ASBĀB-UN-NUZŪL
SŪRAT-UL-ḤADĪD
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Ibnu Abī Syaibah di dalam kitab al-Mushannaf-nya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui ‘Abd-ul-‘Azīz ibnu Abī Rawwād, bahwasanya kejadian di kalangan para sahabat Nabi s.a.w. senang bersenda-gurau dan banyak tertawa, lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman…….” (QS. al-Ḥadīd [57]: 16).
Ibnu Abī Ḥātim telah mengetengahkan pula hadits lainnya melalui Muqātil ibnu Ḥibbān yang telah menceritakan, bahwasanya para sahabat Nabi s.a.w. mulai gemar melakukan sesuatu yang berbau senda-gurau, maka Allah segera menurunkan firman-Nya:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…….” (QS. al-Ḥadīd [57]: 16).
As-Suddī telah mengetengahkan hadits ini melalui al-Qāsim yang telah menceritakan, bahwa para sahabat merasa jenuh, maka mereka berkata: “Wahai Rasūlullāh, ceritakanlah kepada kami”. Maka Allah segera menurunkan firman-Nya:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…….” (QS. al-Ḥadīd [57]: 16).
Ibn-ul-Mubārak di dalam kitab az-Zuhd-nya telah mengetengahkan, bahwasanya Sufyān telah menceritakan kepada kami sebuah hadits melalui al-A‘masy yang telah menceritakan, bahwa sewaktu para sahabat Nabi s.a.w., datang ke Madīnah, lalu mereka memperoleh kehidupan yang baik, yang sebelumnya mereka hidup dalam penderitaan dan kemiskinan seakan-akan mereka telah terlepas dari apa yang telah mereka alami sebelumnya. Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…….” (QS. al-Ḥadīd [57]: 16).
Imām Thabrānī di dalam kitab al-Ausath-nya telah mengetengahkan sebuah hadits yang di dalam sanad-nya terdapat salah seorang perawi yang belum dikenal. Hadits ini bersumber dari Ibnu ‘Abbās r.a., bahwa ada empat puluh orang datang menghadap kepada Nabi s.a.w. mereka adalah teman-teman dari Raja Najāsyī (Negus) sebagai delegasi darinya. Lalu mereka ikut berperang bersama dengan Nabi s.a.w. dalam Perang Uhud, tidak ada seorang pun yang gugur dalam perang tersebut, mereka hanya mengalami luka-luka. Setelah mereka melihat keadaan orang-orang mu’min yang memerlukan bantuan materil, lalu mereka berkata kepada Rasūlullāh s.a.w.: “Wahai Rasūlullāh, sesungguhnya kami ini adalah orang-orang yang kaya di negeri kami, maka idzinkanlah bagi kami untuk mendatangkan harta kami untuk membantu dan menyantuni orang-orang Muslim yang membutuhkannya.” Adapun dari kalangan kami yang beriman kepada Kitāb kalian (al-Qur’ān) baginya ada dua pahala dan bagi yang tidak beriman kepada Kitāb kalian (al-Qur’ān) hanya satu pahala”. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka al-Kitāb sebelum al-Qur’ān, mereka beriman pula dengan al-Qur’ān itu.…..” (QS. al-Qashash [28]: 52).
dan beberapa ayat berikutnya.
Setelah ayat-ayat di atas diturunkan, mereka berkata: “Hai golongan kaum Muslimīn, ingatlah, barang siapa di antara kami yang beriman kepada Kitāb kalian, maka baginya ada dua pahala. Dan barang siapa yang tidak beriman di antara kami kepada Kitāb kalian, maka baginya hanya satu pahala, sama halnya dengan pahala kalian.” Maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman (kepada rasūl) bertaqwālah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasūl-Nya (Nabi Muḥammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua bagian….” (QS. al-Ḥadīd [57]: 28).
Ibnu Abī Ḥātim telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Muqātil yang telah menceritakan, bahwa sewaktu ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:
“Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka……” (QS. al-Qashash [28]: 54).
Lalu orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab membanggakan dirinya atas sahabat-sahabat Nab s.a.w. seraya mengatakan: “Bagi kami ada dua pahala dan bagi kalian hanya satu pahala.” Hal itu dirasakan amat berat oleh para sahabat, lalu Allah s.w.t. menurunkan firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman (kepada rasūl) bertaqwālah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasūl-Nya (Nabi Muḥammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua bagian….” (QS. al-Ḥadīd [57]: 28).
Maka Allah melalui ayat ini menjadikan pahala dua kali bagi orang-orang mu’min, sama halnya dengan orang-orang yang beriman kepada Rasūlullāh s.a.w. dari kalangan ahli kitab.
Imām Ibnu Jarīr telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Qatādah yang telah menceritakan, bahwa telah sampai berita kepada kami, ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:
“….niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua bagian….” (QS. al-Ḥadīd [57]: 28).
Orang-orang ahli kitab merasa dengki terhadap kaum Muslimīn setelah ada ayat tersebut, maka Allah menurunkan pula firman-Nya yang lain, yaitu:
“Kami terangkan yang demikian ittu) supaya ahli kitab mengetahui……” (QS. al-Ḥadīd [57]: 29).
Imām Ibn-ul-Mundzir telah mengetengahkan pula hadits lainnya melalui Mujāhid yang telah menceritakan, bahwa orang-orang Yahudi telah mengatakan: “Sudah dekat masanya akan turun seorang nabi dari kalangan kami, dia kelak akan memotong tangan dan kaki”. Lalu setelah nabi yang dimaksud muncul dari kalangan bangsa ‘Arab, mereka mengingkarinya, maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Kami terangkan yang demikian ittu) supaya ahli kitab mengetahui……” (QS. al-Ḥadīd [57]: 29).
Ya‘ni supaya mereka mengetahui karunia Allah, yang dimaksud adalah kenabian.