1-4 Ciri-ciri Fi’il (Kata Kerja) – Ilmu Nahwu Tuhfat-us-Saniyah

Dari Buku:
Ilmu Nahwu Terjemah Tuhfat-us-Saniyah
(Judul Asli: Tuḥfat-us-Saniyati Syarḥu Muqaddimat-il-Ajurrumiyyah)
Oleh: Muhammad Muhyidin ‘Abdul Hamid
Penerjemah: Muhammad Taqdir
Penerbit: Media Hidayah

Ciri-ciri Fi‘il (Kata Kerja)

 

MATAN

وَ الْفِعْلُ يُعْرَفُ بِقَدْ وَ السِّيْنِ وَ سُوْفَ وَ تَاءِ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ

“Ciri-ciri fi‘il adalah didahului oleh qad, huruf sīn, saufa, dan huruf tā’ yang di-sukūn dan menunjukkan perempuan sebagai pelakunya.”

SYARAH

Fi‘il dapat dibedakan dari isim dan ḥurūf melalui empat ciri. Setiap kita dapati salah satu ciri ini melekat pada satu kata, maka kata tersebut adalah sebuah fi‘il. Ciri-ciri tersebut adalah didahului dengan (قَدْ), (السِّيْنُ) huruf sīn yang dibaca “sa” jika bergandeng dengan fi‘il, didahului (سَوْفَ), (تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ) huruf tā’ ta’nīts sākinah.

1. Qad (قَدْ).

(قَدْ) digunakan pada dua jenis fi‘il, yaitu pada fi‘il mādhī dan fi‘il mudhāri‘.

a. Jika (قَدْ) masuk pada fi‘il mādhī, maka makna yang ditunjukkan olehnya adalah salah satu di antara dua makna, yaitu at-taḥqīq (penegasan) atau at-taqrīb (kedekatan waktu/hampir).

Contoh kalimat yangmenunjukkan pada makna at-taḥqīq adalah firman Allah ta‘ālā:

(قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ) – Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. (al-Mu’minūn: 1).

(لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ) – Sungguh Allah telah ridha terhadap orang-orang yang beriman. (al-Fatḥ: 18).

dan perkataan kita:

(قَدْ حَضَرَ مُحَمَّدٌ) – Muḥammad sungguh telah hadir.

(قَدْ سَافَرَ خَالِدٌ) – Khālid telah melakukan perjalanan jauh.

Contoh kalimat yang menunjukkan pada makna at-taqrīb adalah ucapan mu’adzdzin ketika mengumangdangkan iqamat:

(قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ) – Shalat hampir ditegakkan.

dan perkataanmu:

(قَدْ غَرَبَتِ الشَّمْسِ) – Matahari hampir terbenam.

b. Apabila huruf qād (قَدْ) masuk pada fi‘il mudhāri‘, maka makna yang ditunjukkan adalah salah satu di antara dua makna, yaitu taqlīl (menunjukkan sedikit/jarang atau kadang-kadang) atau taktsīr (menunjukkan sering).


Contoh kalimat yang menunjukkan makna taqlīl (التَّقْلِيْلُ):

(قَدْ يَصْدُقُ الْكَذُوْبُ) – Terkadang pendusta itu berkata jujur.

(قَدْ يَجُوْدُ الْبَخِيْلُ) – Terkadang orang yang kikir bersifat dermawan.

(قَدْ يَنْجَحُ الْبَلِيْدُ) – Terkadang orang yang dungu itu berhasil lulus.


Contoh kalimat yang menunjukkan makna taktsīr (التَّكْثِيْرُ):

(قَدْ يَنَالُ الْمُجْتَهِدُ بُغْيَتَهُ) – Orang yang bersungguh-sungguh sering berhasil mencapai tujuannya.

(قَدْ يَفْعَلُ التَّقِيُّ الْخَيْرَ) – Orang yang bertakwa itu sering mengerjakan amalan kebaikan.


contoh lain pada syair:

قَدْ يُدْرِكُ الْمُتَأَنِّيْ بَعْضَ حَاجَتِهِ وَ قَدْ يَكُوْنُ مَعَ الْمُسْتَعْجِلِ الزَّلَلُ

(Orang yang teliti [bersikap tenang] sering memperoleh keinginannya dan orang yang terburu-buru sering melakukan kesalahan).

2. Sīn (السِّيْنُ) dan saufa (سَوْفَ).

(السِّيْنُ) sīn dan (سَوْفَ) saufa hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘. Kedua huruf ini menunjukkan makna tanfīs, yang berarti di-istiqbāl (makna: masa yang akan datang). Ada perbedaan di antara kedua huruf itu. Kata (السِّيْنُ) dipakai untuk masa akan datang yang sudah dekat, sedangkan (سَوْفَ) menunjukkan masa akan datang yang masih jauh.


Contoh kalimat yang menggunakan (السِّيْنُ) adalah firman Allah ta‘ālā:

(سَيَقُوْلُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ) – Orang-orang yang dungu dari sebagian manusia akan berkata. (al-Baqarah: 142).

(سَيَقُوْلُ لَكَ الْمُخَلَّفُوْنَ) – Orang-orang yang tertinggal itu akan berkata kepadamu. (al-Fatḥ: 11).


Contoh kalimat yang menggunakan (سَوْفَ) pada fi‘il mudhāri‘ adalah firman Allah ta‘ālā:

(وَ لَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى) – Rabbmu akan memberimu sehingga kamu ridha. (adh-Dhuḥā: 5).

(سُوْفَ نُصْلِيْهِمْ نَارًا) – Kami akan melemparkan mereka ke dalam neraka. (an-Nisā’: 56).

(سَوْفَ يُؤْتِيْهِمْ أُجُوْرَهُمْ) – Dia (Allah) akan memberikan pahala-pahala mereka. (an-Nisā’: 152).

3. Tā’ ta’nīts sākinah (تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ)/huruf tā’ yang di-sukūn dan menunjukkan perempuan sebagai pelakunya.

Huruf ini hanya masuk pada fi‘il mādhī. Tujuan diletakkan huruf ini pada fi‘il mādhī untuk menunjukkan bahwa pihak yang melakukan pekerjaan itu adalah jenis perempuan, baik dia berkedudukan sebagai fā‘il atau nā’ib-ul-fā‘il.


Contoh kalimat dengan tā’ ta’nīts sebagai fā‘il:

(قَالَتْ عَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِيْنَ)‘Ā’isyah Umm-ul-Mu’minīn berkata.


Contoh sebagai nā’ib-ul-fā‘il:

(فُرِشَتْ دَارُنَا بِالْبُسُطِ) – Rumah kami digelari karpet.

Huruf tā’ yang di-sukūn merupakan asal penggunaannya. Berarti terkadang huruf tā’ ini bisa berharakat jika bertemu dengan huruf yang di-sukūn. Contohnya pada firman Allah:

(وَ قَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ)Dia (istri al-‘Azīz) berkata: “Keluarlah, nampakkan dirimu kepada mereka.” (Yūsuf: 31).

(وَ قَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ) – Istri Fir‘aun berkata. (al-Qashash: 9).

(قَالَتَا أَتِيْنَا طَائِعِيْنَ) – Keduanya (langit dan bumi) menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” (Fushshilāt: 11).


Setelah membaca penjelasan penulis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri fi‘il ada tiga:

  1. Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mādhī yaitu (تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ) tā’ ta’nīts sākinah.
  2. Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘ yaitu (السِّيْنُ) huruf sīn dan (سَوْفَ) saufa.
  3. Ciri yang dapat masuk pada fi‘il mādhī dan mudhāri‘ yaitu (قَدْ).

Pada pembahasan ini penulis tidak menyebutkan ciri fi‘il amr, yaitu menunjukkan makna ath-thalab (tuntutan/permintaan) dan dapat memberima huruf yā’ mukhāthabah (يَاءُ الْمُخَاطَبَةِ) atau nūn taukīd (نُوْنُ التَّوْكِيْدِ).


Contoh fi‘il amr: (قُمْ) berdirilah, (اُقْعُدْ) duduklah, (اُكْتُبْ) tulislah, (اُنْظُرْ) lihatlah. Keempat kata tersebut menuntut agar perbuatan yang disebutkan, yaitu berdiri, duduk, menulis, dan melihat dilakukan oleh orang yang diperintah.

Seperti telah disebutkan, kata ini dapat menerima yā’ mukhāthabah. Contohnya pada kalimat:

(قُوْمِيْ) – Berdirilah!

(apabila objek yang diperintah adalah seorang perempuan, maka kata (قُمْ) yang di atas disisipkan dengan huruf (ي) yang disebut dengan huruf yā’ mukhāthabah, ed.)

(اُقْعُدِيْ) – Duduklah!

(objek yang diperintah adalah seorang perempuan).

Fi‘il amr dapat menerima nūn taukīd (huruf nūn yang disisipkan dalam fi‘il dan berfungsi untuk mempertegas makna), seperti:

(اُكْتُبَنَّ) – Tulislah dengan sebenar-benarnya.

(اُنْظُرَنَّ إِلَى مَا يَنْفَعُكَ) – Perhatikanlah dengan cermat segala sesuatu yang dapat mendatangkan manfaat bagimu.


Pertanyaan:

  1. Apakah ciri-ciri fi‘il?
  2. Ciri-ciri fi‘il terbagimenjadi berapa bagian?
  3. Dari ciri-ciri tersebut, manakah ciri yang hanya masuk pada fi‘il mādhī?
  4. Ada berapa ciri yang hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘?
  5. Ciri apa yang bisa masuk pada fi‘il mādhī dan fi‘il mudhāri‘?
  6. Apakah makna yang ditunjukkan oleh huruf qad?
  7. Apakah makna yang ditunjukkan oleh tā’ ta’nīts sākinah?
  8. Apakah makna yang ditunjukkan oleh huruf sīn dan saufa? Ada perbedaan antara keduanya (antara sīn dan saufa).
  9. Bagaimana cara mengetahui ciri khusus pada fi‘il amr.
  10. Sebutkan dua contoh kalimat yang menggunakan huruf qad bermakna at-taḥqīq.
  11. Sebutkan dua contoh kalimat yang menggunakan huruf qad bermakna at-taqrīb.
  12. Sebut dua buah kalimat yang menggunakan huruf qad, kalimat pertama bermakna at-taqrīb, sedangkan pada kalimat kedua bermakna at-taḥqīq.
  13. Sebutkan dua buah kalimat yang menggunakan huruf qad, kalimat pertama bermakna at-taqlīl, sedangkan pada kalimat kedua bermakna at-taktsīr.
  14. Sebutkan sebuah contoh penggunaan kata qad yang dapat menunjukkan makna at-taqlīl atau at-taktsīr.
  15. Buatlah sebuah contoh penggunaan kata qad yang dapat menunjukkan makna at-taqrīb dan at-taḥqīq. Jelaskanlah pada contoh ini, kapan qad menunjukkan makna at-taḥqīq dan kapan menunjukkan makna at-taqrīb.


Latihan:

Tunjukkanlah mana yang termasuk isim dan fi‘il pada kalimat di bawah ini lengkap dengan cirinya masing-masing.

١. إِنْ تُبْدُوْا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوْهُ أَوْ تَعْفُوْا عَنْ سُوْءٍ، فَإِنَّ اللهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيْرًا، إِنَّ الصَّفَا وَ الْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا، وَ مَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ

٢. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: سَتَكُوْنُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ، وَ الْقَائِمُ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِيْ، وَ الْمَاشِيْ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِيْ، مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفُهُ وَ مَنْ وَجَدَ فِيْهَا مَلْجَئًا أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ

1 Komentar

  1. حبل berkata:

    Syukran katsiran atas ilmunya

Tinggalkan Balasan ke حبل Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *