Surah al-‘Adiyat 100 ~ Tafsir ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

100

SŪRAT-UL-‘ĀDIYĀT.

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-ul-‘Ādiyāt adalah surat Makkiyyah dan ia membicarakan kuda-kuda para pejuang fī sabīlillāh ketika menyerang musuh. Lalu, ketika berlari, terdengar suaranya yang keras ketika kencang berlari. Dengan telapak kakinya, kuda-kuda itu menginjak batu. Lalu, memercikkan api dan menerbangkan tanah serta debu.

Surat ini diawali dengan sumpah demi kuda para pejuang untuk menampakkan kemuliaan dan kedudukannya di sisi Allah. Inti sumpah adalah penegasan bahwa manusia sangat tidak mensyukuri nikmat Allah serta sangat mengingkari anugerah-Nya. Dia menampakkan sikap buruk itu dengan ucapannya dan perbuatannya. Sebagaimana surat ini berbicara mengenai tabiat manusia dan sangat cintanya dia terhadap materi dan harta benda. Sūrat-ul-‘Ādiyāt ditutup dengan penjelasan, bahwa kembalinya makhluk adalah kepada Allah untuk dihisab dan diberi balasan. Di akhirat tidak ada harta dan kedudukan yang berguna, yang berguna hanyalah amal saleh.

 

TAFSĪR SŪRAT-UL-‘ĀDIYĀT

 

Sūrat-ul-‘Ādiyāt: Ayat: 1-11.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

وَ الْعَادِيَاتِ ضَبْحًا. فَالْمُوْرِيَاتِ قَدْحًا. فَالْمُغِيْرَاتِ صُبْحًا. فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا. فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا. إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُوْدٌ. وَ إِنَّهُ عَلَى ذلِكَ لَشَهِيْدٌ. وَ إِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ. أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُوْرِ. وَ حُصِّلَ مَا فِي الصُّدُوْرِ. إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيْرٌ

100:1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah.
100:2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
100:3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
100:4. maka ia menerbangkan debu,
100:5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,
100:6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya,
100:7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
100:8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
100:9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
100:10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
100:11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.

Tinjauan Bahasa:

(ضَبْحًا): suara nafas kuda ketika berlari. Pujangga Antarah berkata: “Kuda mengeluarkan suara nafas kematian ketika berada di ambang kematian.” (11141).

(أَثَرْنَ): menerbangkan.

(نَقْعًا): debu.

(كَنُوْدٌ): sangat tidak mensyukuri nikmat Allah.

Seorang pujangga berkata:

Ia sangat tidak berterima kasih kepada jasa orang lain,
Barang siapa tidak berterima kasih, maka dia dijauhkan.” (11152).

(بُعْثِرَ): dibalik, bagian atas dijadikan bawah.

Tafsir Ayat:

Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah”; Aku (Allah) bersumpah demi kuda para mujahidin yang sangat cepat dalam berlari, sampai terdengar nafasnya mengeluarkan suara terengah-engah. Ibnu ‘Abbās berkata: “Jika kuda berlari, maka ia mengucapkan: Ah, ah. Itulah suara larinya.” Abū Su‘ūd berakta: “Allah bersumpah demi kuda-kuda para mujahidin yang berlari ke arah musuh dan mengeluarkan suara keras, yaitu suara nafasnya ketika berlari.” (11163) “dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)”; lalu kuda yang mengeluarkan bunga api dari tanah dengan jatuhnya telapak kakinya di atas batu karena sangat cepatnya berlari: “dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi”; lalu demi kuda yang menyerang musuh pada waktu subuh sebelum terbitnya matahari. Al-Alūsī berkata: Inilah hal yang biasa terjadi ketika perang. Mereka berjalan di malam hari supaya musuh tidak mengetahui dan mereka menyerang pada saat subuh agar mereka bisa melihat dengan jelas.” (11174).

maka ia menerbangkan debu”; lalu kuda-kuda itu menerbangkan debu yang tebal karena sangat cepat larinya di tempat di mana mereka menyerang. “dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh”; lalu kuda-kuda itu menuju ke tengah seluruh musuh dan berada di pusat perang.

Allah bersumpah demi tiga hal atas tiga hal untuk mengagungkan sesuatu yang digunakan bersumpah, yaitu mujāhidīn fī sabīlillāh yang sangat cepat menyerang menuju musuh-musuh Allah. Hingga kuda-kuda mereka mengeluarkan api di telapak kakinya dan menyerang musuh pada waktu subuh. Lalu, kuda-kuda itu menerbangkan debu dan berada di tengah musuh hingga mereka tersentak dan ketakutan. Inti dan jawab sumpah adalah ayat: “sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya”; sungguh manusia tidak mensyukuri nikmat Tuhannya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Ia menentang nikmat-nikmat Allah.” Ḥasan berkata: “Ia ingat musibah-musibah dan lupa nikmat-nikmat.” (11185) “dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya”; dan manusia itu sungguh bersaksi bahwa dia ingkar. Dia tidak mampu mengingkari hal itu karena sangat jelas buktinya pada dirinya. “dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta”; dan dia sangat mencintai harta benda dan tamak untuk menimbunnya. Sementara kecintaannya untuk beribadah dan mensyukuri nikmat lemah.

Setelah menyebutkan keburukan perbuatan manusia, Allah memberikan perasaan takut dalam diri manusia. “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur”; apakah manusia bodoh ini tidak tahu ketika isi kubur dibangkitkan dan apa yang ada di dalamnya dikeluarkan, yaitu orang-orang mati? “dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada”; dan dikumpulkan serta ditampakkan apa yang ada di dalam dada, yakni apa yang mereka rahasiakan? “sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka”; Tuhan mereka sangat tahu semua yang mereka kerjakan dan akan membalas mereka berdasarkan hal itu dengan balasan paling sempurna. Secara khusus ilmu Allah terhadap mereka pada hari itu, yaitu hari kiamat disebut, sebab hari itu adalah hari pembalasan yang bertujuan memberikan ancaman dan peringatan. Allah tahu mereka pada hari itu dan hari lainnya.

Aspek Balaghah:

Di dalam sūrat-ul-‘Ādiyāt yang mulia ini terdapat sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:

Pertama, taukīd (penegasan) dengan lām (sungguh) dan inna (sesungguhnya) dalam beberapa tempat:

إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُوْدٌ. وَ إِنَّهُ عَلَى ذلِكَ لَشَهِيْدٌ. وَ إِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ. إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيْرٌ

Agar lebih mantap dan jelas.

Kedua, jinās tidak sempurna antara: (لَشَهِيْدٌ) dan (لَشَدِيْدٌ), (ضَبْحًا) dan (صُبْحًا).

Ketiga, istifhām ingkari (pertanyaan penolakan) untuk memperingatkan dan mengancam:

أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُوْرِ.

apakah dia tidak mengetahui apabila apa yang ada di dalam kubur dibangkitkan.

Keempat, tadhmīn (penegasan secara eksplisit):

إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيْرٌ

Kata (لَّخَبِيْرٌ) diartikan memberi mereka balasan atas perbuatan mereka. Arti sebenarnya; mengetahui dengan detail.

Kelima, keserasian akhir-akhir ayat. Misalnya: (لَشَهِيْدٌ) dan (لَشَدِيْدٌ), (الصُّدُوْرِ) dan (الْقُبُوْرِ).

Berkat pertolongan Allah, tafsir sūrat-ul-‘Ādiyāt selesai.

Catatan:

  1. 1114). Al-Alūsī (30/215).
  2. 1115). Al-Qurthubī (20/160).
  3. 1116). Abū Su‘ūd (5/280).
  4. 1117). Rūḥ-ul-Ma‘ānī (30/215).
  5. 1118). Al-Qurthubī (20/160).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *