Surah al-Qalam 68 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (3/3)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Qalam 68 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Ayat 34-43: Perbandingan antara orang-orang yang bertaqwā dengan orang-orang yang berdosa, apa yang Allah siapkan untuk dua golongan itu, dan keadaan orang-orang yang berdosa pada hari Kiamat.

إِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ. أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِيْنَ كَالْمُجْرِمِيْنَ. مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ. أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيْهِ تَدْرُسُوْنَ. إِنَّ لَكُمْ فِيْهِ لَمَا تَخَيَّرُوْنَ. أَمْ لَكُمْ أَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُوْنَ. سَلْهُمْ أَيُّهُمْ بِذلِكَ زَعِيْمٌ. أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ فَلْيَأْتُوْا بِشُرَكَائِهِمْ إِنْ كَانُوْا صَادِقِيْنَ. يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَ يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُوْدِ فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ. خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَ قَدْ كَانُوْا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُوْدِ وَ هُمْ سَالِمُوْنَ.

  1. (23281) Sungguh, bagi orang-orang yang bertaqwā (disediakan) surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.
  2. Apakah patut Kami memperlakukan orang-orang Islam itu seperti orang-orang yang berdosa (orang kafir)? (23292)
  3. Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimana kamu mengambil keputusan.
  4. Atau apakah kamu mempunyai kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu pelajari?
  5. Sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya.
  6. Atau apakah kamu memperoleh (janji-janji yang diperkuat dengan) sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari Kiamat; bahwa kamu dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)?
  7. Tanyakanlah kepada mereka: “Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap (keputusan yang diambil itu?” (23303)
  8. Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? (23314) Kalau begitu hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka orang-orang yang benar.
  9. (23325) (Ingatlah) pada hari ketika betis disingkapkan (23336) dan mereka diseru untuk bersujud; maka mereka tidak mampu, (23347)
  10. pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud (23358) waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan).

 

Ayat 44-47: Pendustaan orang-orang kafir kepada Rasūl dan alQur’ān yang dibawanya, dan penangguhan terhadap ‘adzab.

فَذَرْنِيْ وَ مَنْ يُكَذِّبُ بِهذَا الْحَدِيْثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ. وَ أُمْلِيْ لَهُمْ إِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ. أَمْ تَسْأَلُهُمْ أَجْرًا فَهُمْ مِّنْ مَّغْرَمٍ مُّثْقَلُوْنَ. أَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُوْنَ.

  1. Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (al-Qur’ān) (23369). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui, (233710)
  2. dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.
  3. Ataukah engkau (Muḥammad) meminta imbalan kepada mereka (233811), sehingga mereka dibebani dengan hutang? (233912)
  4. Ataukah mereka mengetahui yang ghaib lalu mereka menuliskannya? (234013)

Ayat 48-52: Perintah Allah subḥānahu wa ta‘ālā kepada Nabi-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk bersabar terhadap gangguan kaum musyrik dan siap memikul beban da‘wah.

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَ لَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوْتِ إِذْ نَادى وَ هُوَ مَكْظُوْمٌ. لَوْ لَا أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِّنْ رَّبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَاءِ وَ هُوَ مَذْمُوْمٌ. فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِيْنَ. وَ إِنْ يَكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْلِقُوْنَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَ يَقُوْلُوْنَ إِنَّهُ لَمَجْنُوْنٌ. وَ مَا هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِيْنَ.

  1. Maka bersabarlah engkau (Muḥammad) terhadap ketetapan Tuhanmu (234114), dan janganlah engkau seperti (Yūnus) (234215) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.
  2. Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. (234316)
  3. Lalu Tuhannya memilihnya (234417) dan menjadikannya termasuk orang yang shāliḥ. (234518)
  4. Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mata mereka (234619), ketika mereka mendengar al-Qur’ān dan mereka berkata: “Dia (Muḥammad) itu benar-benar orang gila.”
  5. Padahal al-Qur’ān itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam. (234720)

Selesai tafsir surah al-Qalam dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Catatan:

  1. 2328). Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberitahukan apa yang disiapkan-Nya untuk orang-orang yang bertaqwā yang menjauhi kekafiran dan kemaksiatan yaitu kenikmatan dan kehidupan yang sejahtera di sisi Allah subḥānahu wa ta‘ālā, dan bahwa kebijaksanaan-Nya tidak menghendaki untuk menjadikan orang-orang yang taat kepada Tuhan mereka dan tunduk kepada perintah-Nya serta mengikuti keridhāan-Nya sama dengan orang-orang yang berdosa yang menjatuhkan dirinya ke lembah kemaksiatan, kekafiran kepada ayat-ayatNya, menentang para rasūl-Nya dan memerangi para wali-Nya, dan bahwa siapa saja yang mengira bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyamakan balasannya, maka dia telah salah memutuskan dan keputusannya adalah batil, pandangannya salah dan bahwa orang-orang yang berdosa itu ketika menyangka begitu sama sekali tidak punya sandaran, mereka tidak punya kitab yang mereka pelajari dan mereka baca bahwa mereka termasuk penghuni surga dan bahwa untuk mereka segala yang mereka minta dan mau. Mereka sama sekali tidak mempunyai perjanjian dengan Allah subḥānahu wa ta‘ālā bahwa untuk mereka semua yang mereka tetapkan dan mereka juga tidak memiliki sekutu-sekutu dan para pembantu yang membantu mereka untuk tercapainya apa yang mereka inginkan. Jika mereka memiliki sekutu-sekutu dan para pembantu, maka hendaklah mereka hadirkan kalau mereka memang orang-orang yang benar. Sudah maklum, bahwa semua itu tidak mereka miliki; mereka tidak memiliki kitab, tidak memiliki perjanjian untuk selamat di sisi Allah dan tidak mempunyai sekutu yang membantu mereka, sehingga dakwaan mereka adalah bāthil dan rusak.
  2. 2329). Maksudnya, apakah sama balasan yang disediakan Allah untuk masing-masing mereka? Tentu tidak sama.
  3. 2330). Yaitu bahwa mereka di akhirat diberikan yang lebih baik daripada kaum mu’min. Jelas, bahwa mereka tidak memiliki orang yang siap bertanggung jawab terhadap keputusan ini.
  4. 2331). Yang sepakat dengan mereka dalam perkataan itu atau memberikan bantuan kepada mereka.
  5. 2332). Pada hari Kiamat Allah subḥānahu wa ta‘ālā datang untuk memberikan keputusan di antara hamba-hambaNya dan memberikan balasan, lalu Dia menyingkapkan betis-Nya yang mulia yang tidak mirip dengan sesuatu apa pun, ketika itu itu manusia menyaksikan keagungan Allah dan kebesaran-Nya yang tidak mungkin diungkapkan. Ketika itu, mereka dipanggil untuk sujud kepada Allah, maka sujudlah orang-orang mu’min yang biasa bersujud kepada Allah dengan suka rela, sedangkan orang-orang fāsiq dan orang-orang munāfiq pergi agar dapat sujud, namun mereka tidak sanggup untuk sujud dan punggung mereka tetap rata. Balasan seperti ini sesuai dengan ‘amal mereka ketika di dunia, karena ketika mereka dipanggil di dunia untuk sujud kepada Allah, mengesakan-Nya dan beribadah kepada-Nya dalam keadaan sehat, namun mereka enggan dan sombong melakukannya, maka anda tidak perlu bertanya tentang keadaan mereka dan buruknya tempat kembali mereka, karena Allah telah murka kepada mereka dan mereka telah tetap mendapatkan ketetapan ‘adzab dan terputuslah segala hubungan serta tidak bermanfaat penyesalan mereka, dan tidak pula uzur mereka pada hari Kiamat. Dalam ayat ini terdapat sesuatu yang membuat hati takut mengerjakan maksiat dan berusaha mengejar yang telah luput selagi masih ada waktu.
  6. 2333). Disebutkan dalam Shaḥīḥ Bukhārī, bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    فَيكْشف عن ساقه، فَيسجد لَه كلّ مؤمن ويبقَى من كَانَ يسجد رِياءً و سمعةً فَيذْهب كَي ما يسجد فَيصير ظَهره طَبقًا واحدا

    Maka Dia (Allah) menyingkapkan betis-Nya, lalu setiap mukmin bersujud kepada-Nya dan tinggallah orang yang sujud karena riyā’ dan sum‘ah; ia pun pergi untuk sujud, maka punggungnya menjadi rata lagi.

  7. 2334). Mereka diminta sujud itu adalah untuk menguji keimanan mereka. Padahal mereka tidak sanggup lagi karena persendian tulang-tulang mereka telah lemah dan ‘adzab sudah meliputi mereka.
  8. 2335). Ya‘ni dipanggil shalat dengan ucapan: “Ḥayya ‘alash-shalāh” (artinya: Marilah kita shalat).
  9. 2336). Ya‘ni balasan terhadap mereka adalah urusan-Ku dan kamu tidak perlu meminta disegerakan.
  10. 2337). Ya‘ni Kami akan menambahkan harta dan anak mereka, dan Kami tambahkan rezeki mereka agar mereka tertipu dan tetap terus di atas hal yang membahayakan mereka, karena ini termasuk tipu daya Allah kepada mereka, dan tipu daya Allah terhadap musuh-musuhNya begitu kuat dan kokoh.
  11. 2338). Dalam menyampaikan risalah.
  12. 2339). Yang membuat mereka menjadi tidak beriman. Sedangkan keadaan Beliau tidak seperti itu, Beliau tidak meminta upah sama sekali dalam da‘wahnya.
  13. 2340). Ya‘ni menuliskan apa yang mereka tahu tentang hal yang ghaib, di mana mereka menemukan di sana bahwa mereka berada di atas yang hak dan bahwa mereka akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Ini adalah perkara yang tidak sesuai kenyataan, bahkan keadaan mereka adalah keadaan orang yang keras kepala dan zhālim, sehingga tidak ada lagi yang tersisa untuk menyikapi mereka selain dengan bersabar terhadap gangguan mereka, siap menerima apa yang muncul dari mereka serta tetap mendakwahi mereka. Oleh karena itu, Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: Maka bersabarlah engkau (Muḥammad) terhadap ketetapan Tuhanmu,”
  14. 2341). Baik ketetapan qadarī maupun syar‘ī. Ketetapan qadarī adalah menyikapinya dengan sabar, tidak keluh-kesah dan marah-marah, sedangkan ketetapan syar‘ī adalah dengan menerima dan tunduk dengan sempurna.
  15. 2342). Dalam hal bosan dan terburu-buru serta tidak sabar terhadap sikap kaumnya, ia pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah lalu naik ke perahu, kemudian perahu itu tampak berat hingga hampir tenggelam, maka para penumpang perahu melakukan undian untuk melempar penumpangnya agar perahu tidak tenggelam, ternyata undian jatuh menimpa Yūnus, maka Yūnus melempar dirinya ke laut dan ia pun ditelan oleh ikan besar. Ketika keadaan seperti itu ia berdoa dalam perut ikan dalam keadaan yang sedih, isi doanya adalah: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zhālim.Maka Allah mengabulkan doanya, ikan yang menelannya pun memuntahkan Yūnus ke tanah yang tandus dalam keadaan sakit, lalu Allah menumbuhkan pohon sejenis labu. Inilah maksud firman Allah ta‘ālā, Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.”
  16. 2343). Karena Allah subḥānahu wa ta‘ālā merahmatinya, maka Dia mencampakkan Yūnus dalam keadaan terpuji dan keadaannya menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
  17. 2344). Ya‘ni memilihnya dan membersihkannya dari kekeruhan.
  18. 2345). Yaitu orang yang baik ‘amal, ucapannya, niatnya dan keadaannya. Dengan adanya kisah ini, maka Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam melaksanakan perintah Allah dan bersabar terhadap ketetapan-Nya dengan kesabaran yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun. Maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberikan akibat yang terpuji untuk Beliau, sedangkan musuh-musuh Beliau tidak memperoleh apa-apa selain sesuatu yang menyedihkan mereka, sampai-sampai saking kecewanya mereka ingin menggelincirkan Beliau dengan pandangan mata mereka karena dengki mereka yang begitu mendalam. Inilah gangguan perbuatan yang bisa mereka lakukan dan Allah subḥānahu wa ta‘ālā yang menjaga Beliau dan menolongnya. Adapun gangguan yang berupa ucapan, maka mereka telah mengatakan kata-kata yang banyak terhadap Beliau sesuai yang diilhamkan oleh hati mereka, di mana mereka terkadang menyebut Beliau sebagai “orang gila”, sebagai “penyair,” sebagai “dukun”, sebagai pesihir, dsb.
  19. 2346). Menurut kebiasaan yang terjadi di tanah ‘Arab, seseorang dapat membinasakan binatang atau manusia dengan menujukan pandangannya yang tajam. Hal ini hendak dilakukan pula kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, tetapi Allah memeliharanya, sehingga terhindar dari bahaya itu, sebagaimana dijanjikan Allah dalam surat al-Mā’idah ayat 67. Kekuatan pandangan mata itu pada masa sekarang dikenal dengan hypnotisme.
  20. 2347). Dengan al-Qur’ān, seluruh alam menyadari hal yang bermaslahat bagi mereka baik pada agama mereka maupun dunia mereka.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *