Surah al-Balad 90 ~ Tafsir adz-Dzikra

ADZ-DZIKRĀ
Terjemah & tafsir
AL-QUR’AN
dalam
huruf ‘Arab & Latin
Juz 26-30

Disusun oleh: Bachtiar Surin.
 
Penerbit: ANGKASA BANDUNG

AL-BALAD (NEGARA)

Surat ke-90
Banyak ayatnya 20
Semuanya turun di Makkah (Makkiyyah)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir raḥmānir raḥīm(i)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.

 

لَا أُقْسِمُ بِهذَا الْبَلَدِ.

Lā uqsimu bihādzal balad(i)

  1. Aku (tidak (11) merasa perlu) bersumpah dengan negara ini.(22)

وَ أَنْتَ حِلٌّ بِهذَا الْبَلَدِ.

Wa anta ḥillum bihādzal balad(i).

  1. Tanah tumpah darahmu sendiri.

وَ وَالِدٍ وَ مَا وَلَدَ.

Wa wālidiw wa mā walad(a).

  1. Demi (semua yang dapat disebut) bapak dan anak. (13).

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍ.

Laqad khalaqnal insāna fī kabad(in).

  1. Sesungguhnya manusia itu Kami tempa dalam kancah perjuangan hidup. (14)

أَيَحْسَبُ أَنْ لَّنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ.

Ayaḥsabu anllay yaqdira ‘alaihi aḥad(un).

  1. Apakah manusia itu menyangka bahwa tidak ada satu Kudrat yang berkuasa di atasnya?

يَقُوْلُ أَهْلَكْتُ مَالًا لُّبَدًا.

Yaqūlu ahlaktu mālal lubadā(n).

  1. Dia berkata (bangga): “Sudah banyak harta yang kukorbankan.”

أَيَحْسَبُ أَنْ لَّمْ يَرَهُ أَحَدٌ.

Ayaḥsabu anllam yarahū aḥad(un).

  1. Apakah dia menyangka bahwa tak seorang pun yang melihatnya?

أَلَمْ نَجْعَلْ لَّهُ عَيْنَيْنِ.

Alam naj‘al lahu ‘ainain(i).

  1. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua mata?,

وَ لِسَانًا وَ شَفَتَيْنِ.

Wa lisānaw wa syafatain(i).

  1. satu lidah dan dua bibir?

وَ هَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ.

Wa hadaināhu najdain(i).

  1. Dan membentangkan dua jalan baginya? (15)

MENEMPUH JALAN PENDAKIAN

 

فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ.

Falaqtaḥamal ‘aqabah(ta).

  1. Mengapa dia tidak berjihad untuk MENEMPUH JALAN PENDAKIAN itu? (16)

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ.

Wa mā adrāka mal ‘aqabah(tu).

  1. Seberapa jauh pengetahuanmu tentang “Menempuh jalan pendakian” itu?

MENEMPUH JALAN PENDAKIAN IALAH MENEGAKKAN
KEMERDEKAAN DAN MENGENTASKAN KEMISKINAN

 

فَكُّ رَقَبَةٍ.

Fakku raqabah(tin).

  1. (Pertama), ialah membasmi perbudakan. (17)

أَوْ إِطْعَامٌ فِيْ يَوْمٍ ذِيْ مَسْغَبَةٍ.

Au ith‘āmun fī yaumin dzī masghabah(tin).

  1. (Kedua), ialah memberi makan pada musim kelaparan dan paceklik.

يَتِيْمًا ذَا مَقْرَبَةٍ.

Yatīman dzā maqrabah(tin).

  1. kepada anak yatim piatu oleh kerabatnya. (18)

أَوْ مِسْكِيْنًا ذَا مَتْرَبَةٍ.

Au miskīnan dzā matrabah(tin).

  1. (Ketiga), ialah memberi makan orang miskin yang sudah makan tanah. (19).

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ تَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَ تَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ.

Tsumma kāna minal ladzīna āmanū wa tawāshau bish shabri wa tawāshau bil marḥamah(ti).

  1. Lalu orang (yang MENEMPUH JALAN PENDAKIAN) itu hendaklah dia beriman, (110) dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih-sayang.

أُولئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ.

Ulā’ika ashḥābul maimanah(ti).

  1. Mereka itu (111) adalah Golongan Kanan.

وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ.

Wal ladzīna kafarū bi’āyātinā hum ashḥābul masy’amah(ti).

  1. Adapun orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Kami, mereka adalah Golongan Kiri.

عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌ

‘Alaihim nārum mu’shadah(tun).

  1. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.

Catatan:

  1. 1). Lihat 81: 85.
  2. 2). Maksudnya Makkah.
  3. 1). Manusia atau makhluq lainnya.
  4. 1). Hidup itu perjuangan terus-menerus, selesai satu datang yang lain tiada habis-habisnya.
  5. 1). Maksudnya, jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Ayat ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai kebebasan bertindak baik psikis maupun fisik, setelah bersamaan dengan fitrah kejadiaannya dianugerahkan akal dan panca-indra oleh Tuhan sebagai karunia – DASAR, untuk membedakan antara jalan kebaikan dan jalan kejahatan itu. Setelah itu dikaruniai pula karunia – PLUS, yaitu syari‘at Islam.
  6. 1). Kaum Muslimin selalu mencita-citakan masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai oleh Allah s.w.t. Sedangkan masyarakat yang seperti itu digambarkan seolah-olah berada di atas puncak gunung yang amat tinggi. Untuk sampai ke sana, orang harus MENEMPUH JALAN PENDAKIAN yang amat terjal, penuh onak dan duri, banyak halangan dan rintangan. Berusaha sekuat tenaga untuk MENEMPUH JALAN PENDAKIAN itu guna mendapatkan “Masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai oleh Allah s.w.t. itu termasuk jihad juga.
  7. 1). Syarat mutlak pertama untuk mencapai tujuan “Masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah”, ialah membasmi perbudakan; baik perbudakan seseorang terhadap orang lain, maupun penjajahan oleh satu negara terhadap negara lain.
  8. 1). Bila yang bersangkutan telah menunaikan ini, berarti ia telah menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, sedangkan kedua telah menunaikan kewajiban sebagai kerabat dari anak yatim yang berada di bawah tanggung-jawabnya. Sekali membuka pura (pundi-pundi dari kain (tempat uang), kantong, dompet – SH.), dua tiga utang terbayar.
  9. 1). Orang-orang yang sengsara dan tidak dapat berusaha lagi, baik karena lemah maupun karena cacat, disebut “sudah makan tanah”.(Kamus Umum Bahasa Indonesia Purwadarminta bag. I, hal. 565 cet. IV, 1966)
  10. 1). Disyaratkan juga bagi orang yang menempuh jalan pendakian itu, ialah beriman. Sebab orang yang tidak beriman kepada Tuhan, segala ‘amal kebajikannya tidak berpahala apa-apa di sisi Tuhan. Jadi tidak ada manfaat yang akan diterimanya di akhirat untuk dirinya dari ‘amalnya itu. Di lain bagian, “Iman Kepada Tuhan” itu disebut juga segi PLUS dari ilmu modern. Dalam kaitan ini, sangat menarik apa yang dikatakan oleh Prof. Dr. Ir. H. Sutami dalam P.R. Bandung, Rabu 15 Desember 1976 sebagai berikut:“Teori relativitas Einstein yang dipuji-puji para scientist, ternyata tidak seluruhnya benar setelah para Ahli ilmu pengetahuan mempelajari reaksi-reaksi nuklir. Ilmu-ilmu modern yang berkembang sekarang, sesungguhnya masih mempunyai kekurangan-kekurangan. Karena itu apa yang harus kita pelajari sekarang, ialah ILMU MODERN PLUS. “PLUS” nya itu ialah iman (mendekatkan diri kepada Tuhan Y.M.E.). Karena itulah dalam setiap pekerjaan dan peninjauan yang saya lakukan di daerah, saya selalu berusaha menyempatkan diri untuk mengunjungi masjid-masjid, pesantren-pesantren, bertemu dengan ‘ālim ‘ulamā’ dsb. Sebab di tempat itulah saya bisa mempelajari segi PLUS dari ilmu modern itu.”
  11. 1). Maksudnya, orang yang berjihad menempuh jalan pendakian.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *