ASBĀB-UN-NUZŪL
SŪRATU ‘ABASA
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Imām Tirmidzī dan Imām Ḥakīm, kedua-duanya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Siti ‘Ā’isyah r.a. yang telah menceritakan, bahwa firman Allah s.w.t. berikut ini, yaitu:
“Dia (Muḥammad) telah bermuka masam dan berpaling” (80, ‘Abasa, 1).
diturunkan berkenaan dengan ‘Abdullāh ibnu Ummi Maktūm yang buta. Pada suatu hari ia datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: “Wahai Rasulullah, berikanlah aku bimbingan (kepada Islam)”. Pada saat itu di hadapan Rasulullah s.a.w. ada beberapa orang lakik-laki dari kalangan pemimpin-pemimpin kaum musyrikin. Rasulullah s.a.w. berpaling dari ‘Abdullāh ibnu Ummi Maktūm karena melayani mereka. Lalu Rasulullah s.a.w. berkata: “Bagaimanakah pendapatmu, apakah di dalam hal-hal yang telah aku katakan tadi dapat membuka hatimu?” Laki-laki dari pemimpin kaum musyrikin itu menjawab: “Tidak”. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:
“Dia (Muḥammad) telah bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya” (80, ‘Abasa, 1-2).
Abū Ya‘lā telah mengetengahkan hadits yang serupa melalui Anas r.a.
Imām Ibn-ul-Mundzir telah mengetengahkan sebuah hadits melalui ‘Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya:
“Binasalah manusia alangkah sangat kekafirannya” (80, ‘Abasa, 17).
‘Ikrimah mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan ‘Atabah ibnu Abū Lahab, yaitu sewaktu dia mengatakan: “Aku ikut kepada Rabb binatang.”