Asbab-un-Nuzul Surah al-Lail 92 ~ Tafsir al-Jalalain

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Lail 92 ~ Tafsir al-Jalalain

ASBĀB-UN-NUZŪL

SŪRAT-UL-LAIL

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Imām Ibnu Abī Ḥātim dan lain-lainnya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui jalur al-Ḥakam ibn Ibān yang ia terima dari ‘Ikrimah, dan ‘Ikrimah menerimanya dari Ibnu ‘Abbās r.a.

Ibnu ‘Abbās r.a. telah menceritakan, bahwa ada seorang lelaki yang memiliki sebuah pohon kurma, hanya saja pohon kurma miliknya itu salah satu tangkainya menjulur ke dalam rumah seseorang yang miskin lagi banyak anaknya. Apabila lelaki itu datang untuk memetik buahnya, ia langsung menaikinya dan memetik buahnya. Sewaktu ia naik dan memetiknya tentu saja ada beberapa buah kurma yang terjatuh, lalu buah kurma yang terjatuh itu diambil oleh anak-anak si orang miskin tadi. Lelaki itu segera turun dari pohon kurmanya dan langsung mengambil buah yang terjatuh itu dari tangan anak-anak orang yang miskin itu. Apabila ia menjumpai buah kurmanya itu berada di mulut salah seorang di antara mereka, ia segera memasukkan jari telunjuknya ke mulut anak itu dengan maksud untuk mengeluarkan buah kurma dari mulut si anak itu.

Lalu orang miskin itu mengadukan hal tersebut kepada Nabi s.a.w., Nabi s.a.w. berkata kepadanya: Sekarang pergilah kamu”. Kemudian Nabi s.a.w. menemui pemilik kurma itu dan berkata kepadanya: Berikanlah kepadaku tangkai pohon kurmamu yang menjuntai ke dalam rumah si Fulan itu, dan kelak kamu akan mendapat pohon kurma di surga sebagai penggantinya.” Lelaki itu menjawab: “Sesungguhnya aku telah diberi (hal yang serupa), dan sesungguhnya aku memiliki banyak pohon kurma, akan tetapi tiada suatu pohon kurma pun yang lebih mempesonakanku dan lebih banyak buahnya daripada pohon-pohon kurma itu.”

Setelah itu, (ada) seorang lelaki lain yang tadi mendengar percakapan antara lelaki itu dan Rasulullah s.a.w. Kemudian lelaki (lain) itu datang kepada Rasulullah s.a.w. dan berkata kepadanya: “Wahai Rasulullah, apakah engkau akan memberikan juga kepadaku tawaran yang pernah engkau ajukan kepada lelaki tadi jika aku mengambil pohon kurmanya.” Rasulullah s.a.w. menjawab: “Ya, tentu saja.”

Kemudian lelaki lain itu menemui pemilik kurma; dan adalah kedua orang tersebut sama-sama memiliki banyak pohon kurma. Lalu pemilik kurma itu berkata kepadanya: “Apakah kamu mengira bahwasanya Muḥammad memberikan kepadaku sebagai ganti dari pohon kurmaku yang menjulur ke rumah si Fulan, pohon kurma di surga?” Maka aku menjawab: “Sesungguhnya aku pun telah diberi; hanya saja aku senang kepada buah yang dihasilkannya, dan sesungguhnya aku memiliki banyak pohon kurma, akan tetapi tiada suatu pohon kurma pun yang lebih menakjubkan buahnya daripada pohon kurmamu itu. Apakah kamu mau menjualnya?” Pemilik kurma menjawab: “Tidak, kecuali jika aku diberi imbalan sesuai dengan apa yang aku inginkan dan aku rasa orang tidak akan mau menerima keinginanku itu.”

Lelaki lain itu berkata kepada pemilik kurma: “Berapakah yang kamu mau sebagai imbalannya?” Pemilik kurma menjawab: “Empat puluh buah pohon kurma”. Lelaki lain berkata: “Sesungguhnya keinginanmu itu aneh-aneh saja”, lalu lelaki lain itu diam berpikir sejenak. Lalu ia berkata kepada pemilik kurma: “Baiklah, aku memberikan kepadamu empat puluh pohon kurma sebagai imbalannya, akan tetapi jika kita benar-benar (sepakat), aku minta hal ini disaksikan oleh orang lain.” Lalu pemilik kurma itu memanggil kaumnya dan menyuruh mereka menyaksikan transaksi barter ini.

Kemudian lelaki lain itu pergi menemui Rasulullah s.a.w. dan sesampainya ia di sana lalu ia berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya pohon kurma itu telah menjadi milikku, sekarang aku berikan kepadamu.” Lalu Rasulullah s.a.w. pergi menemui orang yang miskin tadi di rumahnya lalu, ia berkata kepadanya: “Pohon kurma itu kuberikan kepadamu dan anak-anakmu”. Maka Allah menurunkan firman-Nya:

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)…..” (al-Lail [92]: 1, hingga akhir surat).

Imām Ibnu Katsīr memberikan komentarnya, hadits ini berpredikat gharīb jiddan (aneh sekali).

Imām Ḥakīm telah mengetengahkan sebuah hadits melalui ‘Āmir ibnu ‘Abdullāh ibn-uz-Zubair yang ia terima dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa Abū Quḥāfah berkata kepada Abū Bakar: “Aku lihat kamu telah memerdekakan banyak budak-budak yang lemah, alangkah baiknya seandainya kamu memerdekakan budak-budak yang kuat-kuat yang mampu membela dan melindungi dirimu, hai anakku.”

Abū Bakar menjawab: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku melakukan demikian hanyalah karena mengharapkan pahala yang ada di sisi Allah”. Kemudian turunlah ayat-ayat ini berkenaan dengan sikap Abū Bakar itu, yaitu firman-Nya:

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa.” (al-Lail [92]: 5, hingga akhir surat).

Imām Ibnu Abī Ḥātim telah mengetengahkan sebuah hadits melalui ‘Urwah bahwa Abū Bakar ash-Shiddīq telah memerdekakan tujuh orang hamba sahaya yang semuanya disiksa oleh majikan mereka karena beriman kepada Allah. Berkenaan dengan sikapnya itu turunlah ayat ini yaitu, firman-Nya:

Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu” (al-Lail [92]: 17, hingga akhir surat).

Imām Bazzār telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Ibn-uz-Zubair yang telah menceritakan bahwasanya ayat ini yaitu, firman-Nya:

Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya” (al-Lail [92]: 19, hingga akhir surat).

Diturunkan berkenaan dengan amal perbuatan yang dilakukan oleh Abū Bakar ash-Shiddīq.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *