Hati Senang

Surah al-Ghasyiyah 88 ~ Tafsir ash-Shabuni

Tafsir ash-Shabuni | Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

088

SŪRAT-UL-GHĀSYIYAH.

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-ul-Ghāsyiyah adalah surat Makkiyyah dan isinya membahas dua hal pokok, yaitu:

  1. Kiamat, sifat dan praharanya, apa yang dialami orang kafir dan mu’min. Orang kafir memperoleh petaka dan keletihan pada hari itu. Sementara orang mu’min pada hari itu menerima kebahagiaan dan ketenangan.
  2. Dalil, argument dan bukti keesaan dan kekuasaan Allah yang jelas dalam penciptaan unta yang mengagumkan, langit yang menakjubkan, gunung yang menjulang tinggi dan bumi yang membenteng luas. Semua itu menjadi bukti keesaan Allah dan keagungan kerajaan-Nya. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa seluruh manusia akan kembali kepada Allah untuk dihitung amalnya dan diberi balasan.

 

TAFSĪR SŪRAT-UL-GHĀSYIYAH.

Sūrat-ul-Ghāsyiyah: Ayat: 1-26.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِ. وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ. عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ. تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً. تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ. لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍ. لَا يُسْمِنُ وَ لَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍ. وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ. لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ. فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ. لَا تَسْمَعُ فِيْهَا لَاغِيَةً. فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ. فِيْهَا سُرُرٌ مَّرْفُوْعَةٌ. وَ أَكْوَابٌ مَّوْضُوْعَةٌ. وَ نَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌ. وَ زَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌ. أَفَلَا يَنْظُرُوْنَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ. وَ إِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ. وَ إِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ. وَ إِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ. فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ. لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ. إِلَّا مَنْ تَوَلَّى وَ كَفَرَ. فَيُعَذِّبُهُ اللهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ. إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

088:1. Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan.
088:2. Banyak muka pada hari itu tunduk terhina,
088:3. bekerja keras lagi kepayahan,
088:4. memasuki api yang sangat panas (neraka),
088:5. diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.
088:6. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri,
088:7. yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
088:8. Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
088:9. merasa senang karena usahanya,
088:10. dalam surga yang tinggi,
088:11. tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna.
088:12. Di dalamnya ada mata air yang mengalir.
088:13. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan,
088:14. dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya),
088:15. dan bantal-bantal sandaran yang tersusun,
088:16. dan permadani-permadani yang terhampar.
088:17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,
088:18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
088:19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
088:20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
088:21. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
088:22. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,
088:23. tetapi orang yang berpaling dan kafir,
088:24. maka Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang besar.
088:25. Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka,
088:26. kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.

Tinjauan Bahasa:

(الْغَاشِيَةِ): kiamat yang menyelimuti umat manusia dengan praharanya.

(خَاشِعَةٌ): hina dan tunduk.

(نَّاصِبَةٌ): lelah.

(ضَرِيْعٍ): sesuatu yang di dalam neraka seperti duri, pahit dan busuk.

(نَّاعِمَةٌ): indah, bersinar dan cemerlang.

(نَمَارِقُ): bantal ntuk bertela. Zuhair bersyair:

Orang dewasa dan pemuda yang tampan wajahnya.

Di atas ranjang yang berbaris dan juga bantal.” (9991).

(زَرَابِيُّ): tikar mahal.

(مَبْثُوْثَةٌ): terpisah-pisah di majlis-majlis.

(إِيَابَهُمْ): kembalinya mereka.

Tafsir Ayat:

Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan”; istifhām (pertanyaan) untuk membangkitkan rasa penasaran mendengarkan berita. Selain itu juga untuk mengingatkan dan mengagungkan urusan hari kiamat. Maknanya, hai Muḥammad, apakah sudah datang kepadamu berita peristiwa besar dan menegangkan yang menyelimuti umat manusia dengan prahara dan petakanya, yaitu hari kiamat? Ulama tafsir berkata: “Hari kiamat disebut al-ghāsyiyah (yang menyelimuti) sebab ia menyelimuti makhluk dengan prahara dan petakanya.” “Banyak muka pada hari itu tunduk terhina”; beberapa wajah pada hari itu tertunduk hina. “bekerja keras lagi kepayahan”; mereka terus-menerus bekerja dalam hal yang melelahkan dan menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Ulama tafsir berkata: “Ayat ini berlaku untuk orang kafir yang lelah dan celaka karena ditarik oleh rantai dan belenggu. Mereka masuk ke dalam neraka seperti masuknya kawanan unta ke dalam tanah lembek dan naik turun ke bukit neraka. Hal ini seperti yang dijelaskan Allah: “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” (al-Mu’min: 71-72). Ini balasan kesombongan mereka di dunia sehingga enggan menyembah Allah dan tenggelam dalam kesenangan dan syahwat: “memasuki api yang sangat panas (neraka)”; mereka masuk neraka yang menyala-nyala dan sangat panas. Ibnu ‘Abbās berkata: “Neraka itu dipanaskan, maka menyala-nyala menjilat dan membakar musuh-musuh Allah.” (10002) “diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas”; mereka diberi minum dengan mata air yang suhu panasnya mencapai puncak tertinggi.

Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri”; makanan ahli neraka hanya pohon berduri yang bernama syabraq tidak ada yang lain. Menurut kaum Quraisy, makanan terburuk dan paling menjijikkan. Pohon itu merupakan racun yang mematikan. Qatadah berkata: “Pohon itu adalah makanan yang paling buruk dan paling jelek.” (10013) Di sini Allah menuturkan, makanan ahli neraka adalah pohon berduri. Dalam sūrat al-Ḥāqqah Allah berfirman: “Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah.” (al-Ḥāqqah: 36). Tidak ada pertentangan antara kedua ayat ini. Siksa di dalam neraka bermacam-macam dan orang yang disiksa juga banyak macamnya. Ada yang makanannya zaqqum, ada yang makanannya pohon berduri, ada yang makanannya nanah darah. “yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar”; pohon itu sama sekali tidak menimbulkan kekuatan dan kegemukan pada badan serta tidak menghilangkan lapar. Abū Su‘ūd berkata: “Maksudnya, fungsi menggemukkan dan mengenyangkan tidak ada pada pohon berduri sebagaimana sifat makanan dunia. Diriwayatkan bahwa rasa lapar menguasai ahli neraka mereka. Sampai akhirnya mereka terpaksa memakan pohon berduri. Jika memakannya, mereka kehausan dan terpaksa meminum air yang panas yang membakar muka mereka dan memutuskan usus mereka.” (10024) “Dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.” (Muḥammad: 15).

Setelah menuturkan keadaan ahli neraka yang celaka, Allah meneruskannya dengan menuturkan ahli surga yang beruntung. “Banyak muka pada hari itu berseri-seri”; wajah-wajah orang mu’min pada hari kiamat berseri-seri dan bahagia, indah serta bersinar. Ini semakna dengan ayat: “Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan.” (al-Muthaffifīn: 24). “merasa senang karena usahanya”; puas dan tenang karena perbuatan yang mereka lakukan dan ketaatan mereka kepada Allah di dunia. Sebab, amal mereka membuahkan surga Firdaus, negeri orang-orang bertaqwa. “dalam surga yang tinggi”; mereka berada dalam beberapa taman dan kebun yang tinggi tempat dan derajatnya, sedangkan mereka merasa aman dalam kamar-kamar. “tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna”; di surga kamu tidak mendengar caci maki atau ucapan yang buruk. Ibnu ‘Abbās berkata: “Kamu tidak mendengar kebatilan maupun hal yang menyakitkan.” (10035).

Di dalamnya ada mata air yang mengalir”; di surga ada banyak mata air yang mengalirkan air. Di antaranya salsabil yang tidak akan terhenti mengalir untuk selamanya. Az-Zamakhsyarī berkata: “Yakni mata air yang banyak yang airnya mengalir.” (10046). “Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan”; di surga ada banyak ranjang yang tinggi, bertatahkan permata dan mutiara serta banyak bidadari. Jika wali Allah ingin duduk di atasnya, maka ranjang-ranjang itu merendah kepadanya.” (10057) “dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya)”; dan banyak bejana yang diletakkan di pinggir mata air. Ia dipersiapkan untuk diminum tanpa membutuhkan orang yang menuangkanya. “dan bantal-bantal sandaran yang tersusun”; dan banyak bantal yang sebagian yang tersusun sebagai sandaran. “dan permadani-permadani yang terhampar”; di surga juga terdapat banyak permadani yang indah berdeludru sutra tipis dan terhampar di setiap sisi surga.

Kemudian Allah menuturkan bukti-bukti dan keesaan-Nya. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”; tidakkah umat manusia memperhatikan dan berfikir tentang unta? bagaimana Allah menciptakannya dengan bentuk yang unik dan tiada duanya sebagai bukti kekuasaan Penciptanya? Dalam at-Tasḥīl disebutkan, ayat ini mengandung dorongan untuk berfikir mengenai bentuk penciptaan unta. Sebab, unta mempunyai banyak keajaiban. Ia begitu kuat namun tunduk kepada manusia yang lemah, sangat tahan haus dan banyak manfaatnya, menjadi kendaraan muat, dimakan dagingnya, air susunya dan sebagainya.” (10068) “Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?”; dan langit yang kokoh dan menakjubkan, bagaimana Allah meninggikannya tanpa tiang maupun pilar? “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?”; gunung-gunung yang tinggi, bagaimana ditegakkan di bumi, kokoh dan kuat tanpa terguncang? “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”; bumi yang di atasnya mereka hidup, bagaimana Allah menghamparkannya dan dibentangkan. Sehingga dengan leluasa ditinggali manusia dan bisa ditanami berbagai tumbuhan di atasnya? Al-Alūsī berkata: “Hal tersebut tidak bertentangan dengan pendapat, bahwa bumi bulat atau mendekati bulat sebab bumi amat besar dibanding ukuran manusia.” (10079) Hikmah penentuan beberapa benda tersebut di dalam al-Qur’an adalah karena ia diturunkan kepada bangsa ‘Arab dan mereka seringkali bepergian di lembah dan hutan sendirian. Jika seseorang jauh dari kota, maka dia berfikir. Hal yang pertama kali dia lihat adalah unta yang dia kendalikan. Lalu dia memperhatikan sebagai makhluk yang menakjubkan. Jika dia memandang ke atas, maka dia hanya menemukan langit. Jika dia memandang ke bawah, maka dia hanya memandang bumi. Itulah sebabnya Allah menyebutkan beberapa benda tersebut. Ibnu Katsīr berkata: “Allah mengingatkan orang Badui untuk memperhatikan unta yang dia kendarai, langit yang ada di atasnya, gunung yang ada di hadapannya, bumi yang ada di bawahnya sebagai dalil bahwa Penciptanya, Tuhan Yang Agung, satu-satunya yang berhak disembah.” (100810).

Setelah menuturkan bukti dan argumen-argumen ketauhidan dan sikap orang kafir yang enggan mengambil pelajaran darinya, Allah menyuruh Nabi s.a.w. untuk menasihati dan mengingatkan mereka: “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan”; hai Muḥammad, maka nasihatilah mereka dan peringatkan mereka. Mereka memang enggan memperhatikan dan merenung tapi itu jangan membuatmu sedih. Sebab, kamu hanya pemberi peringatan dan petunjuk. “Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”; kamu tidak berkuasa atas mereka dan tidak pemaksa mereka. Kamu tidak bisa memaksa mereka untuk beriman. “tetapi orang yang berpaling dan kafir”; namun barang siapa berpaling dari nasihat dan peringatan serta kufur kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Kuasa. “maka Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang besar”; Allah menyiksanya dengan siksa Jahannam yang kekal. Al-Qurthubī berkata: “Allah menyatakan “yang besar” sebab di dunia mereka telah mengalamni siksaan-siksaan kecil seperti lapar, paceklik, dibunuh dan ditawan.” (100911). “Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka”; hanya kepada Kami mereka kembali setelah mati. “kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.”; lalu Kami-lah yang akan menghitung dan menimbang mereka dan memberi balasan.

Aspek Balaghah:

Dalam sūrat-ul-Ghāsyiyah mengandung sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:

Pertama, gaya bahasa memancing rasa penasaran:

هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِ.

Apakah sudah datang kepadamu berita tentang hari yang menyelimuti?

Kedua, ungkapan majāz mursal dengan mengucapkan sebagian namun menghendaki semuanya:

وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ.

Wajah mereka pada saat itu tertunduk” Maksudnya semua organ tubuh mereka tertunduk.

Ketiga, thibāq pada huruf antara:

إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ

Dan

عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

Keempat, jinās isytiqāq (dua kata dari satu akar kata dalam satu kalimat)

فَيُعَذِّبُهُ الْعَذَابَ

Dan

فَذَكِّرْ مُذَكِّرٌ

Kelima, perbandingan antara wajah orang berbakti dan wajah orang durhaka.

وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ. عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ.

Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan.

Allah membandingnya dengan:

وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ. لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ.

Banyak muka pada hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya.”

Keenam, sajak yang indah tanpa dipaksakan. Misalnya:

لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ. فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ. لَا تَسْمَعُ فِيْهَا لَاغِيَةً.

Catatan Penting:

Diriwayatkan bahwa ‘Umar bin Khaththāb r.a. ketika tiba di Syam, seorang pendeta tua yang renta dan hitam mendatanginya. Ketika melihatnya, ‘Umar menangis. Lalu beliau ditanya: Wahai Amīr-ul-Mu’minīn, apa yang membuatmu menangis? Padahal dia Nasrani. ‘Umar menjawab: “Kami ingat firman Allah:

وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ. عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ.

Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan.

Maka saya menangis karena kasihan padanya.” (101012).

Catatan:

  1. 999). Rūḥ-ul-Ma‘ānī (30/115).
  2. 1000). Tafsīr-ul-Khāzin (4/237).
  3. 1001). Mukhtasharu Ibni Katsīr (3/632).
  4. 1002). Tafsīru Abī Su‘ūd (5/259).
  5. 1003). Tafsīr-uth-Thabarī (30/104).
  6. 1004). Rūḥ-ul-Ma‘ānī (30/115).
  7. 1005). Mukhtasharu Ibni Katsīr (3/633).
  8. 1006). At-Tasḥīl 4/196. Secara khusus Allah menyebutkan unta, sebab unta adalah hewan paling berharga bagi bangsa ‘Arab dan paling banyak manfaatnya. Itulah sebabnya unta disebut kapal padang pasir. Lihatlah bentuknya yang ajaib. Ia sangat kuat, namun tunduk kepada anak kecil yang lemah. Ia duduk untuk diberi muatan, lalu berdiri membawa benda yang berat jika dibawa oleh orang banyak yang kuat. Di samping itu, unta sabar lapar dan haus dalam beberapa hari bisa mencapai jarak yang jauh, dan mau memakan semua tumbuhan di hutan serta keajaiban lainnya. Betapa Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.
  9. 1007). Ulama kita menetapkan, bahwa bumi bulat, sebagaimana Fakhruddīn-ur-Rāzī, Abū Su‘ūd dan al-Alūsī, sebagaimana sebagian sudah kami kutip dalam sūratu Luqmān. Adapun bahwa bumi dihamparkan atau dibentangkan, hal itu karena manusia memandang besarnya bumi atau menurut pandangan orang yang memandang. Maka di dalam al-Qur’an tidak ada sesuatu yang melawan hakikat ilmiah.
  10. 1008). Mukhtasharu Ibni Katsīr (3/634).
  11. 1009). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/37).
  12. 1010). Lihat Mukhtasharu Ibni Katsīr (3/632).
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.