Hati Senang

Suratu Nuh 71 ~ Tafsir Khuluqun ‘Azhim (5/5)

Tafsir Khuluqun 'Azhim - Juz Tabarak - Prof. Dr. M. Yunan Yusuf
Tafsir Khuluqun ‘Azhim Budi Pekerti Agung Oleh: Prof. M. Dr. Yunan Yusuf   Diterbitkan oleh: Penerbit Lentera Hati.   Tafsir JUZ TABARAK Khuluqun ‘Azhīm (BUDI PEKERTI AGUNG)

8. Doa Nabi Nūḥ untuk Orang-orang Beriman.

 

AYAT 28

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ لِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا تَبَارًا.

71: 28. “Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan”.”

Di akhir pertarungan da‘wah yang melelahkan melawan para pendurhaka penduduk Armenia, Nabi Nūḥ sadar sesadar-sadarnya bahwa, sebagai nabi dan rasūl, beliau hanyalah seorang pemberi ingat. Seorang utusan yang hanya bertugas menyampaikan seruan dan ajakan yang beliau terima dari Allah, agar manusia kembali ke jalan yang benar. Para nabi dan rasūl tidak punya wewenang untuk memaksa manusia agar meninggalkan kedurhakaan dan penyembahan terhadap berhala.

Allah sudah menegaskan di dalam kitab sucinya, bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Siapa yang mau beriman, silakan beriman, dan siapa yang mau tidak beriman, silakan tidak beriman. Allah hanya memperingatkan manusia dengan peringatan yang lemah-lembut. Bila manusia memilih jalan yang benar dan lurus, pasti akan menemui keselamatan. Sebaliknya bila menempuh jalan yang sesat dan menyesatkan, maka akan mengalami bencana.

Oleh sebab itu, di ujung pertarungan ini Nabi Nūḥ memohon kepada Allah agar dia, orangtuanya, orang-orang yang mengikutinya masuk ke dalam bahtera, dan seluruh kaum beriman diampuni oleh Allah. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan”. Ungkapan ini adalah isyarat dari kerendahan hati seorang nabi dan rasūl di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Yang dihadapi adalah Allah. Allah-lah yang menugaskan Nabi Nūḥ untuk menjalankan da‘wah tersebut, dan Allah pula yang menentukan keberhasilan da‘wah beliau tersebut. Itu sebabnya Nabi Nūḥ menyerahkan kembali semua itu kepada Allah dengan berdoa.

Walaupun para nabi dan rasūl itu dikatakan ma‘shūm, terpelihara dari dosa, namun mereka tetap memohonkan ampun kepada Allah. Itulah yang dilakukan oleh Nabi Nūḥ memohon ampunan Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Bukan hanya untuk diri sendiri beliau bermohon, tetapi juga untuk orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan, terhadap orang-orang mu’min yang mengikuti da‘wahnya, dan juga orang-orang mu’min seluruhnya.

Di samping itu, Nabi Nūḥ juga memohon kepada Allah agar penduduk Armenia yang mendurhaka dan para pemuka masyarakatnya yang berbuat makar dan kezhaliman itu diberi kebinasaan sesuai dengan kedurhakaan yang mereka perbuat, Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan. Tidak lebih dan tidak kurang, kebinasaan yang setimpal dengan kedurhakaan dan kezhaliman yang mereka lakukan.

9. Natijah.

  1. Nabi Nūḥ diutus oleh Allah kepada penduduk Armenia yang kembali menyembah berhala setelah ditinggalkan oleh Nabi Idrīs a.s. Beliau berda‘wah selama lebih-kurang lima abad. Selama berda‘wah lima abad itu hanya 80 orang penduduk Armenia yang menerima da‘wah beliau. Beragam tantangan da‘wah ditemui oleh Nabi Nūḥ. Mulai dari tuduhan untuk menaikkan pamor dirinya, dituduh telah dirasuki oleh syaithan, dikatakan mengidap penyakit gila, sampai kepada makar atau tipu-daya pemuka-pemuka masyarakat yang menghalangi jalan-jalan da‘wah beliau.
  2. Kondisi tersebut diadukan oleh Nabi Nūḥ kepada Allah dengan menggambarkan penolakan kaumnya lebih rinci. Yakni mereka menutup telinga dengan memasukkan anak jari mereka ke dalam lobangnya dan juga menutupkan bajunya ke muka sebagai tanda mereka tidak suka dan menolak da‘wah Nabi Nūḥ. Mereka serta-merta dengan lantang mengingkari seruan Nabi Nūḥ tersebut sembari menyombongkan diri dengan pongah dan congkak sehingga seruan kebenaran berlalu begitu saja.
  3. Nabi Nūḥ tidak pernah berputus asa. Beliau susun berbagai argumen dengan cara membangkitkan motivasi psikologis. Yakni bahwa Allah it Maha Pengampun dan Dia akan menurunkan hujan yang lebat, akan menganugerahkan kepada mereka harta yang berlimpah, keturunan yang banyak sehingga setiap keluarga dapat berbangga. Di samping itu, Allah juga akan membuat kebun-kebun mereka berkembang dengan subur dan mendatangkan hasil yang berlipat-ganda.
  4. Di samping motivasi psikologis, Nabi Nūḥ mengemas da‘wah beliau dengan berbagai argumentasi kauniyyah melalui pendekatan microcosmes (penciptaan manusia) dengan macrocosmos (penciptaan alam semesta). Nabi Nūḥ menggambarkan Allah menciptakan manusia dari sesuatu yang mereka sudah tahu, menciptakan langit tujuh lapis, bulan mempunyai cahaya dan matahari mempunyai pelita. Semua argumen itu untuk membangkitkan kesadaran tentang eksistenti Allah.
  5. Semua ajakan, motivasi, dan argumen Nabi Nūḥ tidak mereka dengarkan. Kedurhakaan penduduk Armenia semakin menjadi-jadi. Ajaran Nabi Nūḥ tentang Allah Yang Maha Esa dan tidak ada serikat bagi-Nya mereka dustakan dan mereka tolak mentah-mentah. Kedudukan para pemuka masyarakat yang terhormat dan terpandang sangat berpengaruh terhadap khalayak. Sehingga setiap apa yang mereka katakan pasti diikuti oleh masyarakat kecil.
  6. Karena mereka sudah membuat kesalahan dan kedurhakaan, mereka dijatuhkan sanksi oleh Allah. Sebuah bencana banjir datang, lalu menenggelamkan penduduk Armenia yang durhaka. Bukan hanya sekadar mendapat sanksi di dunia, tetapi juga kelak di akhirat mereka disiksa dengan adzab, yakni dimasukkan ke dalam neraka.

Ya Allah, Ya Ghaffār, Engkau Tuhan Maha Pengampun segala dosa dan pengabul segala pinta. Idzinkan kami kali ini mempergunakan doa Nabi Nūḥ yang beliau panjatkan kepada-Mu. Kami mohon ampun kepada-Mu ya Allah, atas dosa-dosa yang pernah kami perbuat, dosa-dosa dari kedua ibu-bapak kami, dosa-dosa dari orang-orang yang mengikuti keyakinan kami, dan dosa-dosa dari semua orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan di permukaan bumi ini.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.