ كَرِيْمٌ. يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُوْرُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَ بِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا ذلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ. يَوْمَ يَقُوْلُ الْمُنَافِقُوْنَ وَ الْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا انْظُرُوْنَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُّوْرِكُمْ قِيْلَ ارْجِعُوْا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوْا نُوْرًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُوْرٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيْهِ الرَّحْمَةُ وَ ظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ. يُنَادُوْنَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْ قَالُوْا بَلَى وَ لكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَ تَرَبَّصْتُمْ وَ ارْتَبْتُمْ وَ غَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللهِ وَ غَرَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُوْرُ. فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَ لَا مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلَاكُمْ وَ بِئْسَ الْمَصِيْرُ.

57: 1. Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbīḥ kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
57: 2. Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
57: 3. Dialah Yang Awwal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Bāthin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
57: 4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
57: 5. Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.
57: 6. Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
57: 7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasūl-Nya dan nafqahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafqahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
57: 8. Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasūl menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.
57: 9. Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (al-Qur’ān) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.
57: 10. Dan mengapa kamu tidak menafqahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafqahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafqahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
57: 11. Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,
57: 12. (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mu’min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak.
57: 13. Pada hari ketika orang-orang munāfiq laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.
57: 14. Orang-orang munāfiq itu memanggil mereka (orang-orang mu’min) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaithān) yang amat penipu.
57: 15. Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.

Tinjaun Bahasa.

(سَبَّحَ): mensucikan Allah dan mengagungkan-Nya.

(الْعَزِيْزُ): Yang Maha Kuat dan mengalahkan segala sesuatu.

(الْأَوَّلُ): yang mendahului segala yang ada.

(الْآخِرُ): yang kekal setelah fanā’-nya segala sesuatu.

(يَلِجُ): masuk.

(يَعْرُجُ): naik.

(الظَّاهِرُ): yang tampak dengan eksistensinya dengan bukti cipaan-Nya.

(الْبَاطِنُ): yang bāthin dengan hakikat dzāt-Nya dan tidak terlihat oleh mata.

(الْحُسْنَى): pahala yang baik maksudnya surga.

(انْظُرُوْنَا): nantikanlah kami.

(نَقْتَبِسْ): kami meminta cahaya yang menerangi dan petunjuk dengan cahaya kalian.

(سُوْرٍ): pembatas antara dua surga dan neraka.

(الْغَرُوْرُ): syaithān dan segala sesuatu yang menipu lainnya.

Tafsir Ayat.

Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbīḥ kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah)”; segala sesuatu yang ada di alam ini; manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya bertasbīḥ kepada Allah dan mengagungkan-Nya. Ash-Shāwī berkata: “Tasbih adalah mensucikan Allah dari segala yang tidak layak bagi-Nya, baik ucapan, perbuatan maupun keyakinan. Tasbīḥ makhlūq berakal dengan menggunakan lisan. Tasbīḥ makhlūq mati (benda mati) menggunakan sifat. Maksudnya, benda-benda tidak hidup itu menunjukkan kesucian Pencipta mereka dari segala cacat. Pendapat lain menegaskan, mereka juga bertasbīḥ dengan lisan, hanya saja kalian tidak mengerti tasbīḥ mereka.” (3621). Al-Khāzin berkata: “Tasbīḥ makhlūq berakal mensucikan Allah dari segala keburukan dan hal yang tidak layak dengan keagungan-Nya. Tasbīḥ makhlūq tidak berakal, baik yang bisa berbicara maupun benda padat pengertiannya dipersengketakan oleh ‘ulamā’. Ada yang berpendapat, tasbīḥ dengan menunjukkan Penciptanya, seakan-akan mereka mensucikan Allah. Pendapat lain, tasbīḥ-nya dengan ucapan juga. Hal ini diisyāratkan ayat: “Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbīḥ dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbīḥ mereka.” (al-Isrā’: 44). Ya‘ni dengan ucapan mereka. Yang benar tasbīḥ adalah ucapan yang hanya keluar dari makhlūq yang berakal dan mengenal Allah. Sedangkan selain makhlūq yang berakal, ada dua pendapat mengenai tasbīḥ-nya. Pertama, makhlūq tidak berakal itu menunjukkan (tasbīḥ) dan sebagai bukti keagungan dan kesucian Allah. Kedua, seluruh makhlūq tunduk kepada Allah dan Dia bisa bertindak sekehendak-Nya pada mereka. Jika kita mengikuti pendapat ini, maka yang dimaksud ayat: “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbīḥ kepada Allah” adalah bahwa para malaikat dan orang mu’min yang mengenal Allah. Jika tasbīḥ kita arahkan pada tasbīḥ ma‘nawi, maka seluruh bagian langit dan isinya, yaitu matahari, rembulan, bintang dan lainnya serta seluruh atom di bumi dan sisinya, yaitu gunung, laut, pohon dan lainnya, semuanya bertasbīḥ dan tunduk kepada keagungan Allah dan Dia bertindak pada mereka sesuai kehendak-Nya. Jika anda bertanya: “Dalam sebahagian surat disebutkan (سَبَّحَ) dengan bentuk fi‘il mādhī (kata kerja bentuk lampau) dan dalam sebahagian yang lain disebutkan (يُسَبِّحُ) dengan bentuk mudhāri‘ (kata kerja sekarang dan akan datang) apa maksudnya?” Jawabnya, ini untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu bertasbīḥ kepada Allah selama-lamanya tanpa terbatas oleh waktu. Pada masa lalu segala sesuatu bertasbīḥ kepada Allah dan pada masa akan datang segala sesuatu juga bertasbih kepada Allah selamanya.” (3632) “Dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu”; Dia-lah Yang mengalahkan urusan-Nya, tidak terlawan dan tidak tersaingi oleh apapun serta Yang Bijak dalam perbuatan-perbuatanNya. Dia hanya berbuat sesuatu sesuai dengan hikmah dan maslahat.

Kemudian Allah menyebukan kebesaran dan kekuasaan-Nya. “. Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan”; Allah Raja yang bertindak pada ciptaan-Nya, Dia menghidupkan siapa yang Dia kehendaki dan mematikan siapa yang Dia kehendaki. Al-Qurthubī berkata: “Allah mematikan orang-orang hidup di dunia dan menghidupkan orang-orang mati untuk hari berbangkit.” (3643) “Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”; tidak ada yang melemahkan Allah, baik di bumi maupun di langit. “Dialah Yang Awwal dan Yang Akhir”; keberadaan Allah tidak ada permulaannya dan tidak ada akhirnya. “Yang Lahir dan Yang Bāthin”; Dia tampak bagi ‘aqal (akal) dengan dalil-dalil yang menunjukkan eksistensi-Nya, Yang Bāthin yang tidak tercapai oleh penglihatan dan akal tidak mampu untuk mengetahui hakekat-Nya” (3654). Dalam hadits disebutkan: “Engkau-lah Yang Awwal sehingga tidak ada sesuatu sebelum Engkau, Engkaulah Yang Ākhir sehingga tidak ada sesuatu setelah Engkau, Engkaulah Yang Lahir sehingga tidak ada sesuatu di atas Engkau, Engkaulah Yang Bāthin sehingga tidak ada sesuatu di bawah Engkau.” (3665). Syaikh Zādah berkata: “Az-Zamakhsyarī penyusun al-Kasysyāf menafsirkan al-Bāthin dengan: Yang tidak bisa dicapai dengan indera. Penafsiran ini sejalan dengan pendapatnya bahwa mustahil makhlūq melihat Allah di akhirat. Namun yang benar Allah Maha Lahir dengan keberadaan-Nya yang jelas, Maha Bāthin dengan hakikat-Nya yang tidak diketahui siapapun. Allah mempunyai kedua sifat tersebut sekaligus, sejak zaman azali hingga selamanya.” (3676) “dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”; Allah Maha Tahu segala unsur terkecil hingga terbesar di alam ini, tidak ada yang lepas dari ‘ilmu-Nya, baik di bumi maupun di langit.

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa”; Allah menciptakan keduanya dalam enam hari. Seandainya menghendaki, tentu Allah menciptakan keduanya dalam sekejap mata. Hal tersebut untuk menyatakan keagungan-Nya dan kesempurnaan kuasa-Nya. Sebagaimana firman Allah: “Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi” (Saba’: 2) untuk menunjukkan kebijaksanaan-Nya dan kesempurnaan ‘ilmu-Nya: “Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy”; dengan semayam yang sesuai dengan keagungan-Nya tanpa bisa digambarkan maupun dibagaimanakan.” (3687). “Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya”; Allah Maha Tahu apa yang masuk ke dalam bumi; hujan dan orang-orang mati serta apa yang keluar darinya, yaitu hasil tambang, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. “dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya”; dan Allah Maha Tahu apa yang turun dari langit; rezeki, malaikat, rahmat dan siksa serta Maha Tahu apa yang naik ke langit; malaikat dan ‘amal shāliḥ. Ini sema‘na dengan ayat: “Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik.” (Fāthir: 10). “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada”; Allah hadir beserta setiap orang dengan ‘ilmu-Nya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Allah Maha Tahu di mana kalian berada.” Ibnu Katsīr berkata: “Ya‘ni; Allah mengawasi kalian dan melihat ‘amal perbuatan kalian di manapun kalian berada, di darat maupun di laut, di malam hari maupun siang hari, di rumah maupun di hutan. Semuanya sama bagi ‘ilmu Allah. Allah Maha Mendengar ucapan kalian, Maha Melihat tempat kalian dan Maha Tahu rahasia kalian serta bisikan kalian.” (3698). “Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”; Allah Maha Mengawasi para hamba dan melihat segala yang kecil maupun yang besar.

Catatan:

  1. 362). Ḥāsyiyat-ush-Shāwī ‘alā-l-Jalālain, 4/168.
  2. 363). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/29.
  3. 364). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/36.
  4. 365). Inilah pendapat paling rājiḥ dalam menafsiri azh-Zhāhir dan al-Bāthin dan Abū Su‘ūd serta al-Alūsī memilihnya.
  5. 366). Ini sebahagian hadits yang diriwayatkan oleh Imām Muslim dan Imām Aḥmad.
  6. 367). Ḥāsyiyatu Syaikh Zādah atas al-Baidhawī, 3/448.
  7. 368). Lihat perincian ma‘na semayam dalam surah al-A‘rāf.
  8. 369). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/445 dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan: “Umat Islam sepakat untuk mena’wili ayat ini bahwa ayat ini tidak maksudkan pada lahirnya yaitu kebersamaan dengan dzāt atau kesatuan Tuhan dengan makhlūq atau lebih dikenal menunggaling kawula gusti. Jadi maksud ayat ini; Allah bersama kalian dengan ‘ilmu dan kekuasaan-Nya. Al-Qurthubī berkata: “Maksud ayat ini; Allah bersama kalian dengan kekuasaan dan ‘ilmu-Nya.” Al-Baidhawī berkata: “Ya‘ni ‘ilmu dan kekuasaan Allah tidak pernah lepas dari kalian.” Al-Alūsī berkata: “Ayat ini menggambarkan ‘ilmu Allah meliputi hamba-Nya dan menggambarkan mereka tidak keluar dari ‘ilmu Allah di manapun mereka berada.” Menurut penulis; pendapat-pendapat yang dikutip dari ‘ulamā’ salaf dan khalaf tersebut menyanggah dan membantah orang yang melarang mena’wilkan al-Qur’ān secara mutlak. Sebab bagaimana mungkin kita memahami firman Allah mengenai kapal Nūḥ – misalnya -, “Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami.” (lafalnya “dengan mata kami”) (Qamar: 14), firman Allah kepada Musa: “Dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku” (Thāhā: 39) dan firman Allah: “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Qāf: 16) serta sabda Nabi s.a.w.: “Ḥajar Aswad adalah tangan kanan Allah di bumi.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *