Hati Senang

Surah al-Bayyinah 98 ~ Tafsir as-Sa’di

TAFSĪR AL-QUR’ĀN
(Judul Asli: TAISĪR-UL-KARĪM-IR-RAḤMĀNI FĪ TAFSĪRI KALĀM-IL-MANNĀN)

Penyusun: Syaikh ‘Abd-ur-Raḥmān bin Nāshir as-Sa‘dī


(Jilid ke 7 dari Surah adz-Dzāriyāt s.d. an-Nās)

Penerjemah: Muhammad Iqbal, Lc.
Izzudin Karimi, Lc.
Muhammad Ashim, Lc.
Mustofa Aini, Lc.
Zuhdi Amin, Lc.

Penerbit: DARUL HAQ

سُوْرَةُ الْبَيِّنَةِ

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

(Bukti Nyata)
Surat ke-98: 8 ayat
Makkiyyah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ. رَسُوْلٌ مِّنَ اللهِ يَتْلُوْ صُحُفًا مُّطَهَّرَةً. فِيْهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ. وَ مَا تَفَرَّقَ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ. وَ مَا أُمِرُوْا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ وَ يُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَ يُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَ ذلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ. إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أُوْلئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ. إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ. جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا رَّضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَ رَضُوْا عَنْهُ ذلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ.

098:1. Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
098:2. (yaitu) seorang Rasūl dari Allah (Muḥammad) yang membacakan lembaran yang disucikan (al-Qur’ān),
098:3. di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus.
098:4. Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al-Kitāb (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
098:5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
098:6. Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitāb dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
098:7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
098:8. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.
(al-Bayyinah: 1-8).

Tafsir Ayat:

(1). Allah s.w.t. berfirman: (لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ) “Orang-orang kafir dari ahli kitab,” yakni dari kalangan Yahudi dan Nasrani, (وَ الْمُشْرِكِيْنَ) “dan orang-orang musyrik,” dari segenap umat, (مُنْفَكِّيْنَ) “tidak akan meninggalkan” kekufuran dan kesesatan mereka. Artinya, mereka senantiasa berada dalam kesesatan. Tidaklah waktu berlalu melainkan mereka semakin kufur, (حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ) “sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,” yakni bukti yang jelas.

(2-3). Kemudian Allah s.w.t. menjelaskan bukti nyata tersebut seraya berfirman: (رَسُوْلٌ مِّنَ اللهِ) “(yaitu) seorang Rasūl dari Allah,” yakni yang diutus oleh Allah s.w.t. untuk menyeru manusia kepada kebenaran dan menurunkan padanya kitab yang ia baca agar mengajarkan hikmah kepada manusia, menyucikan mereka, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Karena itu Allah s.w.t. berfirman: (يَتْلُوْ صُحُفًا مُّطَهَّرَةً.) “yang membacakan lembaran yang disucikan (al-Qur’ān),” yakni yang terjaga dari pendekatan syaithan. Hanya mereka yang suci yang menyentuhnya, karena al-Qur’ān adalah kalam (Firman) yang paling tinggi. Karena itu, Allah s.w.t. berfirman tentang lembaran-lembaran itu, (فِيْهَا) “Di dalamnya,” yakni di dalam lembaran-lembaran tersebut, (كُتُبٌ قَيِّمَةٌ.) “terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus,” yakni berita-berita benar, perintah-perintah adil yang menunjukkan kepada kebenaran dan menuju jalan yang lurus. Bila bukti nyata ini datang pada mereka, maka ketika itu jelaslah antara orang yang mencari kebenaran dan orang yang tidak memiliki kehendak untuk mencarinya. Setelah itu orang yang binasa akan binasa setelah adanya bukti nyata dan orang yang hidup juga akan hidup setelah ada bukti nyata.

(4). Dan bila ahli kitab tidak beriman dan tunduk pada Rasūl s.a.w. hal itu bukanlah kesesatan dan pembangkangan mereka yang pertama, karena tidaklah mereka terpecah-belah, berselisih, dan menjadi banyak golongan, (إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ.) “melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata,” yang mengharuskan orang-orang yang mengikutinya bersatu-padu. Hanya saja karena kehinaan dan kerendahan, petunjuk hanya semakin menambah mereka sesat dan bashīrah-nya semakin membuat buta hati mereka.

(5). Padahala semua kitab berasal dari pangkal dan agama yang sama, karena itu tidaklah mereka, (أُمِرُوْا) “disuruh,” dalam seluruh syariat tersebut kecuali agar mereka menyembah, (اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ) “Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya,” yakni mencari Wajah Allah s.w.t. dalam seluruh ibadah, baik yang zhahir maupun yang bathin, serta ingin mendekat di sisi-Nya, (حُنَفَاءَ) “yang lurus,” berpaling dan meninggalkan seluruh agama yang berseberangan dengan agama tauhid. Allah s.w.t. menyebutkan shalat dan zakat secara khusus meski keduanya tercakup dalam Firman-Nya, (لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ) “Agar mermenyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya,” adalah karena keduanya adalah ibadah yang jika ditunaikan, berarti seluruh syariat agama telah tegak (وَ ذلِكَ) “Dan yang demikian itulah,” yaitu tauhid dan ikhlas dalam beragama adalah (دِيْنُ الْقَيِّمَةِ) “Agama yang lurus,” yakni agama lurus yang akan mengantarkan ke surga penuh kenikmatan, dan selain itu hanyalah jalan-jalan yang akan mengantarkan ke Neraka Jahim.

(6). Kemudian Allah s.w.t. menyebutkan balasan orang-orang kafir setelah datanglah bukti nyata kepada mereka seraya berfirman, (إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ) “Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitāb dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahannam,” siksa Neraka Jahannam meliputi mereka dan siksanya amat dahsyat menimpa mereka. (خَالِدِيْنَ فِيْهَا) “Mereka kekal di dalamnya,” tidaklah siksaan diringankan dari mereka sedangkan mereka terbenam di dalamnya. (أُوْلئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ.) “Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk,” karena mereka tahu kebenaran namun mereka meninggalkannya, mereka rugi dunia akhirat.

(7). (إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ.) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih mereka itu adalah sebaik-baik makhluk,” karena mereka menyembah dan mengenal Allah s.w.t. Mereka beruntung mendapatkan kenikmatan dunia dan akhirat.

(8). (جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ) “Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘Adn,” yaitu surga tempat tinggal yang tidak akan ada pergi dan berpindah serta tidak ada lagi permintaan (untuk lebih dari itu) di atasnya, (تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا رَّضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَ رَضُوْا عَنْهُ) “yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.” Allah s.w.t. ridha kepada mereka ridha kepada-Nya karena berbagai kemuliaan dan pahala besar yang disediakan untuk mereka. (ذلِكَ) “Yang demikian itulah,” balasan yang baik itu (لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ.) “adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya,” yakni untuk orang yang takut kepada Allah s.w.t. sehingga ia menahan diri dari berbagai kemaksiatan dan menunaikan apa yang diwajibkan padanya.

Selesai. Segala puji hanya milik Allah s.w.t. semata.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.