085
Sūrat-ul-Burūj termasuk surat-surat Makkiyyah yang menjelaskan hakikat akidah Islam. Inti surat adalah paparan peristiwa para pembuat parit yang mengisahkan pengorbanan jiwa manusia demi mempertahankan ‘aqidah dan keimanan.
Surat ini dimulai dengan sumpah demi langit yang mempunyai banyak bintang yang mengagumkan dan garis orbitnya yang amat besar di mana bintang-bintang berputar. Juga sumpah demi hari kiamat, dengan para rasul, dengan makhluk bahwa orang-orang yang berdosa pasti binasa dan hancur. Mereka adalah orang-orang yang melemparkan kaum muslimin ke dalam api agar mereka meninggalkan Islam. “Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.”
Setelah itu, surat ini membicarakan ancaman dan peringatkan bagi orang-orang jahat itu atas perbuatan buruk dan tercela mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu’min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka adzab jahannam dan bagi mereka adzab (neraka) yang membakar.”
Kemudian surat ini membahas kekuasaan Allah dalam menghukum musuh-musuhNya yang menjadi cobaan bagi para hamba dan kekasih-Nya. “Sesungguhnya adzab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, yang mempunyai ‘Arasy lagi Maha Mulia.”
Sūrat-ul-Burūj ditutup dengan kisah penjahat kejam, Fir‘aun, kehancuran dan kebinasaan yang menimpanya beserta kaumnya akibat kejahatan dan durhaka mereka “Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang (yaitu kaum) Fir‘aun dan (kaum) Tsamūd? Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan, padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur’ān yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauḥ Maḥfūzh.” Sebuah penutupan yang mengagumkan dan sesuai dengan isi sūrat-ul-Burūj.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
وَ السَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوْجِ. وَ الْيَوْمِ الْمَوْعُوْدِ. وَ شَاهِدٍ وَ مَشْهُوْدٍ. قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُوْدِ. النَّارِ ذَاتِ الْوَقُوْدِ. إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُوْدٌ. وَ هُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُوْنَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ شُهُوْدٌ. وَ مَا نَقَمُوْا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوْا بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِ. الَّذِيْ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ. إِنَّ الَّذِيْنَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوْبُوْا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَ لَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيْقِ. إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيْرُ. إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيْدٌ. إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَ يُعِيْدُ. وَ هُوَ الْغَفُوْرُ الْوَدُوْدُ. ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدُ. فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ. هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ الْجُنُوْدِ. فِرْعَوْنَ وَ ثَمُوْدَ. بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِيْ تَكْذِيْبٍ. وَ اللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُّحِيْطٌ. بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيْدٌ. فِيْ لَوْحٍ مَّحْفُوْظٍ.
85: 1. Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
85: 2. dan hari yang dijanjikan,
85: 3. dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
85: 4. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit,
85: 5. yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,
85: 6. ketika mereka duduk di sekitarnya,
85: 7. sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.
85: 8. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
85: 9. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
85: 10. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu’min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka adzab Jahannam dan bagi mereka adzab (neraka) yang membakar.
85: 11. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.
85: 12. Sesungguhnya adzab Tuhanmu benar-benar keras.
85: 13. Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali).
85: 14. Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih,
85: 15. yang mempunyai ‘Arasy lagi Maha Mulia,
85: 16. Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
85: 17. Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang,
85: 18. (yaitu kaum) Fir‘aun dan (kaum) Tsamūd?
85: 19. Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan,
85: 20. padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka.
85: 21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur’ān yang mulia,
85: 22. yang (tersimpan) dalam Lauḥ maḥfūzh.
(الْأُخْدُوْدِ): galian yang memanjang pada tanah seperti parit.
(قُتِلَ): terkutuk dengan laknat paling buruk.
(نَقَمُوْا): mengejek dan membenci.
(بَطْشَ): menghukum dengan keras.
(يُبْدِئُ): menciptakan pertama kali dengan kuasa-Nya.
(الْمَجِيْدُ): Maha Agung dan Maha Besar.
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang”; Aku bersumpah demi langit yang mengagumkan yang memiliki garis orbit yang tinggi dan menjadi tempat bintang-bintang pada saat beredar. Ulama tafsir berkata: “tempat orbit disebut gugusan karena jelasnya dan diserupakan dengan istana karena tingginya. Gugusan itu merupakan garis-garis orbit bintang-bintang yang beredar.” “dan hari yang dijanjikan”; dan Aku bersumpah demi hari yang dijanjikan, yaitu hari kiamat. Ia merupakan hari yang dijanjikan Allah kepada makhluk-Nya. Allah berfirman: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya.” (an-Nisā’: 87). “dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.”; Aku bersumpah demi Muḥammad dan para nabi yang bersaksi atas umat-umat mereka pada hari kiamat dan demi seluruh umat dan makhluk yang berkumpul di padang Maḥsyar untuk menerima perhitungan. Ini senada dengan ayat: “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muḥammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (an-Nisā’: 41). Pendapat lain menegaskan, yang menyaksikan adalah umat Muḥammad dan yang disaksikan adalah umat lainnya. Ini ditegaskan ayat: “agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muḥammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (9731) (al-Baqarah: 143).
“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit”; ini inti pesan sumpah dan kalimat ini merupakan doa. Yakni, semoga Allah melaknat para pembuat parit yang menggali tanah dengan memanjang dan menjadikannya beberapa parit. Lalu mereka menyalakan api pada parit itu untuk membakar kaum muslimin. Al-Qurthubī berkata: “Ukhdūd adalah belahan galian besar yang memanjang pada bumi seperti parit.” Ibnu ‘Abbās berkata: “Setiap kata (قُتِلَ) dalam al-Qur’ān berarti dilaknat.” (9742). Kemudian Allah menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan “ukhdūd”. “yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar”; api besar yang menyala-nyala berbahan bakar kayu dan api itu dinyalakan orang kafir untuk membakar kaum muslimin. Abū Su‘ūd berkata: “Ayat ini menunjukkan api itu demikian besar dan nyalanya tinggi dengan kayu bakar yang banyak.” (9753). Tujuan ayat ini ingin menegaskan api itu sangat besar.
Kemudian Allah menyebutkan kekafiran orang-orang berdosa itu dengan berfirman: “ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman”; ketika mereka duduk di sekitar api sambil merasa puas dengan membakar kaum muslimin di dalamnya dan mereka menyaksikan perbuatan keji itu. (9764). Tujuan ayat ini ingin memperingatkan kaum kafir Quraisy, sebab mereka menyiksa kaum muslimin dari kaumnya agar meninggalkan Islam. Maka Allah menyebutkan kisah para pemilik (penggali) parit sebagai ancaman bagi orang kafir sekaligus hiburan bagi kaum muslimin yang disiksa. Kemudian Allah berfirman: “Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”; tidak ada dosa bagi orang mukmin yang disiksa dan tidaklah orang kafir menyiksa mereka kecuali karena orang-orang yang disiksa itu beriman kepada Allah Yang Maha Menang. Orang yang berlindung kepada-Nya tidak akan kalah. Allah Maha Terpuji dalam segala perbuatan dan firman-Nya. Tujuan ayat ini ingin menegaskan penyebab mereka disiksa dan dibakar dengan api. Penyebab itu hanyalah mereka beriman kepada Allah. Padahal itu bukan dosa yang menyebabkan hukuman yang ditimpakan kepada mereka. “Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi”; Tuhan Yang Maha Agung itu adalah Maha Raja segala sesuatu yang agung dan disanjung. Dalam al-Baḥr al-Muḥīth, disebutkan: “Allah menuturkan sifat-sifat yang karenanya Dia berhak diimani, bahwa Dia Maha Perkasa; Maha Menang, Maha Kuasa dan siksa-Nya ditakuti. Maha Terpuji; pemberi nikmat yang berhak dipuji karena nikmat-Nya. Raja langit dan bumi; segala yang ada pada keduanya layak untuk menyembah-Nya dan tunduk kepada-Nya. Allah menyebutkan sifat-sifat tersebut untuk menegaskan dan menetapkan eksistensi. Ini karena penyebab kaum muslimin disiksa oleh para pemilik parit adalah kebenaran yang ditentang oleh orang yang bergelimang dalam kesesatan.” (9775) “dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu”; Allah melihat perbuatan para hamba-Nya dan tidak ada yang samar bagi-Nya dari keadaan mereka. Ini janji bagi mukmin dan ancaman bagi kafir.
Kemudian Allah menolak dengan keras pengingkaran orang kafir yang menyiksa kaum muslimin dengan berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu’min laki-laki dan perempuan”; mereka menyiksa kaum muslimin lelaki dan perempuan dengan api agar meninggalkan agama Islam. “kemudian mereka tidak bertobat”; lalu orang-orang itu tidak meninggalkan kekafiran dan kedurhakaan mereka, “maka bagi mereka adzab Jahannam dan bagi mereka adzab (neraka) yang membakar”; mereka memperoleh siksa neraka Jahannam yang hina dan menghinakan karena kekafiran mereka. Mereka juga memperoleh siksa yang membakar dengan keras karena telah membakar kaum muslimin selama di dunia. Setelah menuturkan tempat kembali orang kafir, Allah menyebutkan tempat kembali orang mukmin, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh”; orang-orang yang menyatukan keimanan yang sebenarnya dan amal yang saleh, “bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”; bagi mereka kebun yang rindang dan di bawah istana-istananya mengalir sungai-sungai surga. Ath-Thabarī berkata: “Yaitu, sungai arak, susu dan madu.” (9786) “itulah keberuntungan yang besar”; itulah kesuksesan besar dalam meraih cita-cita. Tidak ada kebahagiaan maupun kesuksesan di atasnya.
Kemudian Allah menjelaskan hukuman-Nya yang berat kepada musuh-musuh para rasul dan wali-Nya. “Sesungguhnya adzab Tuhanmu benar-benar keras”; hukuman dan siksa Allah kepada orang kafir yang kejam dan zhalim adalah sangat berat dengan tingkat yang mencapai puncak. Abū Su‘ūd berkata: “Yang dimaksudkan adzab adalah menghukum dengan keras. Jika disifati dengan keras, maka berlipat ganda kerasnya. Yaitu, hukuman Allah kepada orang-orang sadis dan zhalim. Hukuman itu berupa siksa dan adzab.” (9797). “Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali)”; Allah-lah Maha Pencipta yang menciptakan makhluk dari ketiadaan, lalu menciptakan kembali mereka setelah mati. “Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”; Dia-lah yang menutupi dosa-dosa hamba-Nya yang mukmin, Maha Pengasih; yang berbuat baik kepada para wali dan mencintai mereka. Ibnu ‘Abbās berkata: “Allah mencintai para wali-Nya sebagaimana salah seorang dari kalian mencintai saudaranya.” (9808) “yang mempunyai Arasy”; Penguasa ‘Arasy yang agung. ‘Arasy dinisbatkan kepada Allah. Secara khusus ‘Arasy disebutkan, sebab ia adalah makhluk Allah terbesar, lebih besar dari tujuh langit. Penciptaan ‘Arasy dengan sifat tersebut menunjukkan kebesaran Penciptanya. “lagi Maha Mulia”; Allah adalah Maha Mulia, Maha Tinggi di atas seluruh makhluk, memiliki sifat dengan seluruh keagungan dan kesempurnaan. “Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya”; Allah berbuat dan memutuskan apa yang Dia kehendaki. Tidak ada yang mengoreksi keputusan-Nya dan tidak ada yang menolak apa yang Dia takdirkan. Al-Qurthubī berkata: “Sesuatu yang Dia kehendaki tidak ada yang gagal.” (9819) Diriwayatkan, ketika dalam sakit menjelang kematiannya, Abū Bakar r.a. ditanya: Apakah dokter telah melihatmu? Abū Bakar menjawab: “Ya.” Mereka bertanya: Apa kata-Nya? Abū Bakar menjawab: “Sesungguhnya Aku berbuat apa yang Aku kehendaki.” (mengutip ayat di surat al-Burūj ini)” (98210).
“Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang”; pertanyaan untuk membuat penasaran. Yakni, hai Muḥammad, apakah sudah sampai kepadamu berita kaum kafir yang bersatu padu menyerang para rasul dan nabi? Apakah sudah sampai kepadamu apa yang menimpa mereka berupa hukuman dan siksa? Al-Qurthubī berkata: “Tujuan ayat ingin menghibur dan menenteramkan Nabi s.a.w. Kemudian Allah menjelaskan siapa mereka. Allah berfirman: “(yaitu kaum) Fir‘aun dan (kaum) Tsamūd”; mereka adalah Fir‘aun dan Tsamūd yang kuat dan gagah perkasa. Mereka lebih kuat dan hebat tenaganya daripada kaummu. Meskipun demikian, Allah menghukum mereka karena dosa mereka. “Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan”; kafir akan al-Qur’an tidak mampu mengambil pelajaran dari apa yang menimpa orang-orang yang mendustakan itu. Sebaliknya mereka tetap mendustakan. Maka kaum Quraisy lebih kufur dan durhaka daripada Fir‘aun dan Tsamūd. “padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka”; Allah Maha Kuasa atas mereka. Mereka tidak lepas dari-Nya dan tidak akan dapat melemahkan-Nya. Sebab, mereka berada dalam genggaman-Nya dalam setiap detik. “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur’ān yang mulia”; yang mereka dustakan ini adalah kitab yang agung, mulia dan keagungannya tak terkira. Ia lebih tinggi daripada kitab-kitab langit dari segi mu‘jizat, susunannya dan kebenaran maknanya. “yang (tersimpan) dalam Lauḥ maḥfūzh”; Al-Qur’ān berada dalam Lauḥ Maḥfūzh yang ada di langit, terjaga dari penambahan dan pengurangan serta perubahan.
Dalam Sūrat-ul-Burūj ini mengandung keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:
Pertama, thibāq antara (يُبْدِئُ) memulai dan (يُعِيْدُ) mengembalikan.
Kedua, jinās isytiqāq (dua kata sejenis dari sisi akar katanya) (شَاهِدٍ) saksi dan (مَشْهُوْدٍ) yang disaksikan.
Ketiga, menguatkan sanjungan dengan sesuatu yang menyerupai celaan.
وَ مَا نَقَمُوْا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوْا بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِ.
“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”
Seakan Allah berfirman: Tidak ada dosa bagi mereka, kecuali iman mereka kepada Allah. Padahal iman termasuk kebesaran dan kebanggaan yang terbesar bukan dosa.
Keempat, perbandingan antara tempat kembali mu’min dan tempat kembali kafir:
إِنَّ الَّذِيْنَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ
Allah membandinginya dengan (إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ).
Kelima, gaya bahasa membuat penasaran agar mereka mendengarkan kisah:
هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ الْجُنُوْدِ
“Apakah pernah sampai kepadamu pembicaraan tentang pasukan?”
Keenam, shīghat mubālaghah (penegasan dengan makna lebih banyak dan lebih kuat).
فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ، الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِ.
dan lainnya.
Ketujuh, keserasian tiap akhir ayat. Misalnya:
وَ الْيَوْمِ الْمَوْعُوْدِ، وَ شَاهِدٍ وَ مَشْهُوْدٍ، قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُوْدِ، النَّارِ ذَاتِ الْوَقُوْدِ.
Ini termasuk keindahan bahasa (badī‘) yang indah disebut sajak.
Wallāhu a‘lam.