Surah al-‘Alaq 96 ~ Tafsir adz-Dzikra

ADZ-DZIKRĀ
Terjemah & tafsir
AL-QUR’AN
dalam
huruf ‘Arab & Latin
Juz 26-30

Disusun oleh: Bachtiar Surin.
 
Penerbit: ANGKASA BANDUNG

AL-‘ALAQ (SEGUMPAL DARAH BEKU)

Surat ke-96
Banyak ayatnya 19
Semuanya turun di Makkah (Makkiyyah)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir raḥmānir raḥīm(i)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.

 

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ.

Iqra’ bismi rabbikal ladzī khalaq(a).

  1. Bacalah atas nama Tuhanmu yang telah Menciptakan.

 

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ.

Khalaqal insāna min ‘alaq(in).

  1. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah beku. (11)

اِقْرَأْ وَ رَبُّكَ الْأَكْرَمُ.

Iqra’ wa rabbukal akram(u).

  1. Bacalah! Dan Tuhanmu Sangat Pemurah.

 

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ.

Alladzī ‘allama bil qalam(i).

  1. Yang telah mengajarkan penggunaan pena.

 

عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ.

‘Allamal insāna mā lam ya‘lam.

  1. Yang telah mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya.

MANUSIA MENJADI DURHAKA
BILAMANA MERASA DIRINYA SERBA CUKUP

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى.

Kallā innal insāna layathghā.

  1. Sebenarnya (laku-lampah) manusia itu (aneh). Dia jadi durhaka,

 

أَنْ رَّآهُ اسْتَغْنَى.

Arra’āhus taghnā.

  1. mentang-mentang sudah merasa dirinya serba cukup.

 

إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى.

Inna ilā rabbikar ruj‘ā.

  1. Sesungguhnya kepada Tuhanlah tempat kembalimu. (12)

أَرَأَيْتَ الَّذِيْ يَنْهَى.

A ra’aital ladzī yanhā.

  1. Bagaimana pendapatmu (Muḥammad tentang si pandir (13) itu) bila ia sampai melarang,

عَبْدًا إِذَا صَلَّى.

‘Abdan idzā shallā.

  1. hamba (Tuhan) mengerjakan shalat?

 

أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى.

A ra’aita in kāna ‘alal hudā.

  1. Namun bagaimana pula pendapatmu sekiranya si durhaka itu mengikuti jalan yang benar?

 

أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى.

Au amara bittaqwā.

  1. Atau menyuruh orang bertaqwā?

 

أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَ تَوَلَّى.

A ra’aita in kadzdzaba wa tawallā.

  1. Coba terangkan kepada-Ku, jika (si pandir itu) mendustakan (tauḥīd) dan mengingkari (seruanmu?)

 

أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللهَ يَرَى.

A lam ya‘lam bi annallāha yarā.

  1. Apakah dia tidak tahu, bahwa Allah memperhatikan (segala tindak-tanduknya?)

 

كَلَّا لَئِنْ لَّمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ.

Kallā la ’illam yantahi la nasfa‘am bin nāshiyah(ti).

  1. Ingat, kalau dia tidak mau berhenti (dari kedurhakaannya) akan Kami sentakkan (14) ubun-ubunnya.

نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ.

Nāsyiyatin kādzibatin khāthi’ah(tin).

  1. Ubun-ubun kaum penentang yang durhaka.

فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ.

Fal yad‘u nādiyah(ū).

  1. Biar dipanggilnya kawan-kawannya segolongan.

سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ.

Sa nad‘uz zabāniyah(ta).

  1. Sedang Kami pun akan memanggil para Penjaga neraka.

كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَ اسْجُدْ وَ اقْتَرِبْ

Kallā lā tuthi‘hu wasjud waqtarib.

  1. Jangan! Sekali-kali jangan ‘kau turut orang itu! Namun sujud dan mendekatlah kepada-Ku.

Catatan:

  1. 1). Gatra “Segumpal darah beku”, adalah terjemahan dari kata ‘Arab “‘Alaq”, yang kita temukan pada beberapa buah Kamus ‘Arab, baik kamus-kamu itu bersifat umum, maupun yang bersifat khusus sebagai Kamus al-Qur’ān. Selain itu, para Mufassirīn baik dari golongan Mutaqaddimīn maupun dari gologan Muta’akhkhirīn pada umumnya menerjamahkan kata “‘Alaq” itu dengan “Segumpal darah”. Selain itu, ada juga kita temuan kata “‘Alaq” itu diterjemahkan dengan “Ulat di tenggorokan”, Darah orang yang terbunuh yang menempel pada tubuh si Pembunuh”, “Anak jari bayi”, dan banyak lagi yang lain. Namun semua yang tersebut belakangan ini, tidak ada sangkut pautnya dengan asal-usul kejadian manusia.Dalam hubungan ini. Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya BIBEL, QUR’ĀN DAN SAINS MODERN”, alih bahasa Prof. Dr. H.M. Rasyidi terbitan “Bulan Binatang”, menulis sebagai berikut:Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya (villis) ya‘ni perpanjangan telur yang akan mengisap dari dinding rahim, dzāt yang bagi membesarnya telur seperti akar tumbuh-tumbuhan yang masuk ke dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini, mengokohkan telur dalam rahim. Pengetahuan tentang ini baru diperoleh manusia pada zaman modern. Pelekatan semacam ini disebutkan dalam al-Qur’ān 5 kali.Mula-mula pada surat 96 ayat 2 (maksudnya ayat 2 surat ini), yang artinya:

    “Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.” “Sesuatu yang melekat” adalah terjemahan kata bahasa ‘Arab: “‘Alaq”. Ini adalah arti yang pokok. Arti lain adalah “gumpalan darah” yang sering disebut dalam terjemahan al-Qur’ān. Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap “gumpalan darah”. Ada lagi terjemahan “‘Alaq” dengan “lekatan” (adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok ya‘ni “sesuatu yang melekat” sesuai sekali dengan penemuan sains moderm. Ide tentang “sesuatu yang melekat”, disebutkan dalam ayat lain sebanyak 4 kali yang membicarakan transformasi urut-urutan semenjak tahap “setetes sperma” sampai sempurna, yaitu pada surat-surat: 22: 5, – 23: 14, – 40: 67 dan 75: 37+38.

    Hal-hal yang disebutkan oleh al-Qur’ān sesuai dengan apa yang diketahui manusia tentang tahap-tahap perkembangan embriyo dan tidak mengandung hal-hal yang dapat dikritik oleh sains modern. Setelah “sesuatu yang melekat”, yaitu kata-kata yang telah kita lihat kebenarannya, al-Qur’ān mengatakan bahwa embriyo melalui tahap: “daging (seperti daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging (diterangkan dengan kata lain yang berarti daging segar) yang disebut dalam kata ‘Arab: laḥm.

    Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian teks al-Qur’ān dengan pengetahuan ilmiyyah yang kita miliki sekarang.

    (Demikian Dr. Maurice Bucaille).

  2. 1). Bilamana manusia itu merasa dirinya serba cukup, baik kekuasaan maupun keuangan, dia jadi lupa daratan, lupa diri, dan lupa segalanya. Dia lupa kepada kewajibannya sebagai anggota masyarakat waktu ia diminta untuk turun tangan, berpartisipasi menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat, sama seperti ia membutuhkan kesejahteraan itu untuk dirinya sendiri. Dia sama sekali lupa pula, bahwa kekayaan, kekuasaan, sampai kepada diri pribadinya adalah mutlak kepunyaan Allah. Padahal kalau ia sedikitnya dapat menyadari bahwa kekayaan dan kekuasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya itu dapat menjadi jembatan emas untuk kemakmuran bangsa, bila dipergunakannya dalam hal-hal yang direlai Allah, dapat berguna untuk kesejahteraan dunia dan akhirat, tempat dia sendiri turut terlibat di dalamnya. Namun sudah menjadi kebiasaan umum bagi sebagian orang yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan untuk memanfaatkan kekuasaan dan kekayaannya itu bagi kepentingannya sendiri. Dengan demikian, cepat atau lambat terjadilah jurang pemisah antara dia dan masyarakatnya. Dan tidak mustahil pula jurang itu semakin lama semakin meningkat pula, sehingga pada gilirannya ia telah berani mendurhakai Tuhannya.
  3. 1). Maksudnya, orang yang mendurhakai Tuhan karena merasa dirinya serba cukup, sampai berani melarang orang mengerjakan shalat, karena menurut pendapatnya yang sudah dikuasai oleh kesombongan dan kedurhakaan, bahwa yang patut ditaati adalah dia, bukan Tuhan.
  4. 1). Direnggut/dicabut dengan keras.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *