090
Sūrat-ul-Balad adalah surat Makkiyyah. Seperti surat-surat Makkiyyah lainnya, inti surat ini menetapkan akidah dan iman, menanamkan keimanan kepada hari perhitungan dan balasan serta membedakan antara orang yang berbakti dan orang yang durhaka.
Surat ini dimulai dengan sumpah dengan tanah suci yang merupakan tempat tinggal Nabi Muḥammad s.a.w. untuk menghormati beliau, memuliakan kedudukannya di sisi Allah. Selain itu untuk menarik perhatian orang kafir, bahwa melukai Nabi s.a.w. di tanah suci termasuk dosa yang paling besar menurut Allah.
Kemudian surat ini berbicara mengenai sebagian kaum kafir Makkah yang tertipu oleh kekuatan mereka. Sehingga, mereka melawan kebenaran dan mendustakan Nabi s.a.w. Mereka juga menginfakkan harta benda untuk berbangga-bangga. Mereka mengira, bahwa menginfakkan harta dapat menolak siksa Allah dari mereka. Ayat-ayat membantah mereka dengan argumentasi yang akurat.
Setelah itu, sūrat-ul-Balad membicarakan prahara dan petaka hari kiamat serta apa yang dialami oleh manusia di hari itu. Manusia akan mengalami kesulitan dan kelelahan serta hukuman yang tidak mampu mereka hadapi, kecuali dengan iman dan amal saleh.
Sūrat-ul-Balad ditutup dengan pemisahan antara mu’min dan kafir di akhirat dan penjelasan tempat kembali orang yang beruntung dan orang yang celaka di hari pembalasan itu.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
لَا أُقْسِمُ بِهذَا الْبَلَدِ. وَ أَنْتَ حِلٌّ بِهذَا الْبَلَدِ. وَ وَالِدٍ وَ مَا وَلَدَ. لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍ. أَيَحْسَبُ أَنْ لَّنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ. يَقُوْلُ أَهْلَكْتُ مَالًا لُّبَدًا. أَيَحْسَبُ أَنْ لَّمْ يَرَهُ أَحَدٌ. أَلَمْ نَجْعَلْ لَّهُ عَيْنَيْنِ. وَ لِسَانًا وَ شَفَتَيْنِ. وَ هَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ. فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ. فَكُّ رَقَبَةٍ. أَوْ إِطْعَامٌ فِيْ يَوْمٍ ذِيْ مَسْغَبَةٍ. يَتِيْمًا ذَا مَقْرَبَةٍ. أَوْ مِسْكِيْنًا ذَا مَتْرَبَةٍ. ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ تَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَ تَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ. أُولئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ. وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ. عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌ
090:1. Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekkah).
090:2. dan kamu (Muḥammad) bertempat di kota Mekah ini,
090:3. dan demi bapak dan anaknya.
090:4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
090:5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya?
090:6. Dia mengatakan: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak”.
090:7. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya?
090:8. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
090:9. lidah dan dua buah bibir.
090:10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
090:11. Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?.
090:12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
090:13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
090:14. atau memberi makan pada hari kelaparan,
090:15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
090:16. atau orang miskin yang sangat fakir.
090:17. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
090:18. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
090:19. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri.
090:20. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
(كَبَدٍ): berat dan sulit. Makna asalnya sakitnya hati, kemudian diartikan kesulitan.
(اقْتَحَمَ): masuk dengan cepat dan susah.
(الْعَقَبَةَ): jalan sulit di gunung.
(فَكُّ): menyelamatkan sesuatu dari sesuatu, termasuk menyelamatkan tawanan.
(مَسْغَبَةٍ): kelaparan. Ar-Rāghib berkata: “Maknanya lapar disertai letih.” (10271).
(مَتْرَبَةٍ): kemiskinan dan kefakiran.” (10282).
(مُّؤْصَدَةٌ): ditutup dan dikunci.
“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini”; ini kalimat sumpah. Allah bersumpah demi negeri suci, Makkah yang dimuliakan-Nya dengan Ka‘bah, qiblat seluruh muslimin di Timur dan Barat. Allah menjadikannya tempat turunnya rahmat. Segala buah-buahan dipilih di sana. Allah menjadikannya tanah suci yang aman. Allah menjadikannya tanah suci sejak Dia menciptakan langit dan bumi. (10293) Karena memiliki demikian banyak fadhilah dan kelebihan, Allah bersumpah dengan Makkah. Dalam at-Tasḥīl disebutkan, yang dimaksudkan “kota ini” adalah kota Makkah untuk memuliakan kota itu. (10304) “dan kamu bertempat di kota Mekah ini”; hai Muḥammad, kamu tinggal dan menetap di kota Makkah yang suci ini. Al-Baidhawī berkata: “Allah bersumpah dengan negeri yang suci. Allah mengikat kesucian negeri ini dengan tinggalnya Nabi s.a.w. di sana. Ini untuk menjelaskan semakin mulianya kelebihan negeri ini. Hal ini menegaskan bahwa kemuliaan tempat adalah disebabkan kemuliaan penghuninya.” (10315) “dan demi bapak dan anaknya”; dan Aku bersumpah demi Adam dan anak cucunya yang saleh. Mujahid berkata: “Bapak adalah Adam dan anaknya adalah seluruh anak cucu Adam.” Ibnu Katsīr berkata: “Pendapat yang diutarakan oleh Mujahid dan murid-muridnya adalah tepat dan kuat. Sebab, setelah bersumpah demi penduduknya, yaitu Adam bapak manusia dan anaknya.” (10326) al-Khāzin berkata: “Allah bersumpah demi Makkah karena kemuliaannya dan keharamannya dan Allah bersumpah demi Adam, para nabi dan orang saleh dari anak cucunya. Meskipun orang kafir termasuk anak cucu Adam, dia tidak mempunyai kehormatan untuk digunakan bersumpah.” (10337). “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”; inilah inti pesan atau jawab sumpah. Kami sungguh menciptakan manusia dalam letih dan lelah. Sebab dia selalu merasakan bermacam-macam kesulitan sejak ditiupkannya ruh kepadanya sampai ketika ruh dicabut darinya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Susah payah maksudnya kesulitan dan kelelahan, yaitu mengandungnya, melahirkannya, menyusuinya, menyapihnya, mencari uang, hidupnya dan matinya.” (10348) Ada pendapat, bahwa tidak ada makhluk yang sesusah dan sepayah anak Adam. Meskipun demikian, keturunan Adam adalah makhluk paling lemah.” (10359) Abū Su‘ūd berkata: “Ayat ini adalah hiburan bagi Nabi Muḥammad s.a.w. atas penderitaan yang beliau alami karena kafir Quraisy.” (103610).
Kemudian Allah menjelaskan tabiat manusia yang menentang kekuasaan Allah dan mendustakan hari kebangkitan serta alam akhirat. “Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya?”; apakah orang celaka dan durhaka yang mengandalkan kekuatannya mengira bahwa Allah tidak berkuasa atas dirinya? Ayat ini turun kepada Abū Asyād bin Kaladah yang sangat kuat dan terpedaya oleh kekuatannya. Ia membentangkan kulit hewan. Lalu, diletakkan di bawah telapak kakinya. Kemudian, Abū Asyād berkata: “Barang siapa bisa menggeser kami dari kulit ini, maka dia mendapat uang sekian.” Sepuluh orang menariknya. Lalu, kulit itu menjadi beberapa potong. Namun telapak kaki Abū Asyād tidak bergeser. Makna ayat ini, apakah orang kuat yang menindas kaum muslimin itu mengira bahwa tidak ada yang mampu untuk menghukumnya? “Dia mengatakan: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak””; si kafir itu berkata: “Kami telah menghabiskan banyak uang untuk memusuhi Nabi Muḥammad s.a.w. Al-Alūsī berkata: “Maknanya, karena sombong kepada kaum muslimin, dia berkata: Kami sudah menghabiskan banyak uang. Yang dimaksud Abū Asyād adalah uang yang dia habiskan karena ingin terkenal dan riya’. Ada pendapat menyatakan bahwa Abū Asyād berkata demikian untuk menampakkan permusuhannya kepada Nabi s.a.w. (103711) “Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya?”; apakah dia mengira bahwa Allah tidak melihatnya ketika dia menghabiskan uangnya dan dia mengira bahwa perbuatannya samar bagi Allah? Yang benar tidak sebagaimana dia katakan. Allah mengawasi dia dan akan menanyainya pada hari kiamat serta membalasnya sesuai perbuatannya.
Kemudian Allah mengingatkannya nikmat-nikmatNya agar dia memperoleh pelajaran. “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata”; bukankah Kami telah menciptakan untuknya dua buah matanya untuk melihat? “lidah”; dan lisan yang dia gunakan untuk berkata menerjemahkan isi hatinya? “dan dua buah bibir”; dan dua bibir untuk menutup mulutnya dan untuk makan, minum, meniup dan lainnya? Al-Khāzin berkata: “Yakni nikmat-nikmat Allah tampak pada hamba agar dia bersyukur kepada-Nya.” (103812) “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”; dan Kami jelaskan kepadanya dua jalan; kebaikan dan keburukan, hidayah dan kesesatan, agar dia menempuh jalan keberuntungan dan menjauhi jalan celaka. Ibnu Mas‘ūd r.a. berkata: “Yakni kebaikan dan keburukan, sebagaimana ayat: “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (103913) (al-Insān: 3)