Surah al-Mulk 67 ~ Tafsir Sayyid Quthb (2/8)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Surah al-Mulk 67 ~ Tafsir Sayyid Quthb

Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan), dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui? Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Atau, apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu? Maka, kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (al-Mulk: 12-17)

Burung-burung, mereka adalah makhluk yang sering mereka lihat, tetapi tidak pernah mereka renungkan segi mukjizatnya (keluarbiasaannya) melainkan sedikit sekali. Akan tetapi, surah ini menahan pandangan mereka untuk memperhatikan. Juga menahan hati mereka untuk merenungkan dan melihat kekuasaan Allah yang telah membuat bentuk dan menentukan.

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (al-Mulk: 19)

Mereka merasa aman di kampung halaman dan negeri mereka. Juga merasa tenang berdiam di tempat tinggal mereka, tetapi ketenangan yang lalai terhadap kekuasaan dan qadar Allah. Maka, surah ini menggoyang mereka dari ketenangan dan kebekuan jiwanya itu, setelah mengguncang bumi dari bawah mereka dan menebarkan udara di sekitar mereka. Juga setelah diguncangnya perasaan mereka terhadap kekuasaan Allah yang tidak pernah mereka perhitungkan perhitungan-Nya.

Atau, siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.” (al-Mulk: 20)

Rezeki yang mereka raih dengan tangan-tangan mereka, yang mereka kira sebab-sebab rezeki itu dekat dan mereka perebutkan. Akan tetapi, surah ini mengarahkan pandangan mereka ke tempat yang jauh di langit sana. Juga untuk melihat apa yang ada di belakang sebab-sebab yang tampak kepada mereka sebagaimana persangkaan mereka.

Atau, siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” (al-Mulk: 21)

Mereka berjalan di dalam kesesatan, namun mereka mengira bahwa mereka berada di jalan yang benar. Maka, surah ini menggambarkan kepada mereka keadaan mereka yang sebenarnya dan keadaan orang-orang yang benar-benar mendapat petunjuk, dengan gambaran yang hidup, bergerak, dan mengesankan.

Maka, apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (al-Mulk: 22)

Namun, mereka tidak dapat memanfaatkan apa yang telah diberikan Allah pada diri mereka yang berupa berbagai macam persediaan dan potensi. Mereka tidak sampai melampaui apa yang terlihat oleh indra mereka untuk memikirkan apa yang ada di balik kenyataan yang selalu berdekatan dengan mereka. Maka, surah ini mengingatkan mereka terhadap nikmat yang telah diberikan Allah kepada mereka. Juga mengarahkan mereka agar mempergunakan karunia ini untuk menerangi masa depan yang tersembunyi di balik apa yang tampak secara lahir ini, dan supaya merenungkan tujuan dari semua yang tampak ini.

Katakanlah, “Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. Katakanlah, “Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kamu kelak dikumpulkan.”” (al-Mulk: 23-24)

Mereka mendustakan adanya kebangkitan dari kubur dan pengumpulan manusia di padang mahsyar, serta meminta didatangkannya ancaman yang disampaikan kepada mereka. Maka, surah ini menggambarkan kepada mereka realitas yang menakutkan serta sudah dekat masanya (pasti terjadi), yang kedatangannya sangat menyusahkan dan menakutkan mereka.

Dan mereka berkata, “Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar? Katakanlah, Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.” Ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka), “Inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya.” (al-Mulk: 25- 27)

Mereka senantiasa menantikan kebinasaan Nabi s.a.w., dan para pengikut beliau. Sehingga, mereka akan merasa aman dari suara yang mengguncangkan tempat tidur mereka dengan peringatan-peringatan dan teguran-teguran serta penyadaran dari kebekuan berpikir. Maka, surah ini mengingatkan mereka bahwa kebinasaan golongan orang-orang yang beriman atau keberadaannya tidak berpengaruh terhadap azab Allah yang akan menimpa mereka karena pengingkaran dan pendustaan mereka. Maka, yang lebih layak mereka lakukan adalah memikirkan urusan dan keadaan mereka sebelum datangnya hari yang gawat itu.

Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?” Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami ber- iman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata.” (al-Mulk: 28-29)

Pada ayat terakhir, surah ini mengingatkan mereka terhadap kemungkinan lenyapnya air yang menjadi unsur penting penghidupan mereka. Sedangkan, yang mengeluarkan dan memancarkan air itu adalah Allah yang mereka ingkari tersebut.

Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (al-Mulk: 30)

Sungguh ini adalah gerakan pada indra, serta gerakan di dalam perasaan, pikiran, dan angan-angan.

Kata Kunci Pembuka Surah Ini

Kunci seluruh surah ini dan poros gerakannya adalah ayat pertama yang simpel dan mengesankan.

تَبَاركَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Mahasuci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu,” (al-Mulk: 1)

Dari hakikat kerajaan dan hakikat kekuasaan ini, bercabanglah semua lukisan yang dibentangkan oleh surah ini dan semua gerakan yang tersembunyi dan yang tampak, yang menyadarkan hati kepadanya.

Maka, dari kerajaan dan kekuasaan inilah diciptakannya kematian dan kehidupan serta ujian dengan keduanya. Karenanya, diciptakanlah langit dan dihiasi dengan bintang-bintang, dan dijadikannya bintang-bintang itu sebagai alat pelempar setan. Karenanya, disediakanlah neraka Jahannam dengan sifat-sifatnya, keadaannya, dan penjaga-penjaganya. Karenanya, diketahui segala yang rahasia dan yang tampak nyata. Karenanya, dijadikanlah bumi itu mudah bagi manusia. Karenanya, dijungkirbalikkan bumi dan dikirimkannya badai yang berbatu yang diiringi dengan kemurkaan Allah kepada orang-orang yang mendustakan para rasul terdahulu.

Karenanya, burung ditahan di langit. Karenanya, Dia menekan dan meninggikan. Karenanya, Dia memberi rezeki sebagaimana yang Dia kehendaki. Karenanya, Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati. Karenanya, Dia mengembangkan manusia di bumi dan mengumpulkannya di akhirat nanti. Karenanya, Dia mengkhususkan pengetahuan tentang hari Kiamat ini hanya untuk Dia saja. Karenanya, azab disediakan bagi orang-orang kafir. Dan, karena kerajaan dan kekuasaan-Nya, diciptakanlah air untuk menjadi unsur penting kehidupan. Karena kekuasaan-Nya itu, Dia dapat saja melenyapkan air itu kalau Dia menghendaki….

Maka, semua hakikat surah dan temanya, semua gambaran dan pengarahannya bersumber dari pengarah yang terdapat pada ayat pertama dengan petunjuknya yang sangat komplit, “Mahasuci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.

Hakikat-hakikat dan pengarahan-pengarahan surah ini disebutkan secara berurutan dalam rangkaian ayat-ayatnya, yang terus memancar tiada henti, yang menafsirkan kandungan petunjuk ayat pertama yang global dan lengkap, yang sulit membagi-baginya ke dalam beberapa poin! Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau ayat ayat-ayat itu ditampilkan sesuai urutannya dengan sedikit penjelasan yang agak rinci.

 

Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (al-Mulk: 1)

Tasbih yang terdapat pada awal surah ini mengesankan pertambahan dan pelipatgandaan barakah Allah. Juga menunjukkan mulianya berkah yang subur dan melimpah ini. Disebutkannya “kerajaan” di sampingnya memberikan kesan me-limpahnya barakah ini kepada kerajaan tersebut, dan menunjukkan mulianya berkah ini pada alam semesta sesudah menunjukkan kemuliaannya di sisi Zat Ilahiah. Ini adalah sebuah senandung yang dengannya segala harapan semesta saling merespons, dan dengannya menjadi semarak hati semua yang maujud. Dan, ia bertolak dari firman Ilahi di dalam kitab-Nya yang mulia, dari kitab yang tersembunyi, kepada alam yang dapat diketahui.

Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan…

Maka, Dialah yang menguasai kerajaan itu, yang memeliharanya, yang memegang ubun-ubunnya, yang melaksanakannya. Ini adalah suatu hakikat. Apabila hakikat ini sudah bersemayam di dalam hati, maka dia akan mengendalikan arahnya dan menunjukkan tempat kembalinya. Juga akan menjauhkannya dari semua arahan, pegangan, atau pencarian kepada selain Yang Mahakuasa, Yang Maha Memelihara, dan Yang Mengatur kerajaan-Nya dengan tiada sekutu bagi-Nya, sebagaimanaia akan menjauhkannya dari melakukan pengabdian dan peribadatan kepada selain Yang Mahakuasa lagi Maha Esa, Yang Dipertuan lagi Mahatunggal.

…Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Sehingga, tidak ada sesuatu pun yang lepas dari kekuasaan-Nya: tidak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya, tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang membatasi kemauan-Nya. Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya. Dia berbuat apa saja yang diinginkan-Nya. Dia Mahakuasa atas apa saja yang dikehendaki-Nya dan Mahakuasa atas segala urusan-Nya. Iradah-Nya tidak bergantung pada batas dan ikatan-ikatan tertentu….

Ini adalah suatu hakikat, yang apabila sudah mantap di dalam hati, maka ia akan melepaskan gambaran hati itu terhadap kehendak Allah dan perbuatan-Nya dari segala jenis ikatan, baik ikatan indrawi, ikatan pikiran, maupun ikatan angan-angan. Maka, kekuasaan Allah berada di balik segala sesuatu yang tergetar pada manusia dalam kondisi apa pun. Dan, ikatan-ikatan yang membatasi pandangan manusia menurut hukum buatan mereka yang terbatas, akan menjadikan mereka tertawan oleh kebiasaan mereka sendiri di dalam menentukan segala sesuatu yang mereka hadapi, yang berupa perubahan dan pergantian pada apa yang ada di balik masa kini dan kenyataan yang terbatas ini.

Maka, hakikat ini melepaskan perasaan mereka dari ketertawanan. Sehingga, karena meyakini kekuasaan Allah, mereka dapat mengharapkan segala sesuatu dengan tidak terbatas. Dan, mereka serahkan segala sesuatu tanpa syarat kepada kekuasaan Allah. Maka, terbebaslah mereka dari tawanan masa kini dan realitas yang terbatas ini.

Mati dan Hidup sebagai Ujian

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَ الْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dian menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (al-Mulk: 2)

Di antara bekas-bekas kemantapan kerajaan-Nya dan tindakan-Nya yang mutlak, dan di antara bekas-bekas kekuasaan-Nya terhadap segala sesuatu dan kemutlakan kehendak-Nya…ialah Dia menciptakan kematian dan kehidupan. Kematian ini mencakup kematian yang mendahului kehidupan dan kematian sesudah kehidupan. Kehidupan ini juga mencakup kehidupan yang pertama dan kehidupan yang terakhir. Semuanya adalah ciptaan Allah sebagaimana ditetapkan oleh ayat ini, yang melahirkan hakikat ini di dalam pandangan manusia. Di samping itu,ia menimbulkan kesadaran terhadap maksud dan ujian yang ada di baliknya.

Maka, persoalannya bukanlah masalah kebetulan dengan tanpa direncanakan, bukan permainan tanpa tujuan. Tetapi, semua itu adalah ujian untuk menampakkan apa yang tersembunyi dalam ilmu Allah mengenai perilaku manusia di muka bumi dan keberhakan mereka terhadap balasan amal mereka.

Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya….

Penetapan hakikat ini di dalam hati menjadikan hati ini senantiasa sadar, hati-hati, memperhatikan, dan merenungkan segala sesuatu yang kecil dan yang besar, di dalam niat yang tersembunyi dan di dalam perbuatan nyata. Juga tidak membiarkan hati lalai dan lengah, tidak pula santai dan bersenang-senang belaka. Oleh karena itu, datanglah ujung ayat yang mengatakan, “…Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.

Ujung ayat ini untuk menuangkan ketenangan di dalam hati yang selalu memperhatikan Allah dan takut kepada-Nya. Karena, Allah Mahaperkasa lagi Maha Pemenang. Tetapi, Dia juga Maha Pengampun lagi Mahatoleran. Apabila hati telah menyadari dan merasa bahwa semua ini sebagai ujian dan cobaan, lantas dia berhati-hati dan menjaga diri, maka dia merasa tenang untuk mendapatkan pengampunan Allah dan rahmat-Nya, merasa mantap dan senang dengan rahmat Allah itu.

Sesungguhnya Allah menurut hakikat yang dilukiskan Islam dan dimantapkan di dalam hati, tidaklah mengusir manusia, tidak menyulitkan mereka, dan tidak suka menyiksa mereka. Akan tetapi, Dia ingin agar mereka senantiasa menyadari tujuan keberadaan mereka, dan agar mereka meningkatkan derajatnya kepada kedudukan yang sebenarnya. Juga agar mereka merealisasikan pemberian kemuliaan Allah kepada mereka dengan meniupkan roh ciptaan-Nya di dalam eksistensinya sebagai manusia, dan dimuliakannya mereka di atas kebanyakan makhluk-Nya. Apabila hal ini telah sempurna bagi mereka, maka di sanalah terdapat rahmat yang banyak, pertolongan yang besar, toleransi yang luas, dan pemaafan dari banyak kesalahan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *