Suratu Nuh 71 ~ Tafsir Nur-ul-Qur’an (1/4)

TAFSIR NUR-UL-QUR’AN
(Diterjemahkan dari: Nur-ul-Qur’an: An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur’an).
Oleh: Allamah Kamal Faqih Imani
Penerjemah Inggris: Sayyid Abbas Shadr Amili
Penerjemah Indonesia: Rahadian M.S.
Penerbit: Penerbit al-Huda

Rangkaian Pos: Suratu Nuh 71 ~ Tafsir Nur-ul-Qur'an

SURAH NŪḤ

(NABI NŪḤ a.s.)

(SURAH NO. 71; MAKKIYYAH; 28 AYAT)

Tinjauan Umum

Surah yang turun di Makkah, memiliki 28 ayat. Dan melukiskan perjuangan kebenaran yang terus berlangsung melawan kebatilan. Surat ini pun membahas siasat-siasat yang digunakan oleh para pembela kebenaran.

Keutamaan Membaca

Diriwayatkan dari Nabi s.a.w. yang bersabda: “Barang siapa yang membaca surah Nūḥ, akan ditempatkan di antara kaum mu’min yang diliputi dengan cahaya seruan Nabi Nūḥ a.s.” (1991)

Ringkasan Kisah tentang Nūḥ a.s.

Kisah detail tentang Nabi Nūḥ a.s. dinyatakan dalam surah ke-7, 11, 23, 26, 54, dan 71. Namun, kisah ini dijabarkan dengan sangat luas dalam surah ke-11, ayat 25-49. Kaumnya menyatakan bahwa Nūḥ a.s. berada dalam kesesatan: “Para pemuka kaumnya berkata: “Sesungguhnya, kami melihatmu berada dalam kesesatan”.” (7: 60). Mereka mengejeknya setiap waktu: “Dan apabila orang-orang yang kafir itu melihatmu, mereka hanya membuatmu menjadi bahan olok-olokan.” (21: 36). Mereka menyebutnya orang gila: “Gila dan berotak kacau.” (54: 9).

Namun Nabi Nūḥ a.s. tetap memberi petunjuk kepada mereka. Seperti para nabi lainnya, Nūḥ a.s. melaksanakan seruan kenabiannya dengan mengajak kaumnya menuju agama tauhid, ketaatan kepada pemimpin yang ditunjuk oleh Allah dan takut kepada Allah s.w.t. Nūḥ a.s. memulai dakwahnya dengan memperingatkan kaumnya agar tidak menentang Allah s.w.t. dan menyampaikan seruan kenabiannya kepada seluruh masyarakat. Akan tetapi, dia menghadapi pembangkangan. Dia pun mengutuk mereka: “Dan Nūḥ berkata: “Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang kafir itu tinggal di bumi!” (71: 26).

Nūḥ a.s. merupakan satu-satunya nabi yang masa seruan kenabiannya (berlangsung selama 950 tahun) disebutkan dalam al-Qur’ān. Nūḥ a.s. merupakan satu-satunya nabi yang keluarga dan kaumnya menentangnya. Dia juga menjalani rentang waktu kehidupan yang sangat panjang. Dia diperintah Allah s.w.t. untuk membuat bahtera yang akan menyelamatkan manusia dan hewan dari bencana besar itu. Dari sinilah Nūḥ dinamakan sebagai ayah kedua dari umat manusia (Ādam Abul-Basyar ats-Tsānī). Dia juga merupakan rasūl pertama yang diamanahi kitab. Dia ditunjuk untuk menyampaikan seruan kenabiannya kepada dunia (ulul-azmi). (2002).

Allah s.w.t. telah menenggelamkan bumi karena kutukannya. Dia adalah satu-satunya nabi yang pengikutnya tidak melebihi sepuluh orang setelah berdakwah selama 950 tahun.

 

SURAH NŪḤ

AYAT 1-3

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ. قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ. أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَ اتَّقُوْهُ وَ أَطِيْعُوْنِ

71: 1. Sesungguhnya, Kami mengutus Nūḥ kepada kaumnya dan Kami berfirman kepadanya: “Berikanlah peringatan kepada kaummu sebelum datang kepada mereka siksaan yang pedih.”

71: 2. Nūḥ berkata: “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagimu.”

71: 3. “Agar kamu menyembah Allah, bertaqwa kepada-Nya dan taat kepadaku.

TAFSIR

Sebagaimana disebutkan di atas, surah ini membahas seruan kenabian Nūḥ a.s. Melalui seruannya itu, orang-orang diberi bekal untuk menempuh jalan Allah s.w.t. Dia menyeru manusia kepada kebenaran, terutama sewaktu menghadapi para pembangkang.

Mengawali kenabiannya, ayat pertama menyatakan: “Sesungguhnya, Kami mengutus Nūḥ kepada kaumnya dan Kami berfirman kepadanya: “Berikanlah peringatan kepada kaummu sebelum datang kepada mereka siksaan yang pedih.

Siksaan yang pedih itu tampaknya merupakan siksaan di dunia atau di alam lain. Tetapi siksaan di dunia ini lebih sesuai dengan konteksnya. Para nabi a.s. adalah para pemberi peringatan tersebut ditegaskan dengan jelas. Fakta menunjukkan bahwa peringatan sering kali membawa efek-efek yang lebih kuat. Penekanan diberikan atas peringatan dan hukuman di dunia untuk menjamin adanya pelaksanaan hukum.

Menurut ayat kedua, Nabi Nūḥ a.s. adalah Nabi pertama yang kepadanya diamanahi kitab Allah. Seruan kenabiannya ditujukan kepada dunia. Ketika menerima perintah Allah, dia pergi kepada kaumnya dan menyatakan bahwa dia adalah seorang pemberi peringatan bagi mereka. Ayat ke-3 menyatakan bahwa tujuan dari seruan kenabiannya adalah mendorong manusia untuk menyembah Allah s.w.t. semata, bertaqwa kepada-Nya dan menaati perintah Allah yang diserukan melaluinya. Oleh karena itu, Nabi Nūḥ a.s. meringkaskan seruan kenabiannya: menyembah satu Tuhan, bertaqwa kepada-Nya, menaati perintah-Nya yang terdiri atas doktrin, prinsip moral dan hukum Allah. Mengikuti para nabi a.s. adalah sebuah konsekuensi untuk mencapai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah s.w.t., ketaatan kepada Nabi a.s. dan keyakinan akan adanya Hari Kiamat.

AYAT 4

يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ وَ يُؤَخِّرْكُمْ إِلىَ أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ أَجَلَ اللهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.

71-4. Dia akan mengampuni kamu dari dosa-dosamu dan menangguhkanmu hingga waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang maka tidak dapat ditangguhkan, seandainya kamu mengetahui.

TAFSIR

Beriman kepada Allah s.w.t. dan melakukan amal shalih menghasilkan pengampunan dosa, umur panjang dan menghindarkan diri dari penderitaan. Ada dua waktu yang ditetapkan bagi manusia. Pertama, waktu yang dapat ditangguhkan melalui ibadah dan ketaqwaan kepada Allah s.w.t. dan dapat dipercepat karena melakukan kejahatan dan dosa. Kedua, waktu yang ditentukan yang tidak dapat dibatalkan (ajal musamma).

Diriwayatkan dari Imām Shādiq a.s. bahwa umur panjang dan kematian berhubungan dengan kedermawanan dan dosa. Hanya sedikit orang yang menjalani kehidupan alamiah atau mati dengan kematian alamiah. (2013). Pada ayat ini manusia diimbau untuk menjawab seruan Allah sehingga dosa mereka diampuni.

Islam menutupi dan menghapus apa yang mendahuluinya. Semboyan ini tidak hanya berlaku bagi agama Islam, tetapi berlaku untuk semua agama Allah. Ayat ini selanjutnya menyatakan bahwa Allah s.w.t. akan menangguhkannya hingga waktu yang ditentukan. Dia akan memanjangkan umur serta akan menghindarkannya dari siksaan. Apabila datang waktu yang ditentukan yang tidak dapat dihindarkan dan tidak dapat dibatalkan, waktu itu tidak dapat ditangguhkan. Namun, sebagian orang tidak memahaminya.

Topik pembahasan ini akan lebih mudah dipahami melalui sebuah ilustrasi. Manusia yang secara fisik tidak akan mampu memiliki kehidupan abadi. Meskipun berfungsi dengan baik, organ tubuh terutama jantung akan berhenti berfungsi karena keletihan, Meskipun demikian, mematuhi aturan kesehatan dan melakukan tindakan pencegahan tepat pada waktunya dapat memanjangkan usia. Sebaliknya, kegagalan dalam melaksanakan aturan tersebut dapat benar-benar memendekkan usia.

Ayat ini secara gamblang menjelaskan bahwa melakukan dosa dapat memendekkan usia. Dikatakan bahwa jika kita beriman dan bertaqwa kepada Allah, Dia akan memanjangkan umur kita dan menangguhkan kematian. Dengan menerima pukulan berat yang menimpa tubuh dan jiwa manusia akibat dosa yang dilakukan, inti ayat ini menjadi semakin mudah untuk dipahami.

Hal tersebut menjadi penekanan khusus dalam beberapa hadits. Pembahasan detail mengenai ketentuan waktu yang bersyarat dan tidak dapat dibatalkan bisa ditemukan dalam surah al-An‘ām (6: 2). Berikut tiga hadits mengenai konsekuensi dari melakukan dosa dan beribadah kepada Allah s.w.t.

Diriwayatkan dari Nabi s.a.w. yang bersabda: “Jika kamu ingin agar umurmu panjang, peliharalah hubungan kekerabatanmu dan jika kamu ingin Allah memelihara kesehatanmu, perbanyaklah bersedekah.” (2024).

Diriwayatkan dari Imām Bāqir a.s. yang berkata: “Memelihara hubungan kekerabatan mendatangkan lima keuntungan: diterimanya amalan-amalan [di sisi Allah s.w.t.], hidup makmur, menghindarkan diri dari penderitaan, mengalami kemudahan dalam perhitungan amal [pada Hari Kiamat] dan umur panjang.” (2035).

Imām Shādiq a.s. berkata: “Amalan orang yang berbicara jujur dikabulkan. Orang yang memiliki niat baik akan bertambah rezekinya. Orang yang berbuat baik kepada keluarganya akan diberikan umur panjang.” (2046).

Catatan:

  1. 199). Tafsīru Majma‘-il-Bayān, jil. 10, hal. 359.
  2. 200). Kanz-ul-‘Ummāl, hadits ke-32391.
  3. 201). Biḥār-ul-Anwār, juz. 5, hal. 140.
  4. 202). Safīnat-ul-Biḥār, hal. 599.
  5. 203). Ushūl-ul-Kāfī, hadits ke-3.
  6. 204). Al-Khishāl, hal. 42.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *