Hati Senang

Suratu Nuh 71 ~ Tafsir al-Aisar (1/2)

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī


(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)   Penerbit: Darus Sunnah

SŪRATU NŪḤ

MAKKIYYAH

JUMLAH AYAT: 28 AYAT

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Sūratu Nūḥ: Ayat 1-4

إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ. قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ. أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَ اتَّقُوْهُ وَ أَطِيْعُوْنِ. يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ وَ يُؤَخِّرْكُمْ إِلىَ أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ أَجَلَ اللهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.

71: 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nūḥ kepada kaumnya (dengan perintah): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya ‘adzab yang pedih.”

71: 2. Nūḥ berkata: “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,

71: 3. (yaitu) sembahlah Allah olehmu, bertaqwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku.

71-4. Niscaya Dia akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sungguh, ketetapan Allah itu apabila datang tidak dapat ditunda, seandainya kamu mengetahui.

PENJELASAN KATA

(إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ) Innā Arsalnā Nūḥan Ilā Qaumihī: Diutus kepada seluruh penduduk bumi. Sebagai buktinya yaitu seluruh manusia ditenggelamkan.

(أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ) An Andzir Qaumaka: Memberi peringatan kepada kaummu.

(إِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ) Innī Lakum Nadzīrun Mubīnun: (sesungguhnya aku adalah pemberi) Peringatan yang jelas.

(أَنِ اعْبُدُوا اللهَ) An-i‘būd-ullāha: Perintah untuk beribadah kepada Allah, melakukan perbuatan yang dicintai-Nya dan meninggalkan perbuatan yang dibenci-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

(وَ اتَّقُوْهُ) Wattaqūhu: Kalian jangan bermaksiat kepada Allah, seperti tidak mau beribadah dan jangan pula menyekutukan-Nya.

(وَ أَطِيْعُوْنِ) Wa Athī‘ūn: Taatlah terhadap perintah dan laranganku karena aku adalah seorang utusan yang menerima perintah dari Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian.

(يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ) Yaghfir lakum min Dzunūbikum: Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian, yaitu dosa syirik dan kemaksiatan kalian. Huruf “min/dari” sebagai huruf tambahan untuk menguatkan ayat tersebut atau sebagai huruf yang menjelaskan sebagian “min Dzunūbikum” (sebagian dosa-dosa kalian).” Karena hak-hak yang menyangkut sesama manusia harus disempurnakan dan akan diampuni setelah bertaubat.

(وَ يُؤَخِّرْكُمْ إِلىَ أَجَلٍ مُّسَمًّى) Wa Yu’akkhirkum Ilā Ajalin Musamman: Sampai tiba ajal kalian yang telah ditentukan bagi kalian di dalam kitab catatan takdir. Adzab untuk kalian ini tidak akan bisa dipercepat

(إِنَّ أَجَلَ اللهِ) Inna Ajal-allāhi: Waktu Allah untuk mengadzab kalian.

(لَا يُؤَخَّرُ) Lā Yu’akhkharu: Tidak akan diakhirkan jika kalian orang yang tidak beriman.

(لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ) Lau Kuntum Ta‘lamūna: Jika kalian mengetahuinya, maka kalian akan beriman.

MAKNA AYAT 1-4 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nūḥ kepada kaumnya (dengan perintah)”, (7351) untuk memalingkan tuduhan orang-orang musyrik Quraisy dan orang-orang kafir Makkah yang mengingkari risalah Muḥammad s.a.w. Bahwa Muḥammad adalah bukan utusan Allah yang pertama kali diingkari risalahnya. Sebagaimana isi surat ini ada beberapa ayat sebagai penghibur Rasūlullāh s.a.w. atas sikap yang diterimanya dari orang-orang musyrik Quraisy. Sama halnya dengan Nabi Nūḥ a.s. yang telah menerima penolakan yang lebih keras dan lebih lama (daripada beliau). Di antara ayat-ayat tersebut adalah firman-Nya: “Berilah kaummu peringatan”, maksudnya Kami telah mengutusnya untuk memberi peringatan sebelum tibanya adzab yang pedih (7362) yaitu adzab dunia yang akan mencabut mereka ke akar-akarnya dan adzab akhirat yang abadi.

Firman-Nya: “Nūḥ berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu”, maksudnya Nabi Nūḥ menjalankan perintah Allah dan beliau berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan, memberi penjelasan kepada kalian, menakut-nakuti dengan akibat yang akan kalian terima yang disebabkan oleh kekufuran kalian kepada Allah ta‘ālā dan perbuatan syirik kalian kepada-Nya”. “(yaitu) sembahlah Allah olehmu, bertaqwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku”, (7373) maksudnya sembahlah Allah semata dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun dan bertaqwalah kepada-Nya. Janganlah kalian berbuat maksiat kepada-Nya, seperti dengan meninggalkan peribadatan kepada-Nya. Janganlah kalian menyekutukan-Nya. Taatilah perintah dan laranganku ini, karena aku adalah seorang penyampai risala Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian.

Aku hanya akan menyuruh kalian kepada hal-hal yang akan menyempurnakan dan membahagiakan kalian. Aku pun hanya melarang kalian dari hal-hal yang akan membahayakan dan menyulitkan kalian. Apabila kalian menaati da‘wahku ini, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian, (7384) dan menangguhkan kalian sampai tiba waktunya yang telah ditentukan, yaitu pada saat ajal kalian telah tiba dan siksa kalian tidak akan dipercepat. “Sesungguhnya ketetapan Allah,” yaitu janji Allah yang akan mengadzab kalian, apabila telah datang waktunya, maka tidak bisa ditangguhkan, “kalau kamu mengetahui,” (7395) maksudnya kalau kalian mengetahui hal tersebut, maka kalian akan kembali dan bertaubat kepada-Nya.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 1-4.

  1. Penetapan kenabian Muḥammad, karena Allah yang telah mengutus Nūḥ, mengutus pula Muḥammad s.a.w., kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
  2. Penetapan tauhid (keesaan Allah). Karena Nabi Nūḥ telah diutus kepada sebuah kaum yang musyrik untuk membantah kemusyrikan mereka dan mengajarkan tauhid.
  3. Penetapan qadha dan qadar. Hal ini sesuai dengan firman-Nya, “menangguhkan kamu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan,” yaitu yang tercantum di dalam kitab catatan semua takdir umat manusia.

 

Sūratu Nūḥ: Ayat 5-20

قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلاً وَ نَهَارًا. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِيْ إِلَّا فِرَارًا. وَ إِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوْا أَصَابِعَهُمْ فِيْ آذَانِهِمْ وَ اسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَ أَصَرُّوْا وَ اسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا. ثُمَّ إِنِّيْ دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا. ثُمَّ إِنِّيْ أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَ أَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا. فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا. وَ يُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَ بَنِيْنَ وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ أَنْهَارًا. مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُوْنَ للهِ وَقَارًا. وَ قَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا. أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا. وَ جَعَلَ الْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْرًا وَ جَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا. وَ اللهُ أَنْبَتَكُمْ مِّنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا. ثُمَّ يُعِيْدُكُمْ فِيْهَا وَ يُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا. وَ اللهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا. لِتَسْلُكُوْا مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا.

71: 5. Dia (Nūḥ) berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam,

71: 6. tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran).

71: 7. Dan sesungguhnya aku setiap menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.

71: 8. Lalu sesungguhnya aku menyeru dengan cara terang-terangan,

71: 9. Kemudian aku menyeru mereka secara terbuka dan dengan diam-diam,

71: 10. maka aku berkata (kepada mereka): “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun,

71: 11. niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,

71: 12. dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun dan mengadakan sungai-sungai untukmu.

71: 13. Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?

71: 14. Dan sungguh, Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan (kejadian).

71: 15. Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis?

71: 16. Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?

71; 17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh (berangsur-angsur),

71: 18. kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalamnya (tanah) dan mengeluarkan kamu (pada hari Kiamat) dengan pasti.

71: 19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,

71: 20. agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas”.

PENJELASAN KATA

(لَيْلاً وَ نَهَارًا) Lailan wa Nahāran: Siang dan malam tidak pernah berhenti.

(إِلَّا فِرَارًا) Illā Firāran: Mereka malah menjauhiku dan kebenaran yang aku dakwahkan kepada mereka, yaitu perintah beribadah kepada Allah semata.

(جَعَلُوْا أَصَابِعَهُمْ فِيْ آذَانِهِمْ) Ja‘alū Ashābi‘ahum fī adzānihim: Mereka menutupi telinga mereka dengan tangannya, sehingga mereka tidak bisa mendengar apa yang aku katakan kepada mereka.

(وَ اسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ) Wastaghsyau Tsiyābahum: Mereka menutup diri mereka dengan pakaiannya, tidak mau melihat dan memandangku.

(وَ أَصَرُّوْا) Wa Asharrū: Terus-menerus melakukan kebathilan dan kemusyrikan.

(يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا) Yursil-is-Samā’a ‘Alaikum Midrāran: Menurunkan hujan lebat kepada kalian setiap kali kalian membutuhkannya.

(وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ جَنَّاتٍ) Wa Yaj‘al Lakum Jannātin: menyuburkan kebun-kebun.

(مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُوْنَ للهِ وَقَارًا) Mā lakum lā Tarjūna Lillāhi Waqāran: Kenapa kalian tidak takut kepada keagungan dan kebesaran Allah yang Maha Perkasa terhadap seluruh hamba-Nya.

(وَ قَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا) Wa Qad khalaqakum Athwāran: Bertahap, dari setetes air mani menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging.

(وَ جَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا) Wa Ja‘al-asy-Syamsa Sirājan: Matahari bersinar.

(أَنْبَتَكُمْ مِّنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا) Anbatakum min-al-Ardhi Nabātan: Menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dari tanah untuk kalian.

(ثُمَّ يُعِيْدُكُمْ فِيْهَا) Tsumma Yu‘īdukum Fīhā: Kalian dikubur di dalam tanah.

(وَ يُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا) Wa Yukhrijukum Ikhrājan: Pada hari Kiamat.

(سُبُلًا فِجَاجًا) Subulan Fijājan: Jalan-jalan yang luas.

MAKNA AYAT 5-20 SECARA UMUM

Semua ayat di atas bisa dijadikan sebagai pegangan para da‘i yang berda‘wah di jalan Allah karena mencontoh perjalanan hidup Nabi Nūḥ yang telah berda‘wah selama kurang lebih sembilan ratus lima puluh tahun. Beliau mengadu kepada Rabbnya dan menjelaskan perjalanan da‘wahnya kepada Allah seraya berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku,” mereka adalah seluruh penduduk bumi (yang hidup) pada saat itu, “malam dan siang,” maksudnya berda‘wah siang dan malam hari. Karena ada sebagian umat beliau yang hanya bisa dida‘wahi pada malam hari. “Maka seruanku itu tidak menambah mereka.” (7406). Aku mengajak mereka supaya beriman dan beribadah kepada-Mu, “lari (dari kebenaran),” (7417) tetapi mereka justru semakin menjauhi diri dari da‘wah ini.

Setiap kali aku mengajak mereka supaya meminta ampun dan bertaubat kepada-Mu sehingga Engkau pun mau mengampuni mereka, “mereka memasukkan anak jarinya ke dalam telinganya,” sehingga mereka tidak bisa mendengar apa yang aku katakan kepada mereka: “dan menutupkan bajunya (ke mukanya),” mereka menutupi mukanya dengan bajunya sehingga mereka tidak melihat dan tidak pula memandang ke wajahku, karena mereka sangat membenciku, “mereka tetap (mengingkari),” mereka tetap berada di dalam kemusyrikan, kekufuran, dan tetap membangkang, “dan menyombongkan diri dengan sangat,” (7428) sangat sombong. “Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman),” supaya mereka mau mengesakan-Mu ketika beribadah kepada-Mu dan supaya meninggalkan kemusyrikan, “dengan cara terang-terangan,” justru mereka terang-terangan dengan hal tersebut (kemusyrikan), “Kemudian aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam,” sesuai dengan jama‘ah dan keadaan (الجماعات والظروف). Aku mengetuk setiap pintu rumah mereka mencari jawaban dari mereka terhadap da‘wahku. “Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,(7439). “Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu (74410) yang lebat.” Maksudnya Allah akan menurunkan hujan terus-menerus sehingga tidak ada terkena musim paceklik atau kekeringan, “dan Dia membanyakkan harta dan anak-anakmu,” karena inilah (banyak harta dan anak) adalah keinginan kalian, “dan mengadakan untukmu kebun-kebun,” kebun-kebun yang dipenuhi buah kurma dan anggur, “dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (74511) Maksudnya sungai-sungai yang mengalir di dalam kebun-kebun tersebut dan akan mengairinya.

Kemudian Nabi Nūḥ memandangi mereka karena rasa takjub dengan penolakan dn tidak adanya rasa takut di hati mereka, “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” Apa yang kalian pikirkan? Apa yang menjadikan kalian tidak percaya akan kebesaran Allah? Mengapa kalian tidak takut akan keagungan, kemampuan, dan kebesaran-Nya? “Padahal, Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian,” kemudian Nabi Nūḥ mengalihkan topik pembicaraannya kepada tanda-tanda kekuasaan Allah. Maka beliau berkata kepada mereka, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?” di atas langit masih ada langit, berlapis-lapis. “Dan Allah menciptakan padanya bulan (74612) sebagai cahaya,” yang menerangi benda-benda yang ada di langit dan di bumi, “dan menjadikan matahari sebagai pelita?” yang menyala dan bersinar. Bagian depannya menyinari langit dan bagian belakangnya menyinari bumi, seperti bulan. “Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,” dan kalian pun berasal dari tanah. Tetesan air mani juga tersusun dari makanan yang berasal dari unsur tanah. Kemudian Aku menciptakan kalian seperti tumbuhan, yaitu tumbuh dan berkembang. “Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah,” yaitu dikuburkan di dalam tanah apabila kamu mati. “Mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari Kiamat),” membangkitkan kembali dari alam kubur, “dengan sebenar-benarnya,” yaitu di hari Kiamat untuk menjalani hari penghitungan dan hari pembalasan. “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,” yaitu ibarat hamparan yang luas dan layak untuk dijadikan tempat tinggal. “Supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu,” yaitu jalan-jalan yang luas.

Seperti inilah Nabi Nūḥ a.s. berkeliling kepada mereka mendakwahkan ayat-ayat Allah yang semuanya menjadi bukti adanya Allah, kemampuan, ilmu, hikmah dan rahmat-Nya. Semua ini mewajibkan kita untuk beribadah kepada-Nya dan meniadakan tuhan-tuhan lain. Inilah yang dialami Nabi Nūḥ dan keluh-kesahnya kepada Rabbnya, padahal Allah Maha Tahu akan hal tersebut. Dalam kisah ini terdapat pelajaran berharga bagi para da‘i yang berdakwah menyebarkan petunjuk-Nya. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka, amin.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 5-20.

  1. Penjelasan tentang jalan yang benar dalam berda‘wah adalah jalan kesabaran dan metode yang bervariasi.
  2. Penjelasan tentang kebencian orang-orang musyrik kepada tauhid dan orang-orang yang bertauhid. Karena kebencian mereka kepada Nabi Nūḥ dan kepada da‘wah tauhid yang beliau bawa, akhirnya mereka menutupi telinga mereka sehingga mereka tidak mendengar da‘wah beliau dan mereka pun menutupi wajah mereka sehingga mereka tidak bisa melihat kepada beliau dan mereka pun menyombongkan diri, tidak ada kebaikan sedikit pun pada diri mereka.
  3. Berda‘wah dengan cara bijaksana. Karena, ketika Nabi Nūḥ melihat kaumnya sangat mencintai dunia, maka beliau menganjurkan kepada mereka untuk memperbanyak istighfār (permohonan ampun kepada Allah) agar Allah semakin memperbanyak harta dan anak mereka.
  4. Sebagian orang-orang shalih (74713) berkesimpulan dari ayat ini bahwa, siapa saja yang ingin memiliki banyak harta dan anak, maka ia harus memperbanyak istighfar di malam dan siang hari dan jangan merasa bosan. Maka Allah akan memberikan apa yang diinginkannya, yaitu harta dan anak.

Catatan:

  1. 735). Nūḥ adalah anak Lamka bin Mattusyilakh bin Akhtum yang bernama Idrīs bin Barad bin Mahlayīl bin Ānusy bin Qinan bin Syīts bin Ādam a.s.
  2. 736). Yang dimaksud bisa terbentuk adzab di dunia atau adzab neraka di hari Kiamat.
  3. 737). Ayat ini merupakan tafsiran untuk ayat sebelumnya, yaitu yang berbunyi: “berilah kaummu peringatan.”
  4. 738). Huruf “min” di dalam ayat ini bisa berarti huruf tambahan sebagai penguat perkataan atau bisa juga huruf “min” ini sebagai penunjuk kepada jumlah sebagian (tidak semuanya). Karena ada sebagian dosa-dosa yang tidak akan diampuni, kecuali dengan meminta kehalalan dari pemiliknya, yaitu hal-hal yang bersangkutan dengan hak-hak manusia (orang lain).
  5. 739). Diriwayatkan bahwa kaum Nabi Nūḥ pernah memukulinya sampai beliau pingsan. Setelah beliau siuman (dari pingsannya), beliau pun berdoa: “ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui.”
  6. 740). Nāfi‘ membacanya dengan “du‘āiya” dengan memberi harakat fatḥah pada huruf “”. Sedangkan Ḥafsh dengan men-sukūn-kannya.
  7. 741). Maksudnya mereka hanya semakin menjauh dan berpaling tidak mau beriman.
  8. 742). Ketika mereka berkata kepada Nabi Nūḥ: “Apakah kami harus beriman kepadamu yang banyak diikuti oleh orang-orang (para pengikut beliau) adalah orang-orang rendahan?” Mereka mengatakan semua ini karena sikap sombong mereka yang sudah keterlaluan.
  9. 743). “Sesungguhnya Allah Maha Pengampun.” Ucapan ini beliau sampaikan untuk mendorong umatnya agar mau bertaubat. Fudhail bin ‘Iyādh berkata: “Seorang hamba yang mengucapkan: “aku meminta ampunan kepada Allah,” artinya akuu berhenti (dari dosa-dosa).
  10. 744). “Dia akan mengirimkan langit (يُرْسِلِ السَّمَاءَ),” maksudnya akan menurunkan hujan dari langit dan yang dimaksud bukan langit itu sendiri.
  11. 745). Diriwayatkan dari al-Ḥasan al-Bishrī bahwa ada seorang laki-laki yang mengeluh kepadanya tentang kekeringan (yang melanda kampungnya). Maka al-Ḥasan al-Bishrī berkata kepadanya: “Minta ampunlah kepada Allah!” Kemudian ada seseorang yang juga mengeluh kepada al-Ḥasan al-Bishrī tentang hidupnya yang serba kekurangan. Maka al-Ḥasan Bishrī berkata kepadanya: “Minta ampunlah kepada Allah!” Kemudian ada seorang lagi yang mengeluh kepadanya tentang kebunnya yang kekeringan. Maka al-Ḥasan pun berkata kepadanya: “Minta ampunlah kepada Allah!” Kemudian datang orang lain yang mengadu kepadanya: “Wahai al-Ḥasan, doakanlah aku agar memiliki anak!” Maka al-Ḥasan pun berkata: “Minta ampunlah kepada Allah!” Kemudian ada seseorang yang menanyakan alasan jawaban al-Ḥasan ini. Maka al-Ḥasan menjawab: “jawabanku ini tidak mengada-ada. Aku hanya berdalil dengan firman Allah di dalam surat Nūḥ ayat 10 sampai dengan ayat 12.”
  12. 746). Maksudnya yaitu di langit dunia.
  13. 747). Telah dijelaskan bahwa yang dimaksud adalah Al-Ḥasan al-Bishrī r.h.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.