AYAT 28
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ لِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا تَبَارًا.
71: 28. “Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan”.”
Di akhir pertarungan da‘wah yang melelahkan melawan para pendurhaka penduduk Armenia, Nabi Nūḥ sadar sesadar-sadarnya bahwa, sebagai nabi dan rasūl, beliau hanyalah seorang pemberi ingat. Seorang utusan yang hanya bertugas menyampaikan seruan dan ajakan yang beliau terima dari Allah, agar manusia kembali ke jalan yang benar. Para nabi dan rasūl tidak punya wewenang untuk memaksa manusia agar meninggalkan kedurhakaan dan penyembahan terhadap berhala.
Allah sudah menegaskan di dalam kitab sucinya, bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Siapa yang mau beriman, silakan beriman, dan siapa yang mau tidak beriman, silakan tidak beriman. Allah hanya memperingatkan manusia dengan peringatan yang lemah-lembut. Bila manusia memilih jalan yang benar dan lurus, pasti akan menemui keselamatan. Sebaliknya bila menempuh jalan yang sesat dan menyesatkan, maka akan mengalami bencana.
Oleh sebab itu, di ujung pertarungan ini Nabi Nūḥ memohon kepada Allah agar dia, orangtuanya, orang-orang yang mengikutinya masuk ke dalam bahtera, dan seluruh kaum beriman diampuni oleh Allah. “Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan”. Ungkapan ini adalah isyarat dari kerendahan hati seorang nabi dan rasūl di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Yang dihadapi adalah Allah. Allah-lah yang menugaskan Nabi Nūḥ untuk menjalankan da‘wah tersebut, dan Allah pula yang menentukan keberhasilan da‘wah beliau tersebut. Itu sebabnya Nabi Nūḥ menyerahkan kembali semua itu kepada Allah dengan berdoa.
Walaupun para nabi dan rasūl itu dikatakan ma‘shūm, terpelihara dari dosa, namun mereka tetap memohonkan ampun kepada Allah. Itulah yang dilakukan oleh Nabi Nūḥ memohon ampunan Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Bukan hanya untuk diri sendiri beliau bermohon, tetapi juga untuk orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan, terhadap orang-orang mu’min yang mengikuti da‘wahnya, dan juga orang-orang mu’min seluruhnya.
Di samping itu, Nabi Nūḥ juga memohon kepada Allah agar penduduk Armenia yang mendurhaka dan para pemuka masyarakatnya yang berbuat makar dan kezhaliman itu diberi kebinasaan sesuai dengan kedurhakaan yang mereka perbuat, Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan. Tidak lebih dan tidak kurang, kebinasaan yang setimpal dengan kedurhakaan dan kezhaliman yang mereka lakukan.
Ya Allah, Ya Ghaffār, Engkau Tuhan Maha Pengampun segala dosa dan pengabul segala pinta. Idzinkan kami kali ini mempergunakan doa Nabi Nūḥ yang beliau panjatkan kepada-Mu. Kami mohon ampun kepada-Mu ya Allah, atas dosa-dosa yang pernah kami perbuat, dosa-dosa dari kedua ibu-bapak kami, dosa-dosa dari orang-orang yang mengikuti keyakinan kami, dan dosa-dosa dari semua orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan di permukaan bumi ini.