Hati Senang

Suratu Nuh 71 ~ Tafsir al-Aisar (2/2)

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī


(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)   Penerbit: Darus Sunnah

Sūratu Nūḥ: Ayat 21-24

قَالَ نُوْحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِيْ وَ اتَّبَعُوْا مَنْ لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَ وَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا. وَ مَكَرُوْا مَكْرًا كُبَّارًا. وَ قَالُوْا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا. وَ قَدْ أَضَلُّوْا كَثِيْرًا وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا ضَلَالًا.

71: 21. Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya,

71: 22. dan mereka melakukan tipu-daya yang sangat besar”.

71: 23. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwā‘, Yaghūts, Ya‘ūq dan Nasr”.

71: 24. Dan sungguh, mereka telah menyesatkan orang banyak; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kesesatan.

PENJELASAN KATA

(عَصَوْنِيْ) ‘Ashaunī: Mereka tidak menaati da‘wahku dan ajakan agar mereka beribadah kepada-Mu semata dan meninggalkan kemusyrikan.

(وَ اتَّبَعُوْا) Wattaba‘ū: Mereka mengikuti orang hina di antara mereka dan orang-orang kafir.

(مَنْ لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَ وَلَدُهُ) Man Lam Yazidhu Māluhū wa Waladuhū: Para pemimpin yang memberi nikmat kepada mereka.

(إِلَّا خَسَارًا) Illā Khasāran: Sikap kesewenang-wenangan dan kekafiran.

(مَكْرًا كُبَّارًا) Makran Kubbāran: Makar besar, yaitu mendustakan dan menyakiti Nabi Nūḥ.

(وَ قَالُوْا) Wa Qālū: Para pembesar mereka berkata kepada orang-orang yang hina di antara mereka.

(لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ) Lā Tadzarunna Ālihatakum: Janganlah kalian meninggalkan tuhan-tuhan kalian.

(وَ لَا تَذَرُنَّ) Wa Lā Tadzarunna: Janganlah kalian menginggalkan Wadd, Suwā‘, Yaghūts, Ya‘ūq, dan Nasr.

(وَ قَدْ أَضَلُّوْا) Wa Qad Adhallū: Dengan berhala-berhala tersebut, mereka telah banyak menyesatkan manusia, karena mereka telah menyuruh orang lain supaya menyembah berhala tersebut.

MAKNA AYAT 21-24 SECARA UMUM

Setelah Nabi Nūḥ menjelaskan semua pengaduan ini kepada Rabbnya agar Dia memaafkan dan memuliakannya, maka beliau melanjutkan dengan doa kehancuran bagi orang-orang zhalim. “Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,” (7481) yaitu orang-orang yang telah melampaui batas dan sangat ingkar, “dan melakukan tipu-daya yang amat besar” (7492) Karena mereka berani menentang Nabi Nūḥ dan terkadang menyakitinya. Akan tetapi, beliau mampu bersabar dan mengharapkan pahala (dari Allah). Mereka berkata kepada teman-temannya menyampaikan nasihat bathil, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu”, Tuhan-tuhan mereka berjumlah lima, yaitu Wadd, Suwā‘, Yaghūts, Ya‘ūq, dan Nasr. (7503) Sesungguhnya mereka telah menyesatkan orang lain, yaitu mereka menyesatkan orang lain agar tidak beribadah kepada Allah, karena mereka telah mewariskan berhala tersebut di dalam kehidupan mereka sehingga diikuti oleh orang lain. Akhirnya mereka pun menjadi sesat.

Kemudian Nabi Nūḥ mendoakan keburukan terhadap mereka seraya berkata: “dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kesesatan”. Nabi Nūḥ mengatakan doa (itu) setelah beliau merasa putus asa. Mereka tidak bisa diharapkan lagi untuk beriman dan mendapatkan petunjuk karena beliau telah menda‘wahi mereka beratus-ratus tahun lamanya. (7514) Akan tetapi, hasil yang beliau terima hanyalah kekufuran mereka yang semakin menjadi-jadi. (7525).

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 21-24.

  1. Dibolehkan untuk berkeluh-kesah kepada Allah dengan suara pelan dan tidak melelahkan.
  2. Penjelasan bahwa orang-orang rendah dan fakir miskin akan menjadi pengikut para pejabat, orang-orang kaya, dan para majikan.
  3. Penjelasan bahwa tipu-daya adalah perbuatan orang-orang kafir dan zhalim.
  4. Penjelasan bahwa orang-orang musyrik karena kesesatan mereka yang sering mengucapkan lafazh “tuhan” kepada berhala-berhala yang mereka sembah.
  5. Dibolehkan untuk mendoakan kejelekan terhadap orang-orang zhalim ketika mereka sudah tidak bisa diharapkan lagi akan mendapat hidayah (putus asa).

Sūratu Nūḥ: Ayat 25-28

مِمَّا خَطِيْئَاتِهِمْ أُغْرِقُوْا فَأُدْخِلُوْا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللهِ أَنْصَارًا. وَ قَالَ نُوْحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِيْنَ دَيَّارًا. إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوْا عِبَادَكَ وَ لَا يَلِدُوْا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا. رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ لِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا تَبَارًا.

71: 25. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain dari Allah.

71: 26. Dan Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

71: 27. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur.

71: 28. Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kehancuran”.

PENJELASAN KATA

(مِمَّا خَطِيْئَاتِهِمْ أُغْرِقُوْا) Mimmā Khathī’ātihim Ughriqū: Disebabkan karena dosa-dosa mereka, akhirnya mereka ditenggelamkan dengan banjir besar.

(فَأُدْخِلُوْا نَارًا) Faudkhilū Nāran: Setelah kematian mereka, ruh mereka akan dimasukkan ke dalam neraka.

(دَيَّارًا) Dayyāran: Orang yang pulang-pergi, maksudnya jangan disisakan walau seorang pun.

(إِنْ تَذَرْهُمْ) In Tadzarhum: Kalau mereka dibiarkan hidup dan Engkau tidak membinasakan mereka.

(إِلَّا تَبَارًا) Illā Tabāran: Kehancuran dan kerugian.

MAKNA AYAT 25-28 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan,” (7536) Allah ta‘ālā memberitahukan akhir hayat kaum Nabi Nūḥ setelah beliau mendoakan kejelekan terhadap mereka setelah beliau mengetahui (dari wahyu Allah) bahwa kaumnya tidak akan beriman kepada ajaran beliau. Maka Allah berfirman: “Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka”, yaitu dosa-dosa mereka, seperti kemusyrikan, kezhaliman, dan mendustakan serta menyakiti Nabi Nūḥ a.s. Akhirnya mereka ditenggelamkan oleh banjir besar, sehingga tidak tersisa walau seorang pun.

Lalu dimasukkan ke neraka” Tubuhnya ditenggelamkan, dan di alam barzakh, ruhnya akan dimasukkan ke dalam neraka. Allah ta‘ālā berfirman: “maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah” (7547) Siapakah yang akan menolong orang yang akan dihancurkan dan diadzab oleh Allah? Kemudian Allah ta‘ālā mengabulkan doa Nabi Nūḥ yang menginginkan datangnya banjir besar agar kaum yang ingkar dihancurkan, yaitu firman-Nya: “Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” Maksudnya janganlah Engkau menyisakan orang kafir yang masih hidup di atas muka bumi ini, “tinggal di atas bumi,” (7558) maksudnya janganlah Engkau membiarkan orang-orang kafir berseliweran di muka bumi. Kemudian beliau menjelaskan alasan doanya ini (doa kehancuran untuk orang-orang kafir), beliau berkata: “Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, (7569) niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu,” menyesatkan hamba-Mu dari jalan-Mu yang akan berujung pada keridahaan-Mu yang direalisasikan dengan beribadah kepada-Mu, menaati-Mu dan Rasūl-Mu.

Dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma‘siat lagi sangat kafir.” (75710) Orang-orang kafir hanya akan melahirkan anak-anak yang kafir juga, yang bermaksiat terhadap agama-Mu dan tidak beriman kepada-Mu dan Rasūl-Mu. Nabi Nūḥ mendoakan seperti ini karena beliau sudah merasa sangat lama menda‘wahi kaumnya, kurang lebih sepuluh abad kurang lima puluh tahun. Kemudian Nabi Nūḥ berdoa kepada Allah untuk keselamatan dirinya dan kedua orang tuanya dan orang-orang yang masuk ke masjid (tempat shalatnya) dari golongan orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan. Beliau juga mendoakan agar orang-orang zhalim mendapatkan kerugian dan kebinasaan.

Nabi Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, (75811) orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan, dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kebinasaan.” (75912).

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 25-28.

  1. Kehancuran kaum Nabi Nūḥ disebabkan dosa-dosa mereka. Jadi, dosa adalah sumber malapetaka (kehancuran).
  2. Penetapan akan adanya adzab kubur. Selain ditenggelamkan, mereka juga akan mendapatkan adzab kubur.
  3. Dibolehkan untuk mendoakan keburukan kepada orang-orang zhalim, kafir, dan para pendosa.
  4. Kewajiban mendoakan (kebaikan) kepada orang-orang mu’min, baik laki-laki maupun perempuan.
  5. Ketika berdoa, disunnahkannya untuk mendoakan (kebaikan) untuk diri sendiri kemudian untuk orang lain.

Catatan:

  1. 748). Yang dimaksud adalah para pembesar dan orang-orang kaya dan yang hidup bemewah-mewah di antara mereka yang mengalami kekafiran, harta dan anak-anak mereka semakin menambah kesesatan mereka.
  2. 749). Kata “kubbāran” satu rumpun dengan bentuk kata “qurrā’an,” “‘ujjāban,” “thuwwālan”, serta “ummālan.”
  3. 750). Imām al-Bukhārī meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās bahwa Wadd, Suwā‘, Yaghūts, Ya‘ūq, dan Nasr adalah nama orang-orang shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka telah meninggal dunia, maka syaithan membisikkan kepada kaum Nabi Nūḥ agar membuat patung di atas kuburan mereka masing-masing yang namanya disesuaikan dengan nama-nama mereka (Wadd, Suwā‘, dan lain sebagainya). Kemudian mereka pun melakukannya. Akan tetapi, pada saat itu, patung-patung tersebut tidak disembah-sembah. Kemudian setelah generasi pertama ini meninggal dunia dan masyarakat berada dalam keadaan bodoh, akhirnya patung-patung tersebut disembah-sembah.
  4. 751). Ibnu ‘Abbās berkata: “Nabi Nūḥ a.s. mengharapkan generasi muda (beriman) setelah generasi tua beriman. Nabi Nūḥ berda‘wah dari generasi muda ke generasi muda lainnya sampai tujuh ratus tahun. Kemudian, setelah kejadian banjir besar beliau hidup selama enam puluh tahun sampai semua orang beranak-pinak menjadi banyak kembali dan tersebar di mana-mana.
  5. 752). Sangat aneh mendengar bisikan syaithan ini bahwa Ya‘ūq, dan Nasr, keduanya, disembah pada abad keempat belas di sebuah desa yang bernama Laiywih yang digunakan oleh penduduk kampung tersebut untuk meminta hujan kepada keduanya. Padahal patung Yaghūts, Ya‘ūq, Wadd, Suwā‘, serta Nasr adalah patung-patung yang banyak tersebar di antara kabilah-kabilah ‘Arab.
  6. 753). Ayat yang berbunyi “Mimmā khathī’ātihim” huruf “” di sini ini adalah huruf “” tambahan. Ayat ini asalnya berbunyi “min khathī’ātihim” (dari kesalahan-kesalahan mereka). Huruf “min” untuk menyatakan sebab akibat, sedangkan huruf “” sebagai huruf tambahan untuk menguatkan sebab tersebut.
  7. 754). Huruf “fā’” di dalam ayat ini untuk mengelompokkan (membagi-bagi).
  8. 755). Kata “dayyāran” adalah kata benda khusus yang digunakan untuk membantah. Maksudnya umum untuk seluruh manusia. Kata ini diambil dari kata “dārun” artinya “rumah”.
  9. 756). Ayat yang berbunyi: “Sesungguhnya jika Engkau membiarkan mereka,” adalah ayat sebab akibat.
  10. 757). Maksudnya ketika si anak mencapai usia dewasa, bukan ketika dilahirkan langsung menjadi orang durhaka. Kata dalam bentuk “kaffār” adalah seperti bentuk “fa‘‘ālun” artinya untuk menyatakan “sangat” yaitu sangat ingkar.
  11. 758). Nama bapak Nabi Nūḥ adalah Lamka, sedangkan nama ibunya adalah Syamkha binti Ānus.
  12. 759). Arti kata “at-tabāru” artinya kebinasaan dan kerugian.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.