Surah al-‘Ashr 103 ~ Tafsir adz-Dzikra

ADZ-DZIKRĀ
Terjemah & tafsir
AL-QUR’AN
dalam
huruf ‘Arab & Latin
Juz 26-30

Disusun oleh: Bachtiar Surin.
 
Penerbit: ANGKASA BANDUNG

AL-‘ASHR (WAKTU)

Surat ke-103
Banyak ayatnya 3
Semuanya turun di Makkah (Makkiyyah)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir raḥmānir raḥīm(i)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.

 

وَ الْعَصْرِ.

Wal ‘ashr(i).

  1. Demi waktu. (11)

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ.

Innal insāna lafī khusr(in).

  1. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.

إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Illalladzīna āmanu wa ‘amilash shāliḥāti wa tawāshau bil ḥaqqi wa tawāshau bish shabr(i).

  1. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan ‘amal kebajikan, serta saling menasihati (supaya menjalankan) kebenaran, dan saling manasihati supaya tabah menghadapi kesukaran.

Catatan:

  1. 1). Pada surat ini, Tuhan bersumpah dengan waktu. Waktu memegang peranan sangat penting dalam perjalanan hidup kita. Dalam waktu ada peristiwa-peristiwa, ‘ibarat-‘ibarat dengan nama kita dapat menemukan dalil-dalil atas kekuasaan Tuhan, hikmat-hikmat dan keluasan ‘ilmu-Nya. Perhatikanlah pergantian malam dan siang, peredaran matahari dan bulan, adanya kebahagiaan dan kesengsaraan, sehat dan sakit, kaya dan miskin, gembira dan merana, senang dan susah dan sebagainya. Bila kita memperhatikan semua peristiwa yang terjadi di alam semesta ini, maka ia dapat mengantarkan kita kepada perkara yang mengandung pemikiran sehat dan bijaksana, bahwa alam raya ini ada Pencipta dan Pengaturnya tempat kita menghadapkan seluruh wawasan hati nurani kita dalam peribadatan, di samping kita merasa terpanggil guna merangkul kebahagiaan dan menolak kesengsaraan dalam hidup ini, di mana waktu memegang peranan yang menentukan. Beruntunglah mereka yang mampu mempergunakan waktunya untuk hal-hal yang positif dalam kehidupannya guna mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Sebaliknya celakalah orang-orang yang menyia-nyiakannya. Waktu tidak ada ubahnya seperti pedang, jika tidak kita pergunakan untuk memenggal, maka kita sendirilah yang akan dipenggalnya. Di lain pihak, jalan kehidupan ini seperti permainan catur. Yang menjadi lawan kita adalah waktu. Kalau giliran melangkahkan buah catur tiba pada kita, maka kita harus melangkah. Kalau kita biarkan giliran kita ini berlalu begitu saja, kita akan dikenakan hukuman. Karena itu tidak dibenarkan menunda-nunda waktu dan ragu-ragu. Sewaktu-waktu kita membiarkan giliran kita berlalu begitu saja karena faktor yang mungkin tidak dapat dielakkan, namun bagi mereka yang cerdik dan bijaksana, dia akan berusaha sekuat tenaga dan sedapat mungkin, sebab dia tahu benar bahwa tidak mungkin menyusul ketinggalan waktu. Waktu berjalan terus tanpa henti-hentinya; tahun demi tahun, hari demi hari, bahkan menit demi menit. Waktu yang masih ketinggalan setelah kita biarkan giliran kita berlalu, masih dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya dengan menyadari kegagalan kita. Namun alangkah celakanya orang yang bertanya dalam hati setelah suatu kegagalan: “Apa yang harus kulakukan sekarang?” Ada saja yang harus kita lakukan, terutama memperbaiki kesalahan, sungguh tidak sewajarnya bila ia mengkambinghitamkan waktu dengan membuat-buat alasan: “Andaikata aku punya waktu, andaikata aku dapat melakukannya lagi, andaikata aku tidak ragu-ragu, andaikata aku diberi kesempatan, andaikata….. andaikata…. Dengan sikap demikian, ia bukan mempergunakan waktu, tapi membuang-buang waktu. Sebab bagaimanapun hebatnya alasan, dia tetap merupakan alasan, bukan perbuatan kongkrit.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *