Surah al-Falaq 113 ~ Tafsir asy-Syaukani

Dari Buku:
TAFSIR FATHUL-QADIR
(Jilid 12, Juz ‘Amma)
Oleh: Imam asy-Syaukani

Penerjemah: Amir Hamzah, Besus Hidayat Amin
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

SURAH AL-FALAQ

 

Surah ini meliputi lima ayat

Surah ini diturunkan di Makkah menurut pernyataan al-Hasan, ‘Ikrimah, ‘Atha’. Dan diturunkan di Madinah menurut salah satu pernyataan Ibnu ‘Abbas dan Qatadah.

Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Bazzar, ath-Thabrani, dan Ibnu Mardawaih melalui beberapa jalur, as-Suyuthi berkata: Ini shaḥīḥ dari Ibnu Mas‘ud bahwa ia menggabungkan mu‘awwidzatain di dalam Mushaf, ia berkata: “Janganlah kalian mencampur-adukkan al-Qur’an dengan yang bukan darinya, keduanya tidak termasuk dari Kitabullah, hanya saja Nabi s.a.w. memerintahkan untuk berlindung dengan keduanya, dan Ibnu Mas‘ud tidak membaca dengan keduanya.

Al-Bazzar berkata: “Tidak ada seorang pun yang mengikuti Ibnu Mas‘ud dari kalangan para sahabat, dan telah shaḥīḥ dari Nabi s.a.w. bahwa beliau membaca keduanya di dalam shalat dan menetapkan keduanya di dalam mushaf.

Ahmad, al-Bukhari, an-Nasa’i, dan yang lainnya meriwayatkan dari Zir bin Hubaisy, ia berkata: Aku tiba di Madinah dan bertemu dengan Ubay bin Ka‘b, maka aku berkata kepadanya: “Wahai Ibnu Mundzir, sesungguhnya aku melihat Ibnu Mas‘ud tidak mencantumkan mu‘awwidzatain di dalam mushafnya, dan berkata: “Demi Dzat yang mengutus Muhammad dengan kebenaran, aku benar-benar telah menanyakan kepada Rasulullah s.a.w. tentang keduanya, dan tidak pernah ada yang bertanya kepadaku semenjak aku bertanya kepada beliau selain kamu.” Ia berkata: dikatakan kepadaku, “katakanlah” lalu aku pun mengatakannya, maka katakanlah oleh kalian, kami mengatakan sesuai yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w.” (3721).

Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Mas‘ud, bahwa Nabi s.a.w. ditanya tentang kedua surah ini, dan beliau bersabda: (قِيْلَ لِيْ فَقُلْتُ فَقُوْلُوْا كَمَا قُلْتُ) “Dikatakan kepadaku, lalu aku mengatakannya, maka katakanlah oleh kalian seperti yang aku katakan.” (3732).

Diriwayatkan oleh Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan yang lainnya dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: (أُنْزِلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ آيَاتٍ لَمْ أَرَ مِثْلَهُنَّ قَطُّ: “قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ”، وَ “قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ) “Diturunkan kepadaku malam ini beberapa ayat yang tidak pernah aku melihat yang sepertinya sama sekali: “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh,” dan “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” (3743).

Diriwayatkan oleh Ibn-udh-Dhurais, Ibn-ul-‘Anbari, al-Hakim dan ia menilainya shahih, Ibnu Mardawaih, dan al-Baihaqi di dalam asy-Syu‘ab dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata: aku berkata: “Wahai Rasulullah, bacakanlah kepadaku surah Yusuf dan surah Hud.” Beliau pun bersabda: (يَا عُقْبَةُ اقْرَأْ بِقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، فَإِنَّكَ لَنْ تَقْرَأَ سُوْرَةً أَحَبُّ إِلَى اللهِ وَ أَبْلَغُ مِنْهَا فَإِذَا اسْتَطَعْتَ أَنْ لَا تَفُوْتَكَ فَافْعَلْ) “Wahai Uqbah, bacalah “qul a‘ūdzu bi rabb-il-falaq….” sesungguhnya engkau tidak membaca sebuah surah yang lebih dicintai Allah dan lebih mengena darinya, jika kamu bisa untuk tidak melupakannya, maka lakukanlah.” (3754).

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa‘d, an-Nasa’i, al-Baghawi, dan al-Baihaqi dari Abu Habis-il-Juhani, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: (يَا أَبَا حَابِسٍ أَخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ مَا تَعَوَّذَ بِهِ الْمُتَعَوِّذُوْنَ؟ قَالَ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، وَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، هُمَا الْمُعَوِّذَتَانِ) “Wahai Abi Habis, (maukah) aku beritahu kamu yang paling utama untuk dijadikan perlindungan oleh orang-orang yang memohon perlindungan?” ia menjawab: “Baik, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Qul a‘ūdzu bi rabb-il-falaq” dan “Qul a‘ūdzu bi rabb-in-nās” keduanya adalah mu‘awwidzatain (dua perlindungan).” (3765).

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia menilainya ḥasan, Ibnu Mardawaih, dan al-Baihaqi dari Abu Sa‘id al-Khudri, ia berkata: “Sebelumnya Rasulullah s.a.w. biasa memohon perlindungan dari kejahatan jin dan kejahatan manusia, dan tatkala diturunkan dua surah mu‘awwidzatain maka beliau menggunakannya dan meninggalkan selainnya.” (3776).

Diriwayatkan oleh Abu Daud, an-Nasa’i, al-Hakim dan ia menilainya shaḥīḥ dari Ibnu Mas‘ud: bahwa Nabi s.a.w. membenci sepuluh perkara: di antaranya bahwa beliau membenci ruqyah dengan mu‘awwidzatain.” (3787).

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: (مِنْ أَحَبِّ السُّوَرِ إِلَى اللهِ: قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، وَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) “Di antara surah-surah yang paling dicintai Allah: “Qul a‘ūdzu bi rabb-il-falaq” dan “Qul a‘ūdzu bi rabb-in-nās.”

Diriwayatkan oleh an-Nasa’i, Ibn-udh-Dhurais, Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya, Ibnu ‘Anbari, dan Ibnu Mardawaih dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata: Rasulullah s.a.w. merengkuh kedua pundakku, kemudian beliau berkata: (اقرأ) “Bacalah.” Aku berkata: “Apa yang harus aku baca demi bapak dan ibuku sebagai tebusanmu.” Beliau membaca: (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh.” Kemudian ia berkata: “Demi bapak dan ibuku sebagai tebusanmu, apa yang harus aku baca?” Beliau membaca: (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ) “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (Yang memelihara dan menguasai) manusia.” dan kamu tidak membaca dengan yang seperti keduanya.” (3798).

Malik di dalam al-Muwaththa’ meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah bin ‘A’isyah: bahwa Rasulullah s.a.w. apabila mengeluhkan sesuatu, beliau membacakan mu‘awwidzatain untuk dirinya dan meniup, dan ketika beliau telah parah sakitnya, aku membacakan untuk beliau dan aku mengusapkan tangan beliau untuk beliau dan aku mengharapkan keberkahan kedua tangan beliau.” (3809) Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam kitab Shaḥīḥ keduanya melalui jalur Malik dengan sanad tersebut. (38110).

‘Abd bin Humaid meriwayatkan di dalam Musnad-nya dari Zaid bin Arqam, ia berkata: Seseorang dari kaum Yahudi menyihir Nabi s.a.w., lalu beliau mengeluh, maka turunlah Jibril kepada beliau dengan membawa mu‘awwidzatain, dan Jibril berkata: Sesungguhnya seseorang dari kaum Yahudi telah menyihirmu dan sihirnya terdapat di sumur fulan, maka Nabi s.a.w. memerintahkan ‘Ali (untuk mengambilnya) dan ‘Ali pun membawanya dan memerintahkan agar melepas ikatan yang ada, dan beliau membaca sebuah ayat, maka ikatan itu pun terbuka hingga Nabi s.a.w. berdiri seolah-olah baru terlepas dari sebuah ikatan.” (38211) Ibnu Mardawaih dan al-Baihaqi meriwayatkannya dari hadits ‘A’isyah yang panjang. Juga Ibnu Mardawaih meriwayatkannya dari hadits Ibnu ‘Abbas.

Banyak terdapat hadits-hadits mengenai keutamaan mu‘awwidzatain dan bahwa Rasulullah s.a.w. membaca keduanya di dalam shalat, dan yang telah kami sebutkan di atas telah cukup.

Juga ath-Thabrani meriwayatkan di dalam ash-Shaghīr dari ‘Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Seekor kalajengking pernah mengantup/menyengat Rasulullah s.a.w. pada saat beliau shalat, maka tatkala beliau telah selesai, beliau berkata: (لَعَنَ اللهُ الْعَقْرَبَ لَا تَدَعُ مُصَلِّيًا وَ لَا غَيْرَهُ) “Semoga Allah melaknat kalajengking ini, ia tidak membiarkan orang yang shalat dan yang lainnya.” Kemudian beliau meminta dibawakan air dan garam lalu mengusapkan padanya (bekas sengatan) dan membaca: “Qul yā ayyuh-al-kāfirūn”, “qul huwallāhu aḥad,”, “qul a‘ūdzu bi rabb-il-falaq” dan “qul a‘ūdzu bi rabb-in-nās.” (38312).

Unduh Rujukan:

  • [download id="12862"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *