105
Sūrat-ul-Fīl adalah surat Makkiyyah yang berbicara mengenai pasukan gajah ketika mereka bermaksud merobohkan Ka‘bah. Lalu, Allah mengembalikan rencana jahat mereka kepada mereka sendiri. Allah melindungi Ka‘bah dari sikap sombong mereka. Allah mengutus makhluk-Nya yang paling lemah kepada Abrahah al-Asyram, yaitu burung yang membawa batu kecil pada paruh dan kakinya. Namun batu itu lebih merusak dan menghancurkan daripada peluru yang mematikan. Allah membinasakan pasukan Gajah Abrahah dan menghancurkan mereka sampai ke akar-akarnya. Hal itu menjadi sejarah yang penting pada tahun kelahiran seorang pimpinan seluruh makhluk, Muḥammad s.a.w. pada tahun 570 M dan sejarah itu termasuk irhash (tanda) terbesar bagi kebenaran kenabian Muḥammad.
TAFSĪR SŪRAT-UL-FĪL
Sūrat-ul-Fīl: Ayat: 1-5.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيْلِ. أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍ. وَ أَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيْلَ. تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍ. فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ
105:1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah.
105:2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka‘bah) itu sia-sia?,
105:3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
105:4. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
105:5. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
(أَبَابِيْلَ): berkelompok-kelompok, sebagiannya di belakang yang lain. Al-Jauharī berkata: “Kata ini termasuk jama‘ yang tidak ada mufrad-nya.” (11351).
(سِجِّيْلٍ): tanah liat yang mengeras.
(عَصْف): daun tanaman setelah dipanen, seperti kulit jagung dan jerami. Disebut demikian, angin mencerai-beraikannya ke kanan dan ke kiri.
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah”; tidakkah sampai kepadamu hai Muḥammad dan tidakkah kamu tahu dengan benar, seakan-akan terlihat dengan mata, apa yang diperbuat Allah terhadap pasukan gajah yang bermaksud jahat kepada Ka‘bah? Ulama tafsir berkata: “Diriwayatkan bahwa Abrahah al-Asyram, Raja Yaman, mendirikan sebuah gereja di kota Sana dan dia ingin agar umat manusia berhaji ke gereja tersebut. Kemudian datanglah seorang lelaki dari kabilah Kinanah pada malam hari. Ia berak dan melumuri tembok gereja itu dengan najis untuk menghinanya. Maka Abrahah marah dan bersumpah untuk merobohkan Ka‘bah. Dia mendatangi Makkah dengan pasukan besar di atas gajah yang dipimpin oleh seekor gajah terbesar. Ketika dia sampai dekat Makkah, penduduk Makkah melarikan diri ke gunung-gunung karena takut kepada pasukan dan kekejaman Abrahah. Allah mengutus kawanan burung hitam kepada pasukan Abrahah. Masing-masing burung membawa tiga buah batu, satu di paruh dan dua di kaki. Burung-burung itu melempar mereka dengan bebatuan. Maka seakan-akan masuk ke kepala seseorang dan keluar dari duburnya. Lalu, dia menjadi badan tanpa nyawa. Akhirnya Allah membinasakan mereka seluruhnya tanpa kecuali dan kisah mereka menjadi pelajaran bagi mereka yang mau mengambil pelajaran. (11362) Abū Su‘ūd berkata: “Dalam ayat ini Allah berfirman: “Kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak” dan tidak berfirman: Tidakkah kamu memperhatikan apa yang diperbuat Tuhanmu. Ini untuk menciptakan rasa takut dan ngerinya peristiwa tersebut. Juga untuk menjelaskan, bahwa peristiwa itu terjadi dengan cara yang menakutkan serta mengagumkan sebagai bukti kekuasaan Allah, kesempurnaan ilmu-Nya dan kemuliaan Muḥammad s.a.w. Sebab, peristiwa itu termasuk irhash. Diriwayatkan bahwa peristiwa itu terjadi pada tahun di mana Muḥammad dilahirkan.” (11373).
“Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka‘bah) itu sia-sia?” ; tidakkah Allah membinasakan mereka dan menjadikan makar mereka untuk merobohkan Ka‘bah gagal dan merugi? “Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong”; Allah menguasakan mereka kepada pasukan-Nya dari bangsa burung yang datang dengan berkelompok-kelompok, berbondong-bondong, sebagian setelah yang lain dan mengepung mereka dari segala penjuru. “Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar”; bangsa burung itu melempari mereka dengan batu-batu kecil dari tanah yang membatu, seakan-akan peluru berat yang tidak mengena seseorang, kecuali ia mati. “Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”; burung-burung itu membuat mereka bagaikan daun pohon yang diterbangkan oleh angin dan dimakan hewan. Lalu, dikeluarkan sebagai kotoran. Allah membinasakan mereka tanpa kecuali. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah memuliakan Ka‘bah dan Dia memberi nikmat kepada kaum Quraisy dengan menghalau musuh mereka. Karena itu, seharusnya kaum Quraisy itu menyembah Allah dan berterima kasih kepada-Nya atas nikmat ini. Di samping itu, peristiwa tersebut mengandung keajaiban kekuasaan Allah untuk menghukum musuh-musuhNya. Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan, Allah menghalau musuh yang besar itu pada tahun kelahiran Nabi s.a.w. sebagai irhash bagi kenabian beliau. Sebab, datangnya kawanan burung dengan cara di atas, termasuk hal yang tidak wajar dan mu‘jizat yang terjadi menjelang diutusnya Nabi. Allah menghancurkan mereka dengan pasukan-Nya yang paling lemah, yaitu burung yang biasanya tidak membunuh.” (11384).
Dalam sūrat-ul-Fīl terdapat sejumlah keindahan bahasa dan sastra sebagaimana berikut ini:
Pertama, istifhām untuk memantapkan dan menyuruh kagum:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ
Kedua, menunjukkan firman kepada Nabi s.a.w. menunjukkan kemuliaan beliau di sisi Allah;
فَعَلَ رَبُّكَ
Ketiga, tasybīh mursal mujmal (فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ). Perabot tasybīh disebut dan segi tasybīh dibuang.
الْفِيْلِ، تَضْلِيْلٍ، سِجِّيْلٍ، أَبَابِيْلَ.
Berkat pertolongan Allah, tafsir sūrat-ul-Fīl selesai.