Surah al-Fil 105 ~ Tafsir al-Jailani

Dari Buku: TAFSIR al-Jaelani
Oleh: Syekh ‘Abdul-Qadir Jaelani
Penerjemah: Abdul Hamid

Penerbit: PT. SAHARA intisains

Surah ke 105; 5 ayat
Al-Fīl
(gajah)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Pembuka Surah al-Fīl.

Orang yang dapat menyingkap kandungan sifat-sifat Ilahi dan cakupan nama-namaNya yang baik atas semua unsur alam; pasti mengetahui bahwa ia antara sifat-sifatNya Yang Maha Menguasi lagi Maha Mengalahkan, yang dititipkan di semua bagian alam – pada saat keinginan-Nya berkaitan dengan memperlihatkan kekuasaan – , itu bisa lebih jelas terlihat dibandingkan dengan semua molekul dan semut yang ada, sesuai dengan kekuasaan-Nya Yang Maha Besar, melalui perbuatan yang menakjubkan dan menyisakan dampak yang sangat kuat, di mana dampak tersebut dapat mengejutkan akal dan menggetarkan pendengaran.

Fenomena ini sama sebagaimana berita yang disampaikan Allah s.w.t. kepada kekasih-Nya, Muḥammad s.a.w., dalam surah ini yang berfungsi untuk menguatkan beliau dan menjadikannya siap menerima pendidikan dari-Nya. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang Maha Mampu lagi Maha Berkuasa atas segala sesuatu yang termasuk dalam cakupan ilmu dan kehendak-Nya, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepada semua hamba-Nya di mana Dia mengatur segala urusan mereka sesuai dengan hikmah-Nya yang unggul, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada mereka dengan cara mengantarkan mereka ke derajat ketuhanan yang tertinggi.

Ayat 1.

(أَلَمْ تَرَ) [Apakah kamu tidak memperhatikan] dan tidak mengetahui keyakinan ilmiah yang kamu peroleh dengan cara mendengar, di mana keyakinan ini bisa sampai pada taraf keyakinan yang bersifat pasti karena lebih banyak mendengar, dibandingkan hanya sekadar percaya. Kemudian Allah s.w.t. mengulangi pertanyaan-Nya dengan berfirman, (فَعَلَ رَبُّكَ) [bagaimana Rabbmu telah bertindak] – di mana Dialah yang telah mengajarimu dengan risalah-Nya wahai Rasul yang paling sempurna, membuat agamamu dapat mengalahkan agama-agama lainnya, dan menyelamatkanmu dari semua musuhmu dengan kekuatan-Nya yang Maha Mengalahkan – , (بِأَصْحَابِ الْفِيْلِ) [terhadap tentara gajah]. Yaitu pasukan Abrahah bin ash-Shabah al-Asyram, penguasa Yaman yang diutus oleh Ashamah an-Najasyi.

Abrahah berniat menghancurkan Ka‘bah yang dibangun oleh Allah s.w.t. Ia keluar menuju Makkah bersama pasukannya seraya mengendarai gajah. Namun di antara gajah-gajah tersebut, ada satu gajah yang bertubuh sangat besar bernama Maḥmūd. Ketika ia diperintahkan untuk menghancurkan suatu bangunan, ia akan langsung menghancurkan bangunan tersebut saat itu juga. Karena inilah mereka menamainya dengan Maḥmūd.

Adapun penyebab Abrahah ingin menghancurkan Ka‘bah adalah karena ia telah membangun sebuah gereja di Shana‘a yang diberi nama Qulais dengan tujuan agar para jama‘ah haji berpaling dari Mekkah ke Shan‘a. Ketika berita tentang keinginan Abrahah tersebar, seorang lelaki dari Bani Kinānah – pada suatu malam – pergi ke gereja Qulais, lalu buang air besar di situ dan melumuri mihrab gereja dengan kotorannya. Ketika tindakan si lelaki ini terdengar oleh Abrahah, ia pun marah besar dan bersumpah: “Demi Allah, aku akan menghancurkan Makkah.”

Ia pun keluar menuju Makkah bersama pasukan dan gajah-gajahnya hingga akhirnya ia sampai di daerah sekitar Makkah. Ketika ia memerintahkan gajah yang paling besar itu untuk menghancurkan Makkah (terutama bangunan Ka‘bah), gajah itu tetap diam dan tidak mau berjalan ke arah Makkah. Akhirnya mereka memukul dan menekan gajah tersebut agar mau berjalan ke arah Ka‘bah, namun ia tetap tidak mau. Padahal ketika mereka menghadapkan gajah itu ke selain arah ka‘bah, gajah itu langsung lari dengan cepatnya. Namun pada saat ia dihadapkan ke arah Ka‘bah, ia tidak mau berjalan sama sekali. Mereka pun akhirnya kebingungan sendiri menghadapi tingkah laku si gajah, sebagaimana yang dikatakan Allah s.w.t.

Ayat 2.

(أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ) [Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka] yang bersekongkol ingin menghancurkan Ka‘bah dan memalingkan para peziarah dari Ka‘bah ke Qulais yang telah mereka bangun (فِيْ تَضْلِيْلٍ) [itu menjadi sia-sia], tidak berguna, dan akhirnya hancur?

Ayat 3.

(وَ) [Dan] mengapa tipu daya mereka bisa sia-sia dan hancur? Sebab (أَرْسَلَ) [Dia telah mengirimkan], sesuai dengan kekuasaan-Nya yang Maha Mengalahkan, (عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيْلَ) [kepada mereka burung yang berbondong-bondong] dan berkelompok-kelompok dalam jumlah yang besar sekali dari satu jenis burung.

Ayat 4.

Setiap burung membawa tiga butir batu (تَرْمِيْهِمْ) [yang melempari mereka], yakni melempari pasukan Abrahah (بِحِجَارَةٍ) [dengan batu] yang berasal (مِّنْ سِجِّيْلٍ) [dari tanah yang terbakar].

Ayat 5.

(فَجَعَلَهُمْ) [Lalu Dia menjadikan mereka], karena terlalu sering dilempari batu tersebut, (كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ) [seperti daun-daun yang dimakan], yakni seperti jerami yang dimakan binatang ternak dan binatang ternak itu pun membuangnya lagi sebagai kotoran. Lalu kotoran itu berserakan di mana-mana karena tertiup angin. Dengan demikian, karena kemarahan Allah s.w.t. yang begitu besar kepada mereka, mereka menjadi seperti debu yang beterbangan oleh tiupan angin.

 

Penutup Surah al-Fīl.

Wahai salik yang takut pada kekuatan Allah s.w.t. dan menjaga diri dari keperkasaan dan kebesaran-Nya, dalam semua keadaan dan periode yang kamu lalui dalam hidup, kamu harus berada di antara perasaan takut pada kebesaran Allah s.w.t. dan berharap pada keindahan-Nya. Jangan sampai ada satu desahan pun dari tarikan nafasmu yang tidak diiringi oleh salah satu dari dua perasaan ini.

Ringkasnya, janganlah kamu merasa putus asa dari menggapai rahmat Allah s.w.t. dan janganlah kamu bergantung pada kedermawanan-Nya. Ketahuilah bahwa Allah s.w.t. selalu mengawasi keadaanmu dan mengetahui sesuatu yang ada dalam dirimu, yang bisa jadi kamu sendiri tidak mengetahuinya. Jadilah kamu sebagai golongan orang-orang yang ikhlas, jangan menjadi golongan orang-orang yang putus asa. Sesungguhnya Dzat Yang Mengawasimu adalah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Melihat.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *