Syarah Hikmah Ke-35 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-35

لَا تَرْفَعَنَّ إِلَى غَيْرِهِ حَاجَةً هُوَ مُوْرِدُهَا عَلَيْكَ فَكَيْفَ يَرْفَعُ غَيْرَهُ مَا كَانَ هُوَ لَهُ وَاضِعًا مَنْ لَا يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَرْفَعَ حَاجَةً عَنْ نَفْسِهِ فَكَيْفَ يْسْتَطِيْعُ أَنْ يَكُوْنَ لَهَا عَنْ غَيْرِهِ رَافِعًا.

Jangan memohon kepada selain-Nya. Dia-lah yang memenuhi hajatmu. Bagaimana sesuatu selain-Nya bisa mengubah sesuatu yang sudah ditetapkan-Nya. Bagaimana orang yang tak mampu membebaskan dirinya dari kebutuhan, dapat membebaskan kebutuhan orang lain?

 

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

لَا تَرْفَعَنَّ إِلَى غَيْرِهِ حَاجَةً

Jangan memohon kepada selain-Nya.

Wahai murīd, janganlah engkau berharap pada selain Allah.

Untuk menghilangkan cobaan seperti sakit ataupun kefakiran, akan tetapi engkau hanya wajib mengharap dan memohon kepada Allah untuk menghilangkannya.

هُوَ مُوْرِدُهَا عَلَيْكَ

Dia-lah yang memenuhi hajatmu.

Sesungguhnya hanya Allah yang memenuhi hajatmu, yang menurunkan kepadamu.

فَكَيْفَ يَرْفَعُ غَيْرَهُ مَا كَانَ هُوَ لَهُ وَاضِعًا

Bagaimana sesuatu selain-Nya bisa mengubah sesuatu yang sudah ditetapkan-Nya?

Bagaimana sesuatu selain-Nya bisa mengangkat cobaan, sementara Allah yang meletakkan.

Sesungguhnya penyakit, kefakiran, maupun cobaan, itu semuanya Allah yang memberi atau yang menurunkan, maka tidak ada yang bisa menolak selain-Nya. Jika begitu, engkau jangan bersandar kepada makhlūq untuk menghilangkannya.

مَنْ لَا يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَرْفَعَ حَاجَةً عَنْ نَفْسِهِ فَكَيْفَ يْسْتَطِيْعُ أَنْ يَكُوْنَ لَهَا عَنْ غَيْرِهِ رَافِعًا.

Bagaimana orang yang tak mampu membebaskan dirinya dari kebutuhan, dapat membebaskan kebutuhan orang lain?

Orang yang tidak dapat melepaskan kebutuhan dirinya sendiri, maka bagaimana bisa membebaskan kebutuhan orang lain?

Semua makhlūq itu lemah, tak berdaya memenuhi hajatnya, walaupun ia seorang raja, bagaimana bisa memenuhi hajat orang lain dengan memberi kemanfaatan atau memberi kesembuhan? Sebab jikalau bisa, pasti akan menciptakan sesuatu yang bisa bermanfaat atau berguna bagi dirinya sendiri. Ketika seseorang sudah tak berdaya berbuat manfaat pada dirinya sendiri, apalagi yang bisa ia lakukan bagi orang lain? Pengharapanmu kepada makhlūq terhadap sesuatu itu menunjukkan kebodohan dirimu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *