MATAN
وَ لِلْجَزْمِ عَلَامَتَانِ السُّكُوْنُ وَ الْحَذْفُ
“I‘rāb Jazm memiliki dua tanda yaitu sukūn dan al-hadzfu.”
SYARAH
Anda dapat menghukumi suatu kata ber-i‘rāb majzūm jika anda menjumpai salah satu dari dua tanda berikut pada kata tersebut, yaitu harakat sukūn yang merupakan tanda asli bagi i‘rāb jazm dan al-hadzfu (penghapusan) yang berfungsi sebagai tanda far‘iyyah (cabang/pengganti). Masing-masing tanda ini akan dijelaskan melalui pembasan berikut:
MATAN
فَأَمَّا السُّكُوْنُ فَيَكُوْنُ عَلَامَةً لِلْجَزْمِ فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الصَّحِيْحِ الْآخِرِ
“Sukūn menjadi tanda jazm pada fi‘il mudhāri‘ shaḥīḥ-ul-ākhir (huruf akhirnya shaḥīḥ, bukan berhuruf ‘illah).”
SYARAH
Harakat sukūn menjadi tanda majzūm pada satu tempat yaitu pada fi‘il mudhāri‘ shaḥīḥ-ul-ākhir.
Makna suatu fi‘il mudhāri‘ itu shaḥīḥ-ul-ākhir adalah bahwa huruf akhir dari fi‘il itu bukanlah salah satu dari ketiga huruf ‘illah, yaitu huruf alif, wāwu, dan yā’. Contoh fi‘il mudhāri‘ shaḥīḥ-ul-ākhir adalah (يَعِدَ، يُسَافِرُ، يَنْجَحُ، يَلْعَبُ), (يَسْأَلُ). Jika anda mengatakan:
(لَمْ يَلْعَبْ عَلِيٌّ) – ‘Alī tidak bermain.
(لَمْ يَنْجَحْ بَلِيْدٌ) – Si Pandir tidak berhasil.
(لَمْ يُسَافِرْ أَخُوْكَ) – Kakakmu tidak bepergian.
(لَمْ يَعِدْ إِبْرَاهِيْمُ خَالِدًا بِشَيْءٍ) – Ibrāhīm tidak berjanji pada Khālid.
(لَمْ يَسْأَلْ بَكْرٌ الْأُسْتَاذُ) – Bakr tidak bertanya kepada ustadz.
Fi‘il (يَعِدْ، يُسَافِرْ، يَنْجَحْ، يَلْعَبْ يَسْأَلْ،) ber-i‘rāb majzūm karena kata-kata itu didahului oleh huruf jazm, yaitu (لَمْ). Tanda jazm-nya adalah harakat sukūn; dan setiap kata di atas merupakan fi‘il mudhāri‘ shaḥīḥ-ul-ākhir.
(Membuang Huruf ‘Ilah atau Nūn)
MATAN
وَ أَمَّا الْحَذْفُ فَيَكُوْنُ عَلَامَةً لِلْجَزْمِ فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الْمُعْتَلِّ الْآخِرِ وَ فِي الْأَفْعَالِ الَّتِيْ رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّوْنِ
“Al-Ḥadzfu (membuang huruf ‘illah atau huruf nūn) menjadi tanda jazm sebuah kata pada dua keadaan, yaitu pada fi‘il mudhāri‘ mu‘tall-ul-ākhir dan af‘āl-ul-khamsah yang tanda rafa‘-nya adalah tsubūtun nūn (tetapnya huruf nūn).”
SYARAH
“Al-Ḥadzfu (membuang huruf ‘illah atau huruf nūn) menjadi tanda jazm sebuah kata pada dua keadaan:
Pertama, pada fi‘il mudhāri‘ mu‘tall-ul-ākhir. Fi‘il mu‘tall-ul-ākhir adalah fi‘il yang diakhiri oleh salah satu huruf ‘illah yang tiga, yaitu: alif, wāwu, dan yā’.
Contoh fi‘il mudhāri‘ yang diakhiri huruf alif adalah:
(يَهْوَى) – mendaki. | (يَرْضَى) – ridha. | (يَسْعَى) – berusaha. |
(يَبْقَى) – kekal. | (يَشْقَى) – sengsara. | (يَنْأَى) – jauh. |
Contoh fi‘il mudhāri‘ yang diakhiri huruf wāwu adalah:
(يَبْلُوْ) – menguji. | (يَرْجُوْ) – berharap. | (يَدْعُوْ) – berdoa. |
(يَنْبُوْ) – gelisah. | (يَقْسُوْ) – luput. | (يَسْمُوْ) – tinggi. |
Contoh fi‘il mudhāri‘ yang diakhiri huruf yā’ adalah:
(يَقْضِيْ) – memutuskan. | (يُعْطِيْ) – memberi. |
(يُحْيِيْ) – menghidupkan. | (يَسْتَغْشِيْ) – menutup diri. |
(يَهْدِيْ) – menunjuki. | (يَلْوِيْ) – membengkokkan. |
Berdasarkan hal di atas, jika anda mengatakan:
(لَمْ يَسْعَ عَلِيٌّ إِلَّا إِلَى الْمَجْدِ) – ‘Alī tidak berupaya kecuali hanya untuk meraih kemuliaan.
Fi‘il (يَسْعَ) majzūm karena kata itu didahului huruf jazm. Tanda huruf sebelumnya merupakan tanda keberadaan huruf alif yang telah dibuang/dihapus. Fi‘il ini adalah fi‘il mudhāri‘ mu‘tall-ul-ākhir.
Contoh lain adalah kalimat:
(لَمْ يَدْعُ مُحَمَّدٌ إِلَّا إِلَى الْحَقِّ) – Muḥammad hanya menyeru kepada kebenaran.
Fi‘il (يَدْعُ) adalah fi‘il mudhāri‘ yang majzūm karena kata tesebut didahului oleh huruf jazm, yaitu (لَمْ). Tanda jazm-nya adalah penghilangan huruf wāwu. Dhammah yang berada pada huruf sebelumnya merupakan pertanda hal itu. Contoh lain:
(لَمْ يُعْطِ مُحَمَّدٌ إِلَّا خَالِدًا) – Muḥammad hanya memberi (sesuatu) kepada Khālid.
Kata (يُعْطِ) adalah fi‘il mudhāri‘ yang majzūm karena fi‘il ini telah didahului oleh huruf jazm. Tanda jazm-nya adalah penghilangan huruf yā’. Harakat kasrah yang berada pada huruf sebelumnya merupakan pertanda bahwa huruf yā’ telah dihapus. Anda bisa menganalogikan hal ini dengan berbagai fi‘il yang semisal.
Kedua, af‘āl-ul-khamsah, yakni fi‘il yang tanda i‘rāb rafa‘-nya adalah tsubūtun nūn (tetapnya nūn). Telah ada penjelasan tentang hal ini sebelumnya. Contohnya adalah (تَضْرِبِيْنَ، تَضْرِبُوْنَ، يَضْرِبُوْنَ، تَضْرِبَانِ، يَضْرِبَانِ). Jika anda mengatakan:
(لَمْ يَضْرِبَا) – Mereka (2 laki-laki) tidak memukul.
(لَمْ تَضْرِبَا) – Mereka (2 wanita)/kalian (2 laki-laki/2 wanita) tidak memukul.
(لَمْ يَصْرِبُوْا) – Mereka (laki-laki) tidak memukul.
(لَمْ تَضْرِبُوْا) – Kalian (laki-laki) tidak memukul.
(لَمْ تَضْرِبِيْ) – Anda (perempuan) tidak memukul.
maka setiap fi‘il tersebut merupakan fi‘il mudhāri‘ yang ber-i‘rāb majzūm karena setiap fi‘il tersebut didahului oleh huruf jazm, yakni huruf (لَمْ). Tanda jazm-nya adalah ḥadzfu nūn (penghapusan huruf nūn). Adapun huruf alif, wāwu, dan yā’ menunjukkan fā‘il yang mabnī dengan harakat sukūn dan menempati posisi rafa‘.
يَضْرِبُ، تَنْصُرَانِ، تُسَافِرِيْنَ، يَدْنُوْ، تَرْبَحُوْنَ، يَشْتَرِيْ، يَبْقَى، يَسْبِقَانِ.