ASBĀB-UN-NUZŪL
SŪRAT-UN-NĀZI‘ĀT
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Imām Sa‘īd ibnu Manshūr telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Muḥammad ibnu Ka‘b r.a. yang telah menceritakan, bahwa setelah ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:
““Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?”” (79, An-Nāzi‘āt, 10).
maka orang-orang kafir Quraisy berkata: “Sesungguhnya jika benar-benar kami akan dihidupkan kembali sesudah mati, niscaya kami benar-benar merugi.” Lalu turunlah ayat berikutnya, yaitu firman-Nya:
“Mereka berkata: “Kalau demikian itu adalah pengembalian yang merugikan”” (79, An-Nāzi‘āt, 12).
Imām Ḥakīm dan Imām Ibnu Jarīr kedua-duanya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Siti ‘Ā’isyah r.a. yang telah menceritakan, sesungguhnya Rasulullah s.a.w. ditanya mengenai waktu hari kiamat, sehingga turunlah kepadanya ayat ini, yaitu firman-Nya:
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muḥammad) tentang hari kiamat, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Rabbmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).” (79, An-Nāzi‘āt, 42-44).
Akhirnya terputuslah pertanyaan itu.
Imām Ibnu Abī Ḥātim telah mengetengahkan sebuah hadits melalui jalur Juwaibir yang ia terima dari adh-Dhaḥḥāk, bersumber dari Ibnu ‘Abbās r.a.
Ibnu ‘Abbās r.a. telah menceritakan, bahwa orang-orang musyrik Makkah bertanya kepada Nabi s.a.w. seraya mengatakan: “Kapankah terjadinya kiamat itu?”, pertanyaan ini mengandung nada sinis dari mereka yang ditujukan kepada Nabi s.a.w. Maka Allah segera menurunkan firman-Nya:
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muḥammad) tentang hari kiamat, kapankah terjadinya?” (79, An-Nāzi‘āt, 42 hingga akhir surat).
Imām Thabrānī dan Imām Ibnu Jarīr kedua-duanya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Thāriq ibnu Syihāb yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah s.a.w. banyak sekali menyebut tentang hari kiamat, sehingga turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:
Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Rabbmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).” (79, An-Nāzi‘āt, 43-44).
Imām Ibnu Abī Ḥātim telah mengetengahkan pula hadits yang serupa, hanya kali ini ia mengetengahkan melalui ‘Urwah.