Surah al-‘Adiyat 100 ~ Tafsir as-Sa’di

TAFSĪR AL-QUR’ĀN
(Judul Asli: TAISĪR-UL-KARĪM-IR-RAḤMĀNI FĪ TAFSĪRI KALĀM-IL-MANNĀN)

Penyusun: Syaikh ‘Abd-ur-Raḥmān bin Nāshir as-Sa‘dī

(Jilid ke 7 dari Surah adz-Dzāriyāt s.d. an-Nās)

Penerjemah: Muhammad Iqbal, Lc.
Izzudin Karimi, Lc.
Muhammad Ashim, Lc.
Mustofa Aini, Lc.
Zuhdi Amin, Lc.

Penerbit: DARUL HAQ

سُوْرَةُ العَادِيَاتِ

TAFSIR SURAT AL-‘ĀDIYĀT

(Kuda Perang yang Berlari Kencang)
Surat ke-100: 11 ayat
Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

وَ الْعَادِيَاتِ ضَبْحًا. فَالْمُوْرِيَاتِ قَدْحًا. فَالْمُغِيْرَاتِ صُبْحًا. فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا. فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا. إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُوْدٌ. وَ إِنَّهُ عَلَى ذلِكَ لَشَهِيْدٌ. وَ إِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ. أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُوْرِ. وَ حُصِّلَ مَا فِي الصُّدُوْرِ. إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيْرٌ

100:1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah.
100:2. Dan demi kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
100:3. dan demi kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
100:4. maka ia menerbangkan debu,
100:5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,
100:6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Rabbnya,
100:7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya itu,
100:8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
100:9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
100:10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
100:11. sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.
(al-‘Ādiyāt: 1-11).

Tafsir Ayat:

(1). Allah s.w.t. bersumpah dengan kuda, karena pada kuda terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah s.w.t. yang amat jelas dan nikmat-Nya yang nyata padanya yang diketahui oleh manusia. Allah s.w.t. bersumpah dengan kuda pada kondisi di mana tidak ada hewan lain yang menyertainya seraya berfirman: (وَ الْعَادِيَاتِ ضَبْحًا.) “Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,” yakni kuda yang berlari kencang dan kuat serta terengah-engah; suara nafasnya yang keluar dari dadanya karena kencangnya lari.

(2). (فَالْمُوْرِيَاتِ) “Dan kuda yang mencetuskan api” dengan kuku kakinya ketika menginjak batu (قَدْحًا) “dengan pukulan (kuku kakinya),” sehingga memercikkan api karena kokoh dan kuatnya kaki ketika lari.

(3). (فَالْمُغِيْرَاتِ) “Dan kuda yang menyerang” musuh (صُبْحًا) “dengan tiba-tiba di waktu pagi.” Ini adalah hal umum, karena serangan tiba-tiba biasanya dilakukan pada waktu pagi.

(4-5). (فَأَثَرْنَ بِهِ) “Maka ia menerbangkan” dengan lari dan serbuannya, (نَقْعًا) “debu”, yakni tanah. (فَوَسَطْنَ بِهِ) “Dan menyerbu,” dengan menungganginya, (جَمْعًا) “ke tengah-tengah kumpulan musuh,” dengan penunggangnya: kuda-kuda lari menyerbu musuh yang mereka serbu.

(6). Dan yang disumpahkan adalah Firman Allah s.w.t. (إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُوْدٌ.) “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Rabbnya,” yakni amat mencegah kebaikan yang wajib ditunaikan untuk Allah s.w.t. atasnya. Tabiat dan fitrah manusia tidak merelakan dirinya menunaikan kewajiban-kewajibannya secara sempurna dan penuh. Bahkan tabiat manusia adalah pemalas dan mencegah kewajiban-kewajiban harta dan badan yang harus ditunaikan, kecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah s.w.t. dan keluar dari sifat tersebut menuju sifat rela dengan menunaikan kewajiban-kewajiban.

(7). (وَ إِنَّهُ عَلَى ذلِكَ لَشَهِيْدٌ.) “Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya itu,” yakni sesungguhnya manusia menyaksikan keengganannya menunaikan kewajiban dan keingkaran yang ia ketahui pada dirinya, ia tidak membantah dan tidak mengingkarinya; karena itu adalah sesuatu yang jelas. Kemungkinan kata ganti dalam ayat ini merujuk pada Allah s.w.t., artinya sesungguhnya manusia benar-benar ingkar terhadap Rabbnya dan Allah s.w.t. menyaksikan hal itu. Dalam ayat ini terdapat ancaman dan peringatan keras bagi orang yang ingkar terhadap Rabbnya, karena Allah s.w.t. Maha Menyaksikannya.

(8). (وَ إِنَّهُ) “Dan sesungguhnya dia,” yaitu manusia, (لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ.) “sangat bakhil karena cintanya kepada harta,” yakni amat mencintai harta, dan kecintaannya itulah yang menyebabkannya tidak menunaikan kewajiban-kewajiban. Ia lebih mengedepankan hawa nafsu daripada keridhaan Rabbnya. Semua itu karena ia membatasi pandangannya pada dunia sementara akhirat dia lalaikan.

(9-10). Karena itu Allah s.w.t. berfirman memberi anjuran bagi manusia agar takut akan hari yang diancamkan tersebut, (أَفَلَا يَعْلَمُ) “Maka apakah dia tidak mengetahui,” yakni apakah manusia yang terpedaya itu tidak mengetahui, (إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُوْرِ.) “apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,” yakni Allah s.w.t. akan mengeluarkan manusia dari kubur untuk dikumpulkan dan dibangkitkan, (وَ حُصِّلَ مَا فِي الصُّدُوْرِ.) “dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,” artinya, apa yang ada di dalam dada akan menjadi nampak nyata berupa simpanan-simpanan kebaikan dan keburukan, sehingga rahasia menjadi nampak terang dan yang batin menjadi nyata, serta nampak di hadapan para manusia sebagai akibat perbuatan-perbuatan mereka.

(11). (إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيْرٌ) “Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka,” yakni mengetahui amalan-amalan mereka, lahir maupun batin, samar atau nyata, dan Allah s.w.t. membalas mereka atasnya. Allah s.w.t. menyebutkan berita mereka secara khusus padahal Allah Maha Mengetahui mengenai mereka di setiap saat, karena yang dimaksudkan pembalasan atas perbuatan-perbuatan itu bersumber dari ilmu dan pengetahuan Allah s.w.t.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *