Hati Senang

Surah al-Bayyinah 98 ~ Tafsir al-Jailani

Dari Buku: TAFSIR al-Jaelani Oleh: Syekh ‘Abdul-Qadir Jaelani Penerjemah: Abdul Hamid Penerbit: PT. SAHARA intisains

Surah ke 98; 8 ayat
Al-Bayyinah
(bukti).

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Pembuka Surah al-Bayyinah.

Orang yang diperlihatkan berbagai rahasia ayat yang jelas dan bukti-bukti transparan yang menerangkan berbagai petunjuk agama, uraian tauhid, dan keyakinan; pasti mengetahui bahwa munculnya jalan kebenaran dan hidayah hanya dapat dicapai dengan diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Sebab, penjelasan tentang kebenaran hanya bisa dibuktikan sebagai hal yang benar jika kebenaran itu berasal dari Dzat Yang Maha Benar, bahkan bersamaan dengan-Nya, seperti yang diberitakan Allah s.w.t. saat menjelaskan hakekat keadaan kufur dalam keimanan dan kekafiran. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang memaparkan jalan kebenaran dengan mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepada semua hamba-Nya dengan menjelaskan semua bukti, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada orang-orang khusus-Nya dengan mengantarkan mereka ke maqam tertinggi dan ke derajat paling mulia.

Ayat 1.

(لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ) [Orang-orang kafir dari ahli kitab], yakni kaum Yahudi dan Nashrani, (وَ الْمُشْرِكِيْنَ) [dan orang-orang musyrik], yakni para penyembah berhala, (مُنفَكِّيْنَ) [(mengatakan bahwa mereka) akan tetap memegang teguh (keyakinannya)]. Maksudnya: dari waktu ke waktu mereka terus mengimani dan meyakini berita tentang kenabian Muhammad s.a.w. Sebab ahli kitab mengimani kenabiannya berdasarkan berita yang mereka temukan dalam kitab-kitab mereka. Sedangkan kaum musyrik mendengar dari para pendahulu mereka tentang sifat dan kenabiannya. Mereka terus berada dalam keyakinan seperti ini (حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ) [sampai datang kepada mereka bukti yang nyata] menurut sunnatullāh. Maka tampaklah hujjah yang jelas dan bukti yang nyata. Dan di antara bukti-bukti dan petunjuk tersebut adalah:

Ayat 2.

(رَسُوْلٌ) [Seorang Rasul] yang dikirim (مِّنَ اللهِ) [dari Allah] seraya dikuatkan dengan berbagai ayat yang jelas dan bukti Ilahi dari sisi-Nya, (يَتْلُوْ صُحُفًا) [yang membacakan lembaran-lembaran] kitab yang terjaga, tertulis, mengandung mu‘jizat, dan (مُّطَهَّرَةً) [yang disucikan (al-Qur’an)] dari segala macam kehinaan karena ia tidak mengandung kebatilan sama sekali. Sebab ia diturunkan dari sisi Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Ayat 3.

(فِيْهَا) [Di dalamnya], yaitu di sela-selanya dan lipatannya, (كُتُبٌ قَيِّمَةٌ) [terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus]. Maksudnya, di dalamnya berisi hal-hal yang benar dari berbagai perintah, larangan, dan hukum-hukum yang berkaitan dengan agama Islam; yang dapat dipercaya, lurus, tidak mengandung penyelewengan maupun penyimpangan, dan berbicara tentang kebenaran dengan sangat jelas.

Ayat 4.

Ringkasnya, (وَ مَا تَفَرَّقَ) [tidaklah berpecah-belah] dan berselisih dalam hal mengingkari maupun meyakini, (الَّذِيْنَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ) [orang-orang yang didatangkan al-Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata]. Maksudnya, mereka tidak berbeda pendapat tentang kebenaran informasi akan datangnya seorang nabi yang telah dijanjikan, kecuali setelah munculnya Rasul yang dijanjikan tersebut dan begitu jelasnya bukti nyata yang menunjukkan kebenaran Rasulullah s.a.w. dalam kenabian dan dakwahnya, yaitu kitab al-Qur’an yang mengandung mu‘jizat dan menjelaskan syi‘ar Islam.

Jadi mereka berselisih paham dalam hal asal-usul Nabi s.a.w. dan setelah beliau diutus menjadi nabi. Sebagian dari mereka ada yang beriman kepadanya sesuai dengan catatan yang mereka temukan dalam kitab mereka. Sebagian lagi ada yang menolak dan mengingkarinya dengan penuh penentangan dan kesombongan. Karena inilah mereka mengubah sifat-sifatnya yang telah disebutkan dalam kitab-kitab terdahulu. Padahal dalam agama dan kitab Nabi s.a.w., mereka tidak menemukan hukum yang bertentangan dengan hukum-hukum yang terdapat dalam kitab dan agama mereka.

Ayat 5.

(وَ مَا أُمِرُوْا) [Padahal mereka tidak disuruh] oleh kitab-kitab mereka (إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ) [kecuali supaya menyembah Allah] yang Maha Esa, menjadi tempat bergantung, dan layak dengan status kebenaran dan ketuhanan-Nya, (مُخْلِصِيْنَ) [dengan memurnikan] dan mengkhususkan (لَهُ الدِّيْنَ) [ketaatan kepada-Nya] serta mematuhi-Nya, tanpa menyekutukan dan mengingkari-Nya, (حُنَفَاءَ) [dalam (menjalankan) agama yang lurus] dan berpaling dari semua agama yang batil: (وَ يُقِيْمُوا الصَّلاةَ) [dan supaya mereka mendirikan shalat] yang diwajibkan kepada mereka sesuai dengan waktunya, (وَ يُؤْتُوا الزَّكَاةَ) [dan menunaikan zakat] yang berfungsi untuk membersihkan harta mereka, (وَ ذلِكَ) [dan yang demikian itulah] yang diperintahkan kepada mereka melalui kitab-kitab mereka. Inilah (دِيْنُ الْقَيِّمَةِ) [agama yang lurus] dan benar yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. tanpa mengandung perubahan, penyimpangan, dan perselisihan. Singkatnya, mereka tidak mengingkari maupun menyangkal kenabian dan kerasulan beliau melainkan karena kedurhakaan dan kesombongan mereka yang tanpa disandarkan pada dalil yang benar, baik dalil akal maupun dalil naql.

Ayat 6.

Ringkasnya, (إِنَّ) [Sesungguhnya] orang-orang kafir lagi durhaka, (الَّذِيْنَ كَفَرُوْا) [yang mengingkari] kenabian Muhammad s.a.w. (مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ) [dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik] akan masuk (فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ) [ke neraka Jahannam] dalam keadaan terbuang dan bernasib buruk. (خَالِدِيْنَ فِيْهَا) [Mereka kekal di dalamnya] dan tidak akan dapat berpaling dari neraka sama sekali melainkan setiap saat akan mendapatkan siksaan yang semakin berat dari yang sebelumnya. Jadi (أُوْلئِكَ) [mereka itu], yaitu orang-orang yang bernasib buruk, ditolak, dan dicampakkan dari hadapan Allah s.w.t.: (هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ) [adalah seburuk-buruk makhluk] yang diciptakan. Seakan-akan mereka dipagari oleh keburukan dan kejelekan serta dijelmakan dari keduanya.

Selanjutnya, Allah s.w.t. berfirman sesuai dengan ketentuan-Nya yang terus berlangsung:

Ayat 7.

(إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا) [Sesungguhnya orang-orang yang beriman] kepada keesaan Allah s.w.t., membenarkan kenabian Muhammad, menerima dakwah dan agamanya seperti yang mereka temukan dalam kitab-kitab mereka, dan mendengar gambaran diri beliau dari para pendahulu mereka tanpa mengubah dan menggantinya: (وَ) [dan] bersamaan dengan itu, mereka juga (عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ) [mengerjakan amal shaleh] yang mendekatkan diri mereka kepada Allah s.w.t. dan untuk meraih keridhaan-Nya. Jadi, (أُوْلئِكَ) [mereka itu], yakni orang-orang yang bahagia dan diterima di sisi-Nya, (هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ) [adalah sebaik-baik makhluk] dan sebagus-bagus ciptaan.

Ayat 8.

(جَزَاؤُهُمْ) [Balasan mereka] yang berhak diperoleh atas keimanan dan amalan mereka, (عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ) [di sisi Rabb mereka ialah surga ‘Adn] yang menyucikan ilmu, hati, dan kebenaran: (تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ) [yang mengalir di bawahnya sungai-sungai], yaitu anak sungai ma‘rifat dan hakikat yang diperbaharui, yang mengalir dari lautan hakekat, dan (خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا) [mereka kekal di dalamnya selama-lamanya]. Ringkasnya, (رَّضِيَ اللهُ) [Allah ridha], di mana Dia-lah Dzat Yang Maha Memberi keutamaan, kenikmatan, Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana: (عَنْهُمْ) [terhadap mereka] dan amalan mereka, niat mereka, serta akhlak mereka saat berada di surga ‘Adn. (وَ رَضُوْا عَنْهُ) [Dan merekapun ridha kepada-Nya] karena pemberian yang Dia bagikan dan limpahkan kepada mereka sesuai dengan kesiapan dan penerimaan mereka. Pahala berlimpah dan keridhaan indah, (ذلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ) [yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya] dan khawatir dengan kemurahan dan kebencian-Nya. Karena itu, mereka pun mengerjakan perintah-perintahNya, menjauhi larangan-laranganNya, dan disifati sebagai orang-orang yang takut pada semua hal yang diharamkan dan dilarang-Nya. Semoga Allah s.w.t. memasukkan kita ke dalam golongan mereka. Amin.

 

Penutup Surah al-Bayyinah.

Wahai orang yang berharap menggapai kebenaran dan keridhaan; kamu harus membersihkan sirr-mu dari segala macam kegelapan yang dapat menghilangkan perasaan ridha terhadap qadha’ Allah s.w.t. yang berlaku pada dirimu, dan membebaskan hatimu dari perasaan senang terhadap berbagai macam bid‘ah dan keinginan yang dapat menghalangimu untuk bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Kamu harus patuh dan ridha, meninggalkan kehidupan duniawi untuk beribadah kepada-Nya dalam keadaan susah maupun senang, dan terus bertawakkal kepada-Nya pada saat berada dalam keadaan lapang dan sejahtera. Sesungguhnya Allah s.w.t. tidak menggerakkan sesuatu yang berada dalam kerajaan-Nya selain yang dikehendaki-Nya.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.