Surah ke 103; 3 ayat
Al-‘Ashr
(masa).
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Pembuka Surah al-‘Ashr.
Orang yang diperlihatkan keesaan Sang Haqq, keindependenan-Nya dalam wujud, dan peredaran-Nya pada semua yang diciptakan dan disaksikan yang tampak di atas lembaran-lembaran alam semesta; pasti mengetahui bahwa selain dari hal-hal yang dapat diperhatikan dan disaksikan ini, yang berkaitan dengan keadaan ciptaan Allah s.w.t. dan perkembangannya yang dihasilkan dari nama-namaNya yang baik dan sifat-sifatNya yang luhur; hanyalah sebuah kerugian yang nyata dan kekurangan yang besar. Sebab secara fitrah, manusia diciptakan demi nama-nama dan sifat-sifatNya. Siapa pun yang tidak bersifat dengan sifat-Nya, berarti ia telah benar-benar berada dalam kerugian yang nyata.
Karena itulah, dalam surah ini Allah s.w.t. mengingatkan tentang kerugian manusia dan diharamkannya ia dari meniti jalan ma‘rifat selama dirinya belum dihiasi dengan keimanan dan amal shaleh. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang telah menciptakan manusia dengan cara-Nya supaya manusia berakhlak dengan akhlak-Nya, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepadanya di mana Dia memunculkannya dari ketiadaan yang tersembunyi dan memeliharanya dengan berbagai macam kelembutan dan kemuliaan, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepadanya dengan cara memberinya petunjuk menuju jalan lurus yang dapat mengantarkannya untuk mengesakan diri-Nya.
Ayat 1.
(وَ الْعَصْرِ) [Demi masa]. Allah s.w.t. bersumpah dengan masa dan waktu untuk mengungkapkan kekalnya wujud azali yang abadi dan keberadaannya yang tidak akan pernah musnah.
Ayat 2.
(إِنَّ الْإِنْسَانَ) [Sesungguhnya manusia] yang secara fitrah diciptakan dalam keadaan ma‘rifat dan beriman sesuai dengan bagian ketuhanannya, (لَفِيْ خُسْرٍ) [itu benar-benar berada dalam kerugian] yang besar dan kegagalan yang nyata, di mana kerugian tersebut disebabkan oleh tindakannya yang menyibukkan diri dengan kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan yang tidak bermanfaat baginya.
Ayat 3.
(إِلاَّ) [Kecuali] orang-orang yang yakni, (الَّذِيْنَ آمَنُوْا) [yang mengimani] keesaan Allah s.w.t. dan memahami kebebasan-Nya dalam semua perbuatan yang berlaku pada kerajaan dan kekuasaan-Nya: (وَ) [dan] bersamaan dengan keimanan dan ketundukan itu, mereka juga (عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ) [mengerjakan amal shaleh] yang menunjukkan keikhlasan, keyakinan, dan niat mereka. (وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ) [nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran], maksudnya sebagian dari mereka saling berwasiat kepada sebagian yang lain untuk menempuh jalan kebenaran dan mengesakan-Nya: (وَ) [dan] mereka juga saling (تَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ) [nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran] ketika menghadapi kesengsaraan dan kesulitan yang tiba-tiba mendatangi mereka dalam bentuk terputusnya kebutuhan pokok duniawi dan adanya kewajiban yang mengharuskan mereka untuk meninggalkan berbagai macam kelezatan hewani yang dapat memperkuat sifat kemanusiaan, pada saat mereka sedang berusaha untuk mentaati-Nya dan melatih jiwa. Semoga Allah s.w.t. memberi anugerah kepada kita dengan cara mencabut dan memutus segala macam kebutuhan duniawi dari diri kita semua.
Penutup Surah al-‘Ashr.
Wahai pengikut Muhammad yang ingin memutus hubungan duniawi; kamu harus bersabar menghadapi segala macam bencana yang menimpamu di dunia, mengembalikan semuanya kepada Allah s.w.t. dan menyandarkannya kepada Dzat-Nya tanpa melihat wasilah yang ada, menempatkan hatimu bersama-Nya dalam semua keadaanmu, dan ridha kepada-Nya atas semua ketentuan qadha-Nya yang diberlakukan kepadamu. Ringkasnya, jadilah kalian manusia yang meniadakan diri bersama Allah s.w.t., maka kamu akan meraih keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.