089
SŪRAT-UL-FAJAR.
Pokok-pokok Kandungan Surat.
Sūrat-ul-Fajar adalah surat Makkiyyah. Surat ini membicarakan tiga hal pokok berikut ini:
- Kisah sebagian umat yang mendustakan rasul-rasul Allah. Misalnya, kaum ‘Ād, Tsamūd, kaum Fir‘aun. Allah menjelaskan siksa dan kehancuran yang menimpa mereka karena kedurhakaan mereka. “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ād?”
- Menjelaskan sunnah (hukum yang diberlakukan) Allah dalam menguji para hamba pada kehidupan ini berupa kebaikan maupun keburukan, kaya dan miskin serta tabiat manusia sebagai makhluk yang sangat cinta kepada materi. “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya…”
- Menjelaskan akhirat dengan berbagai peristiwa yang menyertainya berupa prahara dan petakanya. Kemudian terpisahkan manusia di hari kiamat menjadi dua; orang yang beruntung dan orang yang celaka. Selanjutnya menjelaskan tempat kembali jiwa yang jahat dan jiwa yang mulia dan pilihan. “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya”
TAFSĪR SŪRAT-UL-FAJAR
Sūrat-ul-Fajar: Ayat: 1-30.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
وَ الْفَجْرِ. وَ لَيَالٍ عَشْرٍ. وَ الشَّفْعِ وَ الْوَتْرِ. وَ اللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ. هَلْ فِيْ ذلِكَ قَسَمٌ لِّذِيْ حِجْرٍ. أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ. إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ. الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ. وَ ثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ. وَ فِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ. الَّذِيْنَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ. فَأَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَ. فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ. إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ. فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَ نَعَّمَهُ فَيَقُوْلُ رَبِّيْ أَكْرَمَنِ. وَ أَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُوْلُ رَبِّيْ أَهَانَنِ. كَلَّا بَلْ لَا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَ. وَ لَا تَحَاضُّوْنَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ. وَ تَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَّمًّا. وَ تُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا. كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا. وَ جَاءَ رَبُّكَ وَ الْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا. وَ جِيْءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَ أَنَّى لَهُ الذِّكْرَى. يَقُوْلُ يَا لَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْ. فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ. وَ لَا يُوْثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ. يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ. ارْجِعِيْ إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً. فَادْخُلِيْ فِيْ عِبَادِيْ. وَ ادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
089:1. Demi fajar,
089:2. dan malam yang sepuluh,
089:3. dan yang genap dan yang ganjil,
089:4. dan malam bila berlalu.
089:5. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.
089:6. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ād?,
089:7. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,
089:8. yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,
089:9. dan kaum Tsamūd yang memotong batu-batu besar di lembah,
089:10. dan kaum Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),
089:11. yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
089:12. lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,
089:13. karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti adzab,
089:14. sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.
089:15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”.
089:16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”.
089:17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,
089:18. dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
089:19. dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil),
089:20. dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
089:21. Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut,
089:22. dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris.
089:23. dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.
089:24. Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”
089:25. Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya,
089:26. dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya.
089:27. Hai jiwa yang tenang.
089:28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.
089:29. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hambaKu,
089:30. dan masuklah ke dalam surga-Ku.
Tinjauan Bahasa:
(حِجْرٍ): akal dan hati. Al-Farrā’ berkata: “Bangsa ‘Arab mengatakan: Orang itu “dzul-ḥijr”; mempunyai akal, jika dia mampu menundukkan nafsunya dan menguasainya. Makna asalnya mencegah dan menghalangi. Akal disebut demikian, sebab ia menghalanginya dari sikap bodoh. Seorang pujanga berkata:
“Bagaimana ia diharapkan berbuat?
Yang bisa diharap hanya pemuka yang berakal.” (10111).
(جَابُوا): memotong dan melewati.
(التُّرَاثَ): warisan.
(لَّمًّا): sangat, makna asalnya banyak.
(جَمًّا): banyak dan besar. Seorang penyair berkata:
“Jika Engkau mengampuni, Engkau mengampuni yang banyak
Mana hamba yang tidak berdosa kepada-Mu?”
Tafsir Ayat:
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh”; ini sumpah Allah. Maknanya, Aku bersumpah demi subuh ketika mengusir kegelapan malam dan demi sepuluh malam berkah mulai tanggal 1 Dzulhijjah. Kesepuluh hari itu adalah hari-hari kesibukan haji. (10122) Ulama tafsir berkata: “Allah bersumpah demi fajar sebab saat itu hati khusyu‘ di hadirat Tuhan. Allah bersumpah dengan malam-malam yang utama dan berkah yaitu 10 hari Dzulhijjah, sebab ia merupakan hari paling utama dalam setahun. Sebagaimana disebutkan dalam Shaḥīḥ Bukhārī: “Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih disukai Allah padanya daripada hari-hari ini (yakni 10 hari Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak juga jihād fī sabīlillāh? Nabi s.a.w. menjawab: “Tidak juga jihād fi sabīlillāh, kecuali lelaki yang keluar, dirinya dan hartanya (untuk perang di jalan Allah), lalu tidak kembali sesuatupun dari hal itu.”
“dan yang genap dan yang ganjil”; dan Aku bersumpah demi yang berpasangan dan yang sendirian dari segala sesuatu. Seakan-akan Allah berfirman: “Aku bersumpah demi segala sesuatu. Sebab segala sesuatu adakalanya berpasangan atau tunggal. Atau Aku bersumpah demi Pencipta (Maha Esa) dan makhluk-Nya. Sebab Allah ganjil dan makhluk-Nya ada yang jantan dan betina, alias berpasangan.” (10133) “dan malam bila berlalu”; dan Aku bersumpah demi malam jika berlalu dengan pergerakan alam semesta yang mengagumkan. Malam dibatasi dengan berlalunya. Jelas hal itu menunjukkan kekuasaan Allah dan kesempurnaan nikmat-Nya.
“Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal”; bukankah pada benda-benda tersebut terdapat sumpah meyakinkan bagi orang yang berakal? Pertanyaan ini untuk menetapkan kebesaran benda-benda yang digunakan sumpah. Seakan-akan Allah berfirman: Sesungguhnya ini sumpah yang besar bagi orang yang mempunyai akal. Barang siapa mempunyai akal, maka dia akan mengetahui bahwa sesuatu yang digunakan bersumpah oleh Allah mengandung keagungan dan bukti-bukti keesaan dan ketuhanan Allah. Karena itu, benda-benda tersebut layak digunakan bersumpah karena menunjukkan Pencipta. Al-Qurthubī berkata: “Kadang Allah bersumpah demi nama-Nya dan sifat-Nya karena ilmu-Nya dan bersumpah demi perbuatan-Nya karena kekuasaan-Nya. Firman Allah: “Dan penciptaan laki-laki dan perempuan.” (al-Lail: 3). Allah kadang bersumpah demi ciptaan-Nya, seperti ayat: “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari.” (asy-Syams: 1) “Demi langit dan yang datang pada malam hari.” (ath-Thāriq: 1) “Demi fajar dan malam yang sepuluh.” (10144).
Jawab atau inti sumpah dalam kalimat ini dibuang. Kalimat lengkapnya adalah: Demi benda-benda ini, pasti orang-orang kafir itu disiksa. (10155).
Tujuan sumpah tersebut ditunjukkan oleh firman Allah selanjutnya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ād?”; hai Muḥammad, belumkah sampai kepadamu apa yang diperbuat Allah kepada ‘Ād kaumnya Hud? “. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi”; kaum ‘Ād adalah penduduk Iram yang memiliki bangunan tinggi dan tinggal di Ahqāf antara Oman dan Hadramaut (Yaman). “yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain”; Allah belum pernah menciptakan kabilah seperti ‘Ād dalam hal kekuatan dan besarnya postur tubuh. Tujuan ayat ini ingin memperingatkan penduduk Makkah dengan apa yang diperbuat kepada ‘Ād ini. Bagaimana Allah membinasakan mereka. Padahal mereka lebih panjang umurnya dan lebih dahsyat kekuatannya daripada penduduk Makkah? Ibnu Katsīr berkata: “Yang dimaksudkan adalah ‘Ād pertama, yaitu kabilah di mana Nabi Hūd diutus kepada mereka. Mereka mendustakannya dan menentangnya. Mereka durhaka, nakal, kejam, tidak taat kepada Allah dan mendustakan rasul-Nya. Allah mengingatkan, bagaimana Dia menghancurkan dan membinasakan mereka serta menjadikan mereka sebagai pelajaran. (10166) “dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah”; demikian juga kaum Tsamud yang memotong batu gunung dan memahatnya untuk rumah-rumah di Wadil-Qura. “Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.” (al-Ḥijr: 82). Tempat tinggal mereka di Ḥijr, antara Ḥijāz dan Tabuk. Ulama tafsir berkata: “Orang yang pertama kali memahat gunung dan bebatuan serta marmer adalah kabilah Tsamūd. Dengan kekuatan mereka menjadikannya sebagai rumah tinggal bagi mereka. Mereka membangun seribu tujuh ratus kota, semuanya dengan batu di Wadil-Qura.” (10177).
Catatan:
- 1011). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/43).
- 1012). Ini pendapat jumhur dan diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās. Pendapat lain, sepuluh akhir dari Ramadhan, sebab di antaranya terdapat Lailat-ul-Qadar. Ini juga riwayat dari Ibnu ‘Abbās, namun pendapat pertama lebih rajih.
- 1013). Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās dan Mujāhid. Juga ada riwayat dari Ibnu ‘Abbās, bahwa yang genap adalah hari raya ‘Īd-ul-Adhḥā karena tanggal sepuluh dan yang ganjil adalah hari ‘Arafah karena tanggal sembilan. Masih ada banyak pendapat selain di atas.
- 1014). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/41).
- 1015). Lihat Rūḥ-ul-Ma‘ānī oleh al-Alūsī (30/122)
- 1016). Mukhtashar Ibnu Katsīr (3/636).
- 1017). Lihat Tafsīr-ul-Qurthubī (19/48) dan al-Baḥr-ul-Muḥīth (8/470).