Hati Senang

Suratu ‘Abasa 80 ~ Tafsir al-Jalalain

Tafsir Jalalain | Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

080

SŪRATU ‘ABASA

Makkiyyah, 42 ayat

Turun sesudah Sūrat-un-Najm.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

عَبَسَ وَ تَوَلَّى.

1. (عَبَسَ) “Dia telah bermuka masam” yakni Nabi Muḥammad telah bermuka masam (وَ تَوَلَّى) “dan berpaling” yaitu memalingkan mukanya karena,

أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى.

2. (أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى.) “telah datang seorang buta kepadanya” yaitu ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm. Nabi saw. tidak melayaninya karena pada saat itu ia sedang sibuk menghadapi orang-orang yang diharapkan untuk dapat masuk Islam, mereka terdiri dari orang-orang terhormat kabilah Quraisy, dan ia sangat menginginkan mereka masuk Islam. Sedangkan orang yang buta itu atau ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm tidak mengetahui kesibukan Nabi saw. pada waktu itu, karena ia buta. Maka ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm langsung menghadap dan berseru: “Ajarkanlah kepadaku apa-apa yang telah Allah ajarkan kepadamu.” Akan tetapi Nabi saw. pergi berpaling darinya menuju ke rumah, maka turunlah wahyu yang menegur sikapnya itu, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam surat ini. Nabi saw. setelah itu, apabila datang ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm berkunjung kepadanya, beliau selalu mengatakan, “Selamat datang orang yang menyebabkan Rabbku menegurku karenanya,” lalu beliau menghamparkan kain serbannya sebagai tempat duduk ‘Abdullah bin Ummi Maktūm.

وَ مَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى.

3. (وَ مَا يُدْرِيْكَ.) “Tahukah kamu” artinya, mengertikah kamu (لَعَلَّهُ يَزَّكَّى) “barangkali ia ingin membersihkan dirinya” dari dosa-dosa setelah mendengar dari kamu; lafal Yazzakkā bentuk asalnya adalah Yatazakkā, kemudian huruf Tā’ di-idgham-kan kepada huruf Zā’ sehingga jadilah Yazzakkā.

أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى.

4. (أَوْ يَذَّكَّرُ.) “Atau dia ingin mendapatkan pelajaran” lafal Yadzdzakkaru bentuk asalnya adalah Yatadzakkaru, kemudian huruf Tā’ di-idgham-kan kepada huruf Dzāl sehingga jadilah Yadzdzakkaru, artinya mengambil pelajaran dan nasihat (فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى) “lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya” atau nasihat yang telah didengarnya dari kamu bermanfaat bagi dirinya. Menurut suatu qira’at lafal Fatanfa‘ahu dibaca Fatanfa‘uhu, yaitu dibaca Nashab karena menjadi Jawāb dari Tarajji atau lafal La‘allahū tadi.

أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى.

5. (أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى.) “Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup” karena memiliki harta.

فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى.

6. (فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى.) “Maka kamu melayaninya” atau menerima dan mengajukan tawaranmu; menurut suatu qira’at lafal Tashaddā dibaca Tashshaddā yang bentuk asalnya adalah Tatashaddā, kemudian huruf Tā’ kedua di-idgham-kan kepada huruf Shād, sehingga jadilah Tashshaddā.

وَ مَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى.

7. (وَ مَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى.) “Padahal tidak ada celaan atasmu kalau dia tidak membersihkan diri” yakni orang yang serba berkecukupan itu tidak beriman.

وَ أَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى.

8. (وَ أَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى.) “Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera” lafal Yas‘ā berkedudukan sebagai Ḥāl atau kata keterangan keadaan bagi Fā‘il atau subjek yang terkandung di dalam lafal Jā’a.

وَ هُوَ يَخْشَى.

9. (وَ هُوَ يَخْشَى.) “Sedangkan ia takut” kepada Allah s.w.t.; lafal Yakhsyā menjadi Ḥāl dari fā‘il yang terdapat di dalam lafal Yas‘ā, yang dimaksud adalah si orang buta itu atau ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm.

فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى.

10. (فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى.) “Maka kamu mengabaikannya” artinya, tiada memperhatikannya sama sekali; lafal Talahhā asalnya Tatalahhā, kemudian salah satu dari kedua huruf Tā’ dibuang, sehingga jadilah Talahhā.

كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ.

11. (كَلَّا.) “Sekali-kali jangan” berbuat demikian, yakni janganlah kamu berbuat hal yang serupa lagi. (إِنَّهَا) “Sesungguhnya hal ini” maksudnya, surat ini atau ayat-ayat ini (تَذْكِرَةٌ) “adalah suatu peringatan” suatu pelajaran bagi makhluk semuanya.

فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ.

12. (فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ.) “Maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya” atau tentu ia menghafalnya kemudian menjadikannya sebagai nasihat bagi dirinya.

فِيْ صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ.

13. (فِيْ صُحُفٍ.) “Di dalam kitab-kitab” menjadi Khabar yang kedua, karena sesungguhnya ia dan yang sebelumnya berkedudukan sebagai jumlah Mu‘taridhah atau kalimat sisipan (مُّكَرَّمَةٍ) “yang dimuliakan” di sisi Allah.

مَّرْفُوْعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ.

14. (مَّرْفُوْعَةٍ.) “Yang ditinggikan” di langit (مُّطَهَّرَةٍ) “lagi disucikan” dari sentuhan syaithan.

بِأَيْدِيْ سَفَرَةٍ.

15. (بِأَيْدِيْ سَفَرَةٍ.) “Di tangan para penulis” yakni malaikat-malaikat yang menukilnya dari Lauḥ maḥfūzh.

كِرَامٍ بَرَرَةٍ.

16. (كِرَامٍ بَرَرَةٍ.) “Yang mulia lagi berbakti” artinya, semuanya taat kepada Allah swt.; mereka itu adalah malaikat-malaikat.

قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ.

17. (قُتِلَ الْإِنْسَانُ.) “Binasalah manusia” maksudnya, terlaknatlah orang kafir itu (مَا أَكْفَرَهُ) “alangkah sangat kekafirannyaIstifhām atau kata tanya pada ayat ini mengandung makna celaan; makna yang dimaksud, apakah gerangan yang mendorongnya berlaku kafir?

مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ.

18. (مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ.) “Dari apakah Allah menciptakannya?Istifhām atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrīr. Kemudian Allah menjelaskannya melalui firman berikutnya:

مِنْ نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ.

19. (مِنْ نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ.) “Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya” menjadi ‘alaqah, kemudian menjadi segumpal daging hingga akhir penciptaannya.

ثُمَّ السَّبِيْلَ يَسَّرَهُ.

20. (ثُمَّ السَّبِيْلَ.) “Kemudian untuk menempuh jalannya” yakni jalan ia keluar dari perut ibunya (يَسَّرَهُ) “Dia memudahkannya.”

ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ.

21. (ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ.) “Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur” artinya, Dia menjadikannya berada di dalam kubur yang menutupinya.

ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ.

22. (ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ.) “Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali” menjadi hidup kembali pada hari berbangkit nanti.

كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ.

23. (كَلَّا.) “Tidaklah demikian” artinya, benarlah (لَمَّا يَقْضِ) “manusia itu belum melaksanakan” belum mengerjakan (مَا أَمَرَهُ) “apa yang diperintahkan Allah kepadanya” yakni apa yang telah diperintahkan oleh Rabbnya supaya ia mengerjakannya.

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ.

24. (فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ.) “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan” dengan memasang akalnya (إِلَى طَعَامِهِ) “kepada makanannya” bagaimanakah makanan itu diciptakan dan diatur untuknya?

أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا.

25. (أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ.) “Sesungguhnya Kami telah mencurahkan air” dari awan (صَبًّا) “dengan sebenar-benarnya.”

ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا.

26. (ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ.) “Kemudian Kami belah bumi” dengan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dari dalamnya (شَقًّا) “dengan sebaik-baiknya.”

فَأَنْبَتْنَا فِيْهَا حَبًّا.

27. (فَأَنْبَتْنَا فِيْهَا حَبًّا.) “Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu” seperti biji gandum dan biji jawawut (tumbuhan keluarga padi-padian, biasa digunakan sebagai makanan burung; sekoi).

وَ عِنَبًا وَ قَضْبًا.

28. (وَ عِنَبًا وَ قَضْبًا.) “Anggur dan sayur-sayuran” atau sayur-mayur.

وَ زَيْتُوْنًا وَ نَخْلًا.

29. (وَ زَيْتُوْنًا وَ نَخْلًا.) “Zaitun dan pohon kurma”,

وَ حَدَائِقَ غُلْبًا.

30. (وَ حَدَائِقَ غُلْبًا.) “dan kebun-kebun yang lebat” yakni kebun-kebun yang banyak pepohonannya.

وَ فَاكِهَةً وَ أَبًّا.

31. (وَ فَاكِهَةً وَ أَبًّا.) “Dan buah-buahan serta rumput-rumputan” yaitu tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan binatang ternak; tetapi menurut suatu pendapat “Abban” artinya makanan ternak yang berasal dari tangkai atau bulir gandum atau padi dan lain sebagainya yang sejenis.

مَّتَاعًا لَّكُمْ وَ لِأَنْعَامِكُمْ.

32. (مَّتَاعًا لَّكُمْ.) “Untuk kesenangan” sebagai kesenangan atau untuk menyenangkan, penafsirannya sebagaimana yang telah disebutkan tadi pada surat sebelumnya (وَ لِأَنْعَامِكُمْ) “bagi kalian dan bagi binatang-binatang ternak kalian” penafsirannya sama dengan yang terdahulu pada surat sebelumnya.

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ.

33. (فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ.) “Dan apabila datang suara yang memekakkan” yakni tiupan sangkakala yang kedua.

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيْهِ.

34. (يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيْهِ.) “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya.”

وَ أُمِّهِ وَ أَبِيْهِ.

35. (وَ أُمِّهِ وَ أَبِيْهِ.) “Dari ibu dan bapaknya.”

وَ صَاحِبَتِهِ وَ بَنِيْهِ.

36. (وَ صَاحِبَتِهِ) “Dari teman hidupnya” yakni istrinya (وَ بَنِيْهِ) “dan anak-anaknya” lafal Yauma merupakan Badal dari lafal Idzā, sebagai Jawāb-nya disimpulkan dari berikut ini.

لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيْهِ.

37. (لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيْهِ.) “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya” yakni keadaan yang membuatnya tidak mengindahkan hal-hal lainnya, atau dengan kata lain setiap orang pada hari itu sibuk dengan urusannya masing-masing.

وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ.

38. (وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ.) “Banyak muka pada hari itu berseri-seri” yakni tampak cerah ceria.

ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ.

39. (ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ.) “Tertawa dan gembira” atau bergembira, mereka itu adalah orang-orang yang beriman.

وَ وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ.

40. (وَ وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ.) “Dan banyak pula muka pada hari itu tertutup debu” artinya, penuh dengan debu.

تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ.

41. (تَرْهَقُهَا) “Dan ditutup pula” diselimuti pula (قَتَرَةٌ) “oleh kegelapan” dan kepekatan yang menghitam.

أُولئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ.

42. (أُولئِكَ) “Mereka itulah” maksudnya, orang-orang yang keadaannya demikian adalah (هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ) “orang-orang kafir lagi durhaka” yakni orang-orang yang di dalam dirinya berkumpul kekafiran dan kedurhakaan.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.