ASBĀB-UN-NUZŪL
SŪRATU MU‘AWWIDZATAIN
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Imam Baihaqi di dalam kitab Dalā’il-un-Nubuwwah-nya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui jalur al-Kalbi yang diterimanya dari Abu Shaleh, Abu Shaleh menerimanya dari Ibnu ‘Abbas r.a.
Ibnu ‘Abbas a.s. telah menceritakan, bahwa Rasulullah s.a.w. mengalami sakit keras, lalu dua malaikat datang menemuinya. Salah seorangnya duduk di sebelah kepalanya sedangkan yang lainnya di sebelah kakinya. Malaikat yang berada di sebelah kedua kakinya berkata kepada malaikat yang berada di sebelah kepalanya: “Apakah yang kamu lihat?” Malaikat yang berada di sebelah kepalanya menjawab: “Thabb”. Malaikat yang berada di sebelah kakinya bertanya: “Apakah Thabb itu?” Ia menjawab: “Sihir”. Malaikat yang ada di sebelah kakinya bertanya: “Siapakah yang menyihirnya?” Ia menjawab: “Lubaid al-A‘sham orang Yahudi.”
Malaikat yang berada di sebelah kakinya bertanya: “Di manakah sihir itu disimpan?” Malaikat yang ada di sebelah kepalanya menjawab: “Di dalam sumur keluarga si Fulan, ia terletak di bawah sebuah batu besar dalam keadaan terbungkus”. Kemudian mereka berdua mendatangi sumur itu, lalu mereka menguras airnya dan mengangkat batu besar, kemudian mereka mengambil buntelan itu lalu membakarnya.
Dan pada waktu subuh, yaitu pagi hari dari malam itu, Rasulullah s.a.w. mengutus ‘Ammar ibnu Yasir beserta beberapa orang lainnya untuk mengambil buntelan sihir itu. Lalu mereka mendatangi sumur tersebut, tiba-tiba sesampainya mereka di sana melihat air sumur itu seakan-akan berwarna mereka darah.
Selanjutnya mereka menguras air sumur tersebut lalu mengangkat batu besar yang ada di dalamnya, lalu mereka mengeluarkan buntelan sihir kemudian langsung membakarnya (catatan: Bukankah buntelan itu sudah dibakar oleh kedua malaikat di atas????? S.H.) Ternyata di dalam buntelan itu terdapat seutas tali yang padanya ada sebelas buhul atau ikatan.
Kemudian diturunkan kedua surat ini kepada Rasulullah s.a.w., setiap kali beliau membaca satu ayat dari kedua surat tersebut terlepaslah satu ikatannya. Kedua surat tersebut; yang pertama dimulai dengan firman-Nya:
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai subuh…..” (al-Falaq [13]: 1)
Dan surat yang kedua diawali dengan firman-Nya:
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb manusia….” (an-Nās [114]: 1).
Asal hadits ini mempunyai Syāhid di dalam kitab Shaḥīḥ, hanya tanpa disebutkan turunnya kedua surat tersebut; akan tetapi turunnya kedua surat itu memiliki Syāhid yang lainnya yang memperkuat Asbāb-un-Nuzūl kedua surat itu.
Imam Abu Na‘im di dalam kitab ad-Dalā’il-nya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui jalur Abu Ja‘far ar-Razi yang ia telah menerimanya dari ar-Rabi‘ ibnu Anas, kemudian ar-Rabi‘ telah menerimanya pula dari Anas ibnu Malik r.a.
Anas ibnu Malik r.a. telah menceritakan, bahwa ada seorang Yahudi berbuat sesuatu terhadap Rasulullah s.a.w. Maka karena hal tersebut, Rasulullah s.a.w. mengalami sakit keras, ketika para sahabat datang menjenguknya, mereka mengira, bahwa hal itu hanyalah diakibatkan sakit biasa. Kemudian datanglah malaikat Jibril dengan membawa turun kedua surat ini; malaikat Jibril segera mengobatinya dengan membacakan kedua surat itu. Lalu Rasulullah s.a.w. keluar menemui para sahabatnya dalam keadaan sehat dan segar-bugar.
Pembahasan ini merupakan akhir dari kitab ini; dan segala puji bagi Allah Yang telah memberikan taufiq-Nya untuk penyelesaian kitab ini. Dan semoga salawat dan salam-Nya tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad utusan Allah, baginya segala hormat dan salam kami.