وَ أمَّا النُّوْنُ فَتَكُوْنُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ إِذَا اتَّصَلَ بِهِ ضَمِيْرُ تَثْنِيَةٍ أَوْ ضَمِيْرُ جَمْعٍ أَوْ ضَمِيْرُ الْمُؤَنَّثَةِ الْمُخَاطَبَةِ
“Adapun nūn menjadi tanda i‘rāb rafa‘ pada fi‘il mudhāri‘ yang bersambung dengan dhamīr tatsniyah atau dhamīr jama‘ atau dhamīr mu’annats mukhāthabah.”
Nūn menjadi tanda bahwa kata itu marfū‘ pada satu tempat yaitu pada fi‘il mudhāri‘ yang disandarkan pada alif itsnain, wāwu jamā‘ah, atau pada huruf yā’ mu’annats al-mukhāthabah.
Adapun fi‘il mudhāri‘ yang disandarkan pada alif itsnain, contohnya adalah:
(الصَّدِيْقَانِ يُسَافِرَانِ غَدًا) – Dua orang sahabat akan melakukan perjalanan besok.
(أَنْتُمْ تُسَافِرَانِ غَدًا) – Kamu berdua akan melakukan perjalanan besok.
Kata (يُسَافِرَانِ) demikian juga (تُسَافِرَانِ) adalah fi‘il mudhāri‘ yang berkedudukan marfū‘, karena fi‘il tersebut terbebas dari ‘āmil yang dapat me-nashab-kan ataupun yang men-jazam-kannya. Tanda rafa‘-nya adalah tetapnya huruf nūn pada fi‘il tersebut. Adapun alif itsnain adalah fā‘il-nya, mabnī dengan sukūn yang menempati kedudukan rafa‘.
Anda telah melihat bahwa fi‘il mudhāri‘ yang bersisipan alif itsnain ada kalamnya diawali dengan huruf yā’ sebagai pertanda bahwa pelakunya adalah orang ketiga laki-laki, seperti pada contoh pertama; terkadang diawali dengan huruf tā’ sebagai pertanda bahwa pelakunya adalah orang kedua yang diajak bicara, sebagaimana pada contoh kedua.
Contoh lain kata yang disandarkan pada alif itsnain adalah:
(الْهِنْدَانِ تُسَافِرَانِ غَدًا) – Dua orang Hindun akan melakukan perjalanan besok.
(أَنْتُمَا يَا هِنْدَانِ تُسَافِرَانِ غَدًا) – Kalian berdua – wahai Hindun – akan melakukan perjalanan besok.
Kata (تُسَافِرَانِ) pada dua contoh tersebut adalah fi‘il mudhāri‘, berkedudukan marfū‘ dengan tanda tsubūtun nūn (tetapnya huruf nūn). Adapun huruf alif adalah fā‘il-nya, mabnī dengan sukūn yang menempati kedudukan rafa‘.
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa fi‘il mudhāri‘ yang disandarkan pada alif itsnatain dan diawali dengan huruf tā’ menjadi pertanda bahwa fā‘il-nya mu’annats, baik fā‘il-nya adalah orang ketiga seperti pada contoh pertama atau orang kedua seperti pada contoh kedua.
Adapun fi‘il yang disandarkan pada huruf wāwu jamā‘ah, contohnya adalah:
(الرِّجَالُ الْمُخْلِصُوْنَ الَّذِيْنَ يَقُوْمُوْنَ بِوَاجِبِهِمْ) – Para lelaki yang ikhlas adalah yang menunaikan seluruh kewajiban mereka.
(أَنْتُمْ يَا قَوْمِيْ تَقُوْمُوْنَ بِوَاجِبِكُمْ) – Kalian – wahai kaumku – sedang menunaikan kewajiban kalian.
Maka kata (يَقُوْمُوْنَ) dan (تَقُوْمُوْنَ) adalah fi‘il mudhāri‘ yang marfū‘ tanda rafa‘-nya adalah tetapnya huruf nūn (tsubūtun nūn). Adapun wāwu jamā‘ah – (huruf wāwu setelah huruf mīm yang menunjukkan pelakunya adalah lelaki yang berjumlah lebih dari satu, ed.) – adalah fā‘il-nya, mabnī dengan sukūn dan menempati kedudukan rafa‘.
Dari contoh tersebut anda dapat mengetahui bahwa fi‘il mudhāri‘ yang disandarkan pada wāwu jamā‘ah terkadang diawali huruf yā’ sebagai pertanda bahwa pelakunya adalah orang ketiga, seperti pada contoh pertama; terkadang diawali huruf tā’ sebagai pertanda bahwa pelakunya adalah orang kedua, sebagaimana pada contoh kedua.
Adapun fi‘il yang disandarkan pada huruf yā’ mu’annats mukhāthabah, contohnya adalah:
(أَنْتِ يَا هِنْدُ تَعْرِفِيْنَ وَاجِبَكِ) – Kamu – wahai Hindu – mengetahui tugasmu.
Kata (تَعْرِفِيْنَ) adalah fi‘il mudhāri‘, berkedudukan marfū‘. Tanda rafa‘-nya adalah tetapnya huruf nūn (tsubūtun nūn). Adapun huruf yā’ mu’annats mukhāthabah – (huruf yā’setelah huruf fā’ menunjukkan pelakunya adalah seorang perempuan) – adalah fā‘il-nya, mabnī dengan sukūn dan menempati kedudukan rafa‘.
Fi‘il yang disandarkan kepada yā’ mu’annats mukhāthabah ini mesti diawali huruf tā’. Huruf tā’ ini berfungsi untuk menunjukkan bahwa pelaku/fā‘il-nya adalah perempuan (mu’annats).
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa fi‘il yang disandarkan pada alif bisa diawali huruf tā’ atau yā’; demikian pula fi‘il yang disandarkan pada wāwu terkadang diawali huruf tā’ atau yā’; sedangkan fi‘il yang disandarkan pada yā’ hanya diawali huruf tā’.
Contoh lainnya adalah: (يَقُوْمَانِ), (تَقُوْمَانِ), (يَقُوْمُوْنَ), (تَقُوْمُوْنَ), (تُقُوْمِيْنَ).
Berbagai contoh fi‘il ini dinamakan al-af‘āl-ul-khamsah.
تَلْعَبَانِ، تَؤَدِّيْنَ، تَزْرَعُوْنَ، تَحْصُدَانِ، تُحَدِّثَانِ، تَسِيْرُوْنَ، يَسْبَحُوْنَ، تَخْدُمُوْنَ، تَنْشِئَانِ، تَرْضَيْنَ.
الطَّالِبَانِ، الْغِلْمَانِ، الْمُسْلِمُوْنَ، الرِّجَالُ الَّذِيْنَ يُؤَدُّوْنَ وَاجِبَهُمْ، أَنْتِ أَيَّتُهَا الْفَتَاةُ، أَنْتُمْ يَا قَوْمُ، هؤُلَاءِ التَّلَامِيْذُ، إِذَا خَالَفْتِ أَوَامِرَ اللهِ.
كُتَّابُ الْمُلُوْكِ عَيْبَتُهُمُ الْمَصُوْنَةُ عَنْدَهُمْ، وَ آذَنُهُمُ الْوَاعِيَةُ، وَ أَلْسِنَتُهُمُ الشَّاهِدَةُ، الشَّجَاعَةُ غَرِيْزَةٌ يَضَعُهَا اللهُ، لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، الشُّكْرُ شُكْرَانِ: بِإِظْهَارِ النِّعْمَةِ، وَ بِالتَّحَدُّثِ بِاللِّسَانِ، وَ أَوَّلُهُمَا أَبْلَغُ مِنْ ثَانِيْهَا، الْمُتَّقُوْنَ هُمُ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ.