004 Huruf-huruf & Rohnya – Pancaran Spiritual – al-Qunawi

PANCARAN SPIRITUAL
TELAAH 40 HADITS SUFISTIK

(Diterjemahkan dari: Syarḥ-ul-Arba‘īna Ḥadītsan)
Oleh: SHADR-UD-DĪN Al-QUNĀWĪ

Penerjemah: Irwan Kurniawan
Penerbit: PT LENTERA BASRITAMA

HADITS KEEMPAT

(Huruf-huruf dan Rohnya)

 

Diriwayatkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. sedang menunaikan shalat. Tiba-tiba datang seseorang dengan nafas terengah-engah. Lalu dia berkata: “Allāhu akbar. Al-ḥamdulillāhi ḥamdan katsīran thayyiban mubārakan fīhi (Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, dan mengandung berkah).” Setelah Rasūlullāh s.a.w. menyelesaikan shalatnya, beliau bertanya: “Siapa di antara kamu yang telah mengucapkan kata-kata itu?” Tetapi orang itu diam saja. Maka beliau bersabda: “Dia tidak mengucapkan kejelekan.” Lalu orang itu berkata: “Saya, wahai Rasūlullāh. Sayalah yang mengucapkannya.” Kemudian Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Saya melihat dua belas malaikat berlomba-lomba menghampiri ucapan itu untuk mengangkatnya.” (11).

 

Penyingkapan Rahasia dan Penjelasan Maknanya.

Hadits ini adalah seperti hadits sebelumnya, hanya saja di antara keduanya terdapat perbedaan yang tipis. Yaitu, bahwa pada hadits pertama Nabi s.a.w. mengemukakan kumpulan kata-kata tersebut. Jumlahnya adalah tiga puluh tiga, sebagaimana yang telah ditunjukkan dan seperti kesaksian sejumlah malaikat yang merupakan roh huruf-huruf dan kata-kata itu. Di dalam hadits ini huruf-huruf yang diulang-ulang diperhitungkan. Ada dua belas huruf yang tidak diulang-ulang. Maka kajilah, niscaya engkau mendapat bimbingan.

Di sini terdapat pengertian lain yang harus diperhatikan. Yaitu, para penegas kebenaran (muḥaqqiq) yang memahami makna huruf-huruf bersepakat bahwa alif bukan huruf yang sempurna. Karena, ia merupakan bentangan nafas, dan bukan tempat perhentian pada makhraj tertentu. Itu merupakan materi dari seluruh huruf, bukan sebagai satu huruf sempurna yang tertentu. Huruf sempurna adalah yang tertentu bentuknya di dalam penuturan dan tulisan sekaligus. Sementara alif tidak demikian. Bentuk alif hanya tampak pada penulisan, tetapi tidak tampak pada penuturan. Ini adalah kebalikan dari huruf ḥamzah. Bentuk ḥamzah tampak pada penuturan, tetapi tidak tampak pada penulisan. Gabungan ḥamzah dan alif bagi mereka merupakan satu huruf. Karena itu mereka mengatakan: “Alif sendiri, tanpa ḥamzah, bukanlah huruf yang sempurna. Jika engkau hilangkan pengulangan huruf-huruf yang sama pada kalimat ini (yakni Allāhu akbar. Al-ḥamdulillāhi ḥamdan katsīran thayyiban mubārakan fīhi) dan tanpa menghitung alif, sebagaimana telah dijelaskan, maka jumlah huruf pada kalimat tersebut adalah dua belas. Tidak kurang dan tidak lebih.”

Karena itu, Rasūlullāh s.a.w. melihat malaikat itu berjumlah dua belas. Maka pahamilah! Gabungkanlah apa yang saya sebutkan di dalam syarah hadits ini dengan apa yang saya sebutkan pada hadits di atas. Kajilah keduanya, maka engkau beruntung, in syā’ Allāh. Jika ada orang mengatakan: “Engkau menetapkan bahwa alif bukan huruf sempurna, demikian pula ḥamzah. Maka bagaimana dalam hadits pertama yang di dalamnya disebutkan terdapat tiga puluh lebih (bidh‘) malaikat, huruf alif diperhitungkan? Dengannya sempurnalah jumlah yang disebutkan di dalam hadits itu, yaitu dua belas malaikat.”

Saya jawab: Ini termasuk sejumlah dalil kesempurnaan kenabian. Nabi kita s.a.w. dianugerahi jawāmi‘-ul-kalam. Di dalam hadits pertama beliau menjaga ketentuan lahir menurut keumuman pemahaman dan pemufakatan. Sementara pada hadits kedua beliau menjaga ketentuan penegasan (taḥqīq) dan pengetahuan yang sempurna, tanpa memperhatikan pemahaman kebanyakan orang. Yang pertama adalah bimbingan bagi orang-orang awam, sementara yang kedua adalah peringatan bagi orang-orang tertentu. Maka pahamilah. Di antara yang menguatkan apa yang telah saya sebutkan di dalam penjelasan kedua hadits ini tentang rahasia-rahasia huruf, adalah sabda Rasūlullāh s.a.w. di dalam hadits Muslim melalui periwayatan Abū Umāmah, (22): “Aku mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Bacalah al-Qur’ān, karena pada hari kiamat al-Qur’ān datang sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya. Bacalah az-Zahrawayn, yakni surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān, karena pada hari kiamat keduanya datang seperti awan atau seperti dua kawanan burung berbulu yang membela pembacanya.” (33) Sabdanya: “…. seakan-akan dua kawanan burung berbulu” merupakan kiasan dari roh gambar-gambar huruf dan kata.

Dua awan merupakan gambaran kesatuan dari masing-masing kedua surah tersebut. Maka ketahui dan kajilah hal itu. Niscaya engkau mendapat petunjuk, in syā’ Allāh. Di dalam bab ini, yang pasti engkau tahu bahwa hal itu tercakup dalam tiga bagian:

Pertama, Rasūlullāh s.a.w. mengungkapkan roh-roh sejumlah huruf zikir yang diucapkan tanpa menghilangkan huruf-huruf yang diulang-ulang.

Kedua, Rasūlullāh s.a.w. menyebutkan jumlah huruf-huruf zikir setelah dihilangkan pengulangan.

Ketiga, diungkapkan jumlah kata, bukan jumlah huruf.

Maka kajilah apa yang saya ingatkan, niscaya engkau tahu bahwa hal itu terbatas pada apa yang saya sebutkan kepadamu. Apabila engkau menelitinya di dalam isyarat-isyarat dari Nabi, maka engkau mendapatinya sebagai penegas bagi hukum yang tidak tegas.

Semoga Allah memberi petunjuk.

 

Catatan:


  1. 1). Diriwayatkan oleh Muslim di dalam bab al-Masājid, hal. 149; an-Nasā’ī di dalam bab al-Iftitāḥ, hal. 19 dan 36; dan Ibn Ḥanbal, III/106. 
  2. 2). Abū Umāmah, nama lengkapnya adalah Abū Umāmah al-Bāhilī, seorang sahabat Rasūlullāh s.a.w. Dia meriwayatkan banyak ilmu dan menceritakan tentang ‘Umar, Mu‘ādz, dan Abū ‘Ubaidah. Dia wafat pada tahun 84 H. Lihat biografinya pada kitab Siyaru A‘lām-in-Nubalā’ karya adz-Dzahabī, jilid III, hal. 359-363. 
  3. 3). Diriwayatkan oleh Muslim di dalam bab al-Musāfirīn, hal. 252. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *