ASBĀB-UN-NUZŪL
SŪRAT-UL-LAHAB
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Imām Bukhārī dan lain-lainnya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Ibnu ‘Abbās r.a. yang telah menceritakan, bahwa pada suatu hari Nabi s.a.w., naik ke atas bukit Shafā, lalu beliau berseru: “Hai orang-orang berkumpullah di pagi hari ini”. Lalu orang-orang Quraisy berkumpul mengerumuninya. Nabi s.a.w. melanjutkan pembicaraannya: “Bagaimana pendapat kalian, jika aku beritakan kepada kalian bahwasanya musuh datang menyerang kalian di waktu pagi ini, atau akan menyerang kalian di waktu sore nanti, apakah kalian akan mempercayaiku?” Mereka menjawab: “Tentu saja kami percaya kepadamu”. Nabi s.a.w. melanjutkan pembicaraannya: “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian di hadapan azab yang keras.”
Lalu Abū Lahab menjawab: “Celakalah kamu ini, apakah untuk inikah kamu mengumpulkan kami?” Maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Binasalah kedua tangan Abū Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (al-Lahab [111]: 1 hingga akhir surat).
Imām Ibnu Jarīr telah mengetengahkan sebuah hadits melalui jalur Isrā’īl yang ia terima dari Isḥāq, Isḥāq menerimanya dari seorang laki-laki dari kalangan Ḥamdan yang dikenal dengan nama Yazīd ibnu Zaid. Disebutkan, bahwa istri Abū Lahab pernah melemparkan duri di tengah jalan yang biasa dilewati oleh Nabi s.a.w. lalu turunlah ayat-ayat ini mulai dari firman-Nya:
“Binasalah kedua tangan Abū Lahab …..” (al-Lahab [111]: 1 sampai dengan firman-Nya:
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.” (al-Lahab [111]: 4).
Imām Ibn-ul-Mundzir telah mengetengahkan pula hadits yang serupa, hanya hadits yang diketengahkannya itu melalui ‘Ikrimah.