Suratu Nuh 71 – Lanjutan Keluhan Nuh Kepada Tuhan ~ Tafsir al-Azhar (4/5)

Dari Buku:
Tafsir al-Azhar
Oleh: Prof. Dr. HAMKA

Penerbit: PT. Pustaka Islam Surabaya

Rangkaian Pos: Suratu Nuh 71 ~ Tafsir al-Azhar

IV

قَالَ نُوْحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِيْ وَ اتَّبَعُوْا مَنْ لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَ وَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا. وَ مَكَرُوْا مَكْرًا كُبَّارًا. وَ قَالُوْا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا. وَ قَدْ أَضَلُّوْا كَثِيْرًا وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا ضَلَالًا. مِمَّا خَطِيْئَاتِهِمْ أُغْرِقُوْا فَأُدْخِلُوْا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللهِ أَنْصَارًا.

71: 21. Berkata Nūḥ: “Ya Tuhanku! Sesungguhnya mereka telah mendurhakai aku, dan mereka ikut orang-orang yang tidak akan menambah baginya pada harta dan anak-anaknya kecuali kerugian juga.

71: 22. Dan mereka telah menipu dengan sebesar-besar tipu-daya.”

71: 23. Dan mereka berkata: “Sekali-kali jangan kamu biarkan tuhan-tuhan kamu dan sekali-kali jangan kamu biarkan wadd, dan tidak pula suwā‘, dan tidak pula yaghūts, ya‘ūq dan nasr”.

71: 24. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan banyak sekali; dan tidak menambah bagi orang-orang yang aniaya itu selain kesesatan.

71: 25. Sesungguhnya dari sebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka pun ditenggelamkan, lalu dimasukkan mereka ke dalam neraka, maka tidaklah mereka dapati untuk mereka selain Allah, akan jadi penolong.

 

***

Kemudian dikisahkan lagi betapa keluhan Nūḥ kepada Tuhan; “Berkata Nūḥ: “Ya Tuhanku! Sesungguhnya mereka telah mendurhakai aku”. (Pangkal ayat 21). Artinya bahwa seruan yang dibawa oleh Nabi Nūḥ tidaklah mereka acuhkan, bahkan mereka tantang terang-terangan. “dan mereka ikut orang-orang yang tidak akan menambah baginya pada harta dan anak-anaknya kecuali kerugian juga.” (Ujung ayat 21). Dalam ayat ini terang terbayang bahwa bagi manusia yang mendurhaka, mengikut Nabi merasa berat dan mengikut orang yang dapat memenuhi keinginan hawa-nafsunya mereka suka sekali. Padahal dengan mengikut orang yang demikian bukanlah keuntungan yang akan mereka dapati, melainkan kerugian juga. Harta benda akan licin tandas, habis musnah karena memperturutkan rayuan syaithan, misalnya berjudi dan bertaruh. Anak-anak akan kucar-kacir tidak berketentuan kalau harta benda telah musnah karena akal telah kabur karena pengaruh minuman keras. Orang yang mengajak mendurhakai Tuhan itu hanya pandai menyesatkan. Kalau sudah tersesat barulah teringat kembali kebenaran seruan Nabi.

Dan mereka pun telah menipu dengan sebesar-besar tipu-daya.”. (Ayat 22). Artinya bahwa syaithan-syaithan penipu yang menyesatkan mereka itu dari kebenaran, baik syaithan halus atau syaithan kasar, yaitu manusia yang menjalankan lakon syaithan, mereka itulah yang selalu membujuk, menipu, merayu membawa orang yang tidak mau mengikuti jalan Nabi itu, supaya mereka tinggalkan jalan yang benar dan tempuh jalan yang sesat.

Dan mereka berkata: ”. (Pangkal ayat 23). Yaitu orang-orang yang mengajak kepada jalan yang sesat itu dalam tipuan dan hasutannya kepada orang yang goyah pendirian itu; “Sekali-kali jangan kamu biarkan tuhan-tuhan kamu”, atau dewa-dewa pujaan kamu, berhala yang kamu jadikan tempat memohon sesuatu yang kamu hajati; “Sekali-kali jangan kamu biarkan Waddan, dan tidak pula suwā‘an, dan tidak pula yaghūts, ya‘ūq dan nasr”. (Ujung ayat 23). Waddan, Suwā‘an, ya‘ūq ,yaghūts, dan nasr adalah nama dari lima buah berhala yang dijadikan persembahan oleh kaum Nabi Nūḥ itu. Syaithan halus dan syaithan kasar itu menghasut kepada mereka supaya kelima berhala pujaan itu jangan dibiarkan dikeritik orang atau hendak diruntuh orang. Bahkan wajib dipertahankan. Menurut suatu riwayat dari Imām Bukhārī, kelima berhala pusaka kaum Nūḥ yang tersesat ini kemudiannya jadi waris turun-temurun pula bagi bangsa ‘Arab yang jauh datang kemudian; Berhala Waddan dipuja oleh Bani Ghuthaif di Jarf dekat Saba’, Ya‘ūq pujaan Bani Ḥamdān dan Nasr pujaan Himyar. Semuanya itu pada mulanya adalah nama-nama dari orang-orang shalih dari Kaum Nabi Nūḥ. Mula-mulanya diperingati dan dihormati karena terkenang akan jasa beliau-beliau semasa hidup. Tetapi setelah beliau-beliau meninggal, ilmu agama telah mulai kabur, maka mulailah orang menyembah kepada berhala itu sendiri, bukan lagi memperingati jasa.

Dalam riwayat lain yang diterima dari Ibnu ‘Asākir, berhala yang lima ini pada mulanya adalah nama dari lima orang anak laki-laki Ādam. Katanya Nabi Ādam itu beranak, banyak anaknya 40 orang, laki-laki 20 orang dan perempuan 20 orang pula. Di antaranya tersebut Hābīl dan Qābīl. Beliau kawinkan anak-anak itu dari yang atas kepada yang bawah, bukan adik-beradik yang sama lahir. Di antara anak beliau yang akan mengalirkan darah nubuwwat ialah Syīts. Kelima anak Nabi Ādam itu orang baik-baik, orang taat dan banyak dikenangkan orang jasanya. Di masa hidupnya mereka dipuji orang karena kebaikannya, tetapi setelah mereka meninggal dunia para pengikut mereka masih terkenang akan jasa mereka semasa hidup, lalu dipuja dan dipuji. Tetapi lama-lama pujian jadi pujaan, mengingat jasa bertukar jadi menyembah. “Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan banyak sekali”. Artinya banyak orang yang agamanya dangkal atau tidak mengetahui inti sari agama telah tersesat karena berhala-berhala itu lalu mereka berbondong-bondong menyembah berhala yang bukan menjadikan mereka, melainkan merekalah yang menyembah kepada barang-barang yang mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri; “Dan tidak akan menambah bagi orang-orang yang aniaya itu selain kesesatan” (Ujung ayat 24).

Artinya bertambah lama bertambah jauhlah mereka terpesona daripada ajaran yang benar, sudah sukar diharap untuk sembuh kembali.

Sesungguhnya dari sebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka pun ditenggelamkan”. (Pangkal ayat 25). Artinya bahwa kesalahan itu sudah terlalu banyak. Ibarat bergantung, sudahlah penuh. Maka jika datang hukuman Tuhan sudah wajar. Merekapun ditenggelamkan di dalam banjir besar yang telah meliputi bumi, sehingga puncak-puncak gunung yang tinggipun tidak kelihatan lagi, dari sangat naiknya air bah itu. “lalu dimasukkan mereka ke dalam neraka,” sehingga lanjutan daripada hukum dunia yang terakhir dakan dimasukkanlah mereka ke dalam neraka pada waktu yang telah ditentukan Tuhan. “Maka tidaklah mereka dapati untuk mereka selain Allah, akan jadi penolong”. (Ujung ayat 25). Dan Allah tidaklah akan menolong mereka di hari itu, karena adzab ini sudah diperingatkan dari jauh-jauh hari, ketika mereka masih hidup di dunia oleh lidah rasūl-rasūl Tuhan.

Dan akan demikian jugalah jadinya tiap-tiap kedurhakaan manusia di dunia; tidaklah manusia yang bersalah langsung diadzab saja di akhirat, sebelum peringatan diberikan terlebih dahulu semasa di dunia ini.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *