Suratu Nuh 71 ~ Tafsir Sayyid Quthb (1/5)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Suratu Nuh 71 ~ Tafsir Sayyid Quthb

SURAH NŪH

Diturunkan di Makkah

Jumlah Ayat: 28.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ. قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ. أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَ اتَّقُوْهُ وَ أَطِيْعُوْنِ. يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ وَ يُؤَخِّرْكُمْ إِلىَ أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ أَجَلَ اللهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَ نَهَارًا. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِيْ إِلَّا فِرَارًا. وَ إِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوْا أَصَابِعَهُمْ فِيْ آذَانِهِمْ وَ اسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَ أَصَرُّوْا وَ اسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا. ثُمَّ إِنِّيْ دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا. ثُمَّ إِنِّيْ أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَ أَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا. فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا. وَ يُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَ بَنِيْنَ وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ أَنْهَارًا. مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُوْنَ للهِ وَقَارًا. وَ قَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا. أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا. وَ جَعَلَ الْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْرًا وَ جَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا. وَ اللهُ أَنْبَتَكُمْ مِّنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا. ثُمَّ يُعِيْدُكُمْ فِيْهَا وَ يُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا. وَ اللهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا. لِتَسْلُكُوْا مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا. قَالَ نُوْحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِيْ وَ اتَّبَعُوْا مَنْ لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَ وَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا. وَ مَكَرُوْا مَكْرًا كُبَّارًا. وَ قَالُوْا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا. وَ قَدْ أَضَلُّوْا كَثِيْرًا وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا ضَلاَلًا. مِمَّا خَطِيْئَاتِهِمْ أُغْرِقُوْا فَأُدْخِلُوْا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللهِ أَنْصَارًا. وَ قَالَ نُوْحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِيْنَ دَيَّارًا. إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوْا عِبَادَكَ وَ لَا يَلِدُوْا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا. رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ لِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا تَبَارًا.

71: 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nūḥ kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya ‘adzāb yang pedih.”
71: 2. Nūḥ berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,
71: 3. yaitu sembahlah olehmu Allah, bertaqwālah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku,
71-4. niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.
71: 5. Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,
71: 6. maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).
71: 7. Sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.
71: 8. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan,
71: 9. kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam.
71: 10. Maka, aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
71: 11. niscaya Dia akan mengirim hujan kepadamu dengan lebat,
71: 12. membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
71: 13. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
71: 14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.
71: 15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?
71: 16. Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?
71: 17. Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,
71: 18. kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (darinya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.
71: 19. Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
71: 20. supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”.
71: 21. Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,
71: 22. dan melakukan tipu-daya yang amat besar”.
71: 23. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, suwā‘, yaghūts, ya‘ūq dan nasr”.
71: 24. Sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhālim itu selain kesesatan.
71: 25. Disebabkan kesalahan-kesalahannya, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka. Maka, mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.
71: 26. Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
71: 27. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.
71: 28. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan wanita. Janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhālim itu selain kebinasaan”.

Pengantar.

Surah ini secara keseluruhan berisi kisah tentang Nabi Nūḥ a.s. bersama kaumnya, menjelaskan ujian dakwah yang dialaminya di muka bumi, dan menggambar peranan pengobatan abadi yang mantap dan berulang-ulang kepada manusia. Juga menggambarkan salah satu kekerasan perang abadi antara kebaikan dan keburukan, petunjuk dan kesesatan, serta kebenaran dan kebathilan.

Ujian ini menyingkap sebuah gambaran dari sekian potret manusia yang keras kepala, sesat, mengikuti petunjuk yang menyesatkan, menolak kebenaran, dan berpaling dari bukti-bukti petunjuk dan hal-hal yang mengharuskan iman. Padahal bukti-bukti petunjuk itu berpampang di hadapan mereka, pada diri mereka, dan di alam semesta. Semuanya tertulis di dalam buku alam semesta yang senantiasa terbuka, dan di dalam buku jiwa yang tersembunyi.

Pada waktu yang sama ujian ini menyingkap sebuah gambaran tentang rahmat Ilahi yang tampak dengan jelas dalam pemeliharaan Allah terhadap wujūd manusia dan dalam perhatian-Nya untuk memberi petunjuk kepada mereka. Perhatian ini tampak dalam pengutusan para rasūl secara berturut-turut kepada manusia yang keras kepala, sesat, memperturutkan pimpinan yang menyesatkan, dan menyombongkan diri terhadap kebenaran dan petunjuk.

Sesudah itu, dibentangkanlah sebuah gambaran tentang usaha yang sungguh-sungguh, perhatian yang serius, kesabaran yang indah, serta usaha dan tindakan mulia yang terus-menerus dari para rasūl untuk menunjukkan manusia yang sesat, pembangkang, dan keras kepala ini. Padahal, para rasul itu tidak mendapatkan keuntungan pribadi dan tidak mendapatkan upah dari orang-orang yang mendapat petunjuk atas usahanya dalam membimbing mereka. Para rasūl juga tidak mendapatkan gaji dan imbalan atas usaha mendidik orang-orang itu untuk beriman, sebagaimana gaji atau nafkah yang diperoleh para pengajar dari sekolah-sekolah, universtitas-universitas, pesantren-pesantren, dan lembaga-lembaga pendidikan, sebagaimana yang terjadi pada zaman kita dan pada masa kapan pun yang diprogramkan anggaran pendidikan.

Inilah gambaran keadaan yang diadukan Nabi Nūḥ a.s. kepada Tuhannya, ketika ia mengemukakan hasil akhir setelah melakukan perjuangan yang berat dan melelahkan selama sembilan ratus lima puluh tahun. Selama itu ia menghadapi kaumnya yang keras kepala dan selalu mengikuti pimpinan yang sesat dan menyesatkan dari orang-orang yang memiliki kekuasaan, kekayaan, dan kekuatan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam surah Nūḥ ayat 5 sampai 20.

Kemudian, sesudah melaporkan usaha dan perjuangannya yang berat dan terus-menerus ini. Nūḥ mengatakan bahwa kaumnya telah mendurhakainya, mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar. (71).

Inilah hasil yang pahit, tetapi risālah tetaplah risālah!

Inilah pengalaman pahit yang dihadapi Rasūlullāh s.a.w., yang di pundak beliaulah tertumpu ujung amanat dakwah ke jalan Allah di seluruh muka bumi pada akhir zaman, dan seluruh beban berat yang dipikul oleh para rasūl. Dalam surah ini beliau melihat gambaran perjuangan yang bagus dan panjang yang dilakukan saudara beliau sebelumnya, untuk menetapkan hakikat iman di muka bumi. Melalui gambar ini beliau melihat kekeraskepalaan manusia dalam menghadapi seruan kepada kebenaran; rusaknya kepemimpinan yang sesat dan kemenangannya atas kepemimpinan yang lurus; dan kehendak Allah di dalam mengutus para rasul secara berkesinambungan sesudah kekeraskepalaan dan kesesatan ini sejak menyingsingnya fajar kemanusiaan di tangan kakeknya Nūḥ a.s.

Hal serupa juga dihadapi kaum Muslimīn di Makkah, dan umat Islam secara umum, sebagai pewaris dakwah Allah di muka bumi dan pewaris manhaj Ilahi yang bersumber dari dakwah ini, yang berdiri di tengah-tengah kejahiliyyahan yang menyeluruh pada waktu itu dan di tengah-tengah setiap kejāhiliyyahan berikutnya. Di dalam surah ini, mereka melihat gambaran perjuangan yang berkesinambungan dan mantap sepanjang masa sejak zaman bapak manusia yang kedua (Nabi Nūḥ). Hal ini sebagaimana dalam surah ini mereka juga melihat pertolongan Allah terhadap golongan minoritas yang beriman, dan diselamatkan-Nya mereka dari kebinasaan yang menyeluruh pada waktu itu.

Surah itu juga dipaparkan kepada kaum musyrikīn supaya yang melihat tempat kembalinya nenek-moyang mereka yang mendustakan agama Allah. Juga supaya mereka mengetahui nikmat Allah atas mereka dengan diutusnya seorang Rasūl yang penyayang kepada mereka, dan tidak pernah mendoakan kebinasaan yang menyeluruh atas mereka. Hal itu karena rahmat Allah kepada mereka dan pemberian kesempatan kepada mereka hingga suatu waktu. Maka, Nabi mereka tidak berdoa seperti doa Nabi Nūḥ. Setelah habis semua cara yang ditempuhnya, Nūḥ mendapatkan inisiatif untuk mendoakan kebinasaan kaumnya sebagaimana tercantum dalam surah Nūḥ ayat 24, 26, dan 27.

Dari celah-celah mata rantai dakwah Ilāhiyyah kepada manusia ini, tampaklah hakikat kesatuan ‘aqīdah, kemantapan pokok-pokoknya, dan kekokohan akar-akarnya, sebagaimana juga tampak keterkaitannya dengan alam semesta, iradah Allah, dan qadar-Nya, serta peristiwa-peristiwa kehidupan yang terjadi sesuai dengan qadar Allah. Hal itu tampak dari celah-celah dakwah Nabi Nūḥ kepada kaumnya seperti yang terlihat dalam surah Nūḥ ayat 2-4. Juga dapat disimak dari perkataannya kepada mereka sebagaimana tercantum dalam surah Nūḥ ayat 13-20.

Penetapan hakikat ini ke dalam jiwa kaum Muslimīn memiliki nilai tersendiri di dalam perasaan mereka terhadap hakikat dakwah kepada mereka, hakikat nasab pokok mereka, hakikat rombongan mereka yang berkesinambungan sejak terbitnya fajar kemanusiaan, dan hakikat peranan mereka di dalam menetapkan dan menegakkan dakwah Islām. Ini adalah manhaj Allah yang lurus dan qadīm (sejak dahulu).

Manusia merasa terkejut dan takjub, takut dan tunduk, ketika ia menghadapi perjuangan yang berkesinambungan dari para rasūl untuk menunjukkan dan membimbing manusia yang sesat dan keras kepala. Juga ketika ia merenungkan kehendak Allah pasti untuk mengutus para rasūl satu demi satu kepada manusia yang menentang dan keras kepala itu.

Kadang-kadang muncul pertanyaan, apakah anda menyamakan hasil dari perjuangan panjang ini dan pengorbanan-pengorbanan yang berharga itu, sejak Nabi Nūḥ a.s. hingga Nabi Muḥammad s.a.w.? Kemudian, mana hasil perjuangan yang dilakukan kaum Muslimīn di antara masa-masa itu dan sesudahnya di dalam berdakwah ke jalan Allah dengan pengorbanannya yang besar?

Anda lihat, apakah sama dengan hasil perjuangan yang dilakukan Nabi Nūḥ sebagaimana yang diterangkan dalam surah ini dan surah-surah lain dalam al-Qur’ān, padahal ia sudah mencurahkan segenap umurnya yang sangat panjang, sedang kaumnya tidak cukup hanya berpaling darinya, tetapi masih disertai pula dengan penghinaan dan tuduhan yang bukan-bukan? Ia terima semua itu dengan penuh kesabaran dan sikap yang bagus, serta dengan adab yang baik dan keterangan yang jelas.

Ada perjuangan yang berkesinambungan sejak munculnya sejarah dan pengorbanan mulia yang tidak pernah terputus sepanjang perjalanan sejarah, yaitu sejak rasūl-rasūl yang diremehkan kaumnya, yang dibakar dengan api, yang dibelah dengan gergaji, atau yang diusir dari keluarga dan kampung halamannya. Kemudian datang risālah terakhir yang dibawa Nabi Muḥammad s.a.w., lalu beliau berjuang bersama kaum Mu’minīn dengan perjuangan yang dapat disaksikan dan sangat populer itu. Setelah itu berlanjut dengan perjuangan-perjuangan yang berat dan pengorbanan yang besar dari orang-orang yang menegakkan dakwah di setiap negeri dan setiap generasi.

Catatan:

  1. 7). Lihat surah Nūḥ ayat 21-24.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *