ASBĀB-UN-NUZŪL
SŪRAT-UT-TAGHĀBUN
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Imām Tirmidzī telah mengetengahkan sebuah hadits demikian pula Imām Ḥākim yang menilai hadits ini sebagai hadits shaḥīḥ. Keduanya mengetengahkan hadits ini bersumber dari Ibnu ‘Abbās r.a. yang telah menceritakan, bahwa ayat ini yaitu firman-Nya:
“Sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka.” (QS. Taghābun [64]: 14).
diturunkan berkenaan dengan suatu kaum dari kalangan penduduk Makkah; mereka telah masuk Islam akan tetapi istri-istri dan anak-anak mereka tidak mau diajak berhijrah ke Madīnah bersama mereka. Ketika kaum itu datang kepada Rasūlullāh s.a.w. di Madīnah, mereka menduga bahwa orang-orang telah mengerti dan memahami perihalnya; mereka pasti akan menghukumnya. Lalu Allah menurunkan firman-Nya:
“dan jika kalian memaafkan dan tidak marah……” (QS. Taghābun [64]: 14).
Imām Ibnu Jarīr telah mengetengahkan sebuah hadits melalui ‘Athā’ ibnu Yasār yang telah menceritakan, bahwa surat at-Taghābun semuanya diturunkan di Makkah, kecuali ayat-ayat berikut ini, yaitu firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri kalian…...” (QS. Taghābun [64]: 14).
Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh ‘Auf bin Mālik al-Asyja‘ī. Ia mempunya istri dan anak, dan bilamana ‘Auf hendak pergi berperang, mereka menangis seraya menahannya supaya jangan berangkat ke medan perang. Keluarga ‘Athā’ mengatakan: “Kepada siapakah kamu akan menitipkan kami.” Tangisan dan halangan mereka membuat hati ‘Athā’ lunak dan akhirnya ia tidak jadi berangkat. Lalu turunlah ayat ini. Sedangkan ayat-ayat yang selanjutnya hingga akhir surat semuanya diturunkan di Madīnah.
Imām Ibnu Abī Ḥātim telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Sa‘īd ibnu Jubair yang telah menceritakan, bahwa setelah ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:
“bertaqwālah kalian kepada Allah sebenar-benar taqwā kepada-Nya.” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 102).
maka hal ini dirasakan amat berat peng‘amalannya oleh kaum Muslimīn. Akhirnya mereka tiada henti-hentinya melakukan shalat, sehingga kaki mereka bengkak-bengkak dan dahi mereka luka karena banyaknya shalat yang mereka kerjakan. Lalu Allah menurunkan ayat ini sebagai keringanan buat kaum Muslimīn, yaitu firman-Nya:
“Maka bertaqwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian…..” (QS. Taghābun [64]: 16).