Hati Senang

Suratu ‘Abasa 80 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Cover Buku Tafsir Hidayat-ul-Insan oleh Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsīru Hidāyat-il-Insān Judul Asli: (هداية الإنسان بتفسير القران) Disusun oleh: Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa Dari Situs: www.tafsir.web.id

Suratu ‘Abasa (Bermuka Masam)
Surah ke-80. 42 ayat. Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-16: Kisah seorang sahabat yang buta yang datang kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk mengenal agama dan teguran kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam karena berpaling darinya.

 

عَبَسَ و َتَوَلَّى. أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى. وَ مَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى. أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى. أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى. فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى. وَ مَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى. وَ أَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى. وَ هُوَ يَخْشَى. فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى. كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ. فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ. فِيْ صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ. مَّرْفُوْعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ. بِأَيْدِيْ سَفَرَةٍ. كِرَامٍ بَرَرَةٍ.

  1. (28801) Dia (Muḥammad) berwajah masam dan berpaling,
  2. karena seorang buta telah datang kepadanya. (28812)
  3. (28823) Dan tahukah engkau (Muḥammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya, (28834)
  4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya (28845)?
  5. adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, (28856)
  6. maka engkau (Muḥammad) memberi perhatian kepadanya.
  7. Padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman).
  8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
  9. sedang dia takut (kepada Allah),
  10. engkau (Muḥammad) malah mengabaikannya.
  11. Sekali-kali jangan (begitu) (28867)! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan, (28878)
  12. maka barang siapa menghendaki, tentulah dia akan memerhatikannya, (28889)
  13. (288910) di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah), (289011)
  14. yang ditinggikan (289112) dan disucikan, (289213)
  15. di tangan para utusan (malaikat), (289314)
  16. yang mulia lagi berbakti. (289415)

 

Ayat 17-23: Peringatan Allah kepada manusia yang tidak tahu hakikat dirinya, dan bagaimana dia sampai ingkar kepada Tuhannya padahal nikmat-nikmat terus turun melimpah kepadanya.

 

قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ. مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ. مِنْ نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ. ثُمَّ السَّبِيْلَ يَسَّرَهُ. ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ. ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ. كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ.

  1. Celakalah manusia (289516)! Alangkah kufurnya dia (289617)!
  2. Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?
  3. Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya. (289718)
  4. Kemudian jalannya Dia mudahkan, (289819)
  5. kemudian Dia mematikannya lalu menguburkannya, (289920)
  6. kemudian jika Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. (290021)
  7. Sekali-kali jangan begitu! Dia (manusia) itu belum melaksanakan apa yang Dia (Allah) perintahkan kepadanya.

 

Ayat 24-32: Bukti-bukti kekuasaan Allah subḥānahu wa ta‘ālā di alam semesta.

 

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ. أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا. ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا. فَأَنْبَتْنَا فِيْهَا حَبًّا. وَ عِنَبًا وَ قَضْبًا. وَ زَيْتُوْنًا وَ نَخْلًا. وَ حَدَائِقَ غُلْبًا. وَ فَاكِهَةً وَ أَبًّا. مَّتَاعًا لَّكُمْ وَ لِأَنْعَامِكُمْ.

  1. (290122) Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya,
  2. Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit),
  3. kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
  4. lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian,
  5. dan anggur dan sayur-sayuran,
  6. dan zaitun dan pohon kurma, (290223)
  7. dan kebun-kebun (yang) rindang,
  8. dan buah-buahan (290324) serta rerumputan, (290425)
  9. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu. (290526)

 

Ayat 33-42: Kedahsyatan hari Kiamat, keadaan kaum mu’min dan kaum kafir pada hari itu.

 

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ. يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيْهِ. وَ أُمِّهِ وَ أَبِيْهِ. وَ صَاحِبَتِهِ وَ بَنِيْهِ. لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيْهِ. وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ. ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ. وَ وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ. تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ. أُولئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ

  1. Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
  2. pada hari itu manusia lari dari saudaranya,
  3. dan dari ibu dan bapaknya,
  4. dan dari istri dan anak-anaknya.
  5. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkan. (290627)
  6. Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri,
  7. tertawa dan gembira ria,
  8. dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram),
  9. tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusahan). (290728)
  10. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka. (290829)

Selesai tafsir surah ‘Abasa dengan pertolongan Allah, kemudahan-Nya dan taufīq-Nya, wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Catatan:

  1. 2880). Tirmidzī meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada ‘Ā’isyah radhiyallāhu ‘anhā ia berkata: “Turun ayat ‘Abasa wa tawallā berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktūm seorang yang buta, ia datang kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan berkata: “Wahai Rasūlullāh, bimbinglah aku.” Ketika itu di dekat Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam ada salah seorang pembesar kaum musyrikīn, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam berpaling darinya dan menghadap kepada yang lain (orang musyrik) sambil berkata: “Apakah menurutmu apa yang aku ucapkan salah?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Karena inilah (ayat tersebut) turun.” (Hadits ini di-shaḥīḥ-kan oleh Syaikh al-Albānī dalam Shaḥīḥ at-Tirmidzī (3331) dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shaḥīḥ-ul-Musnad Min Asbābin Nuzūl hal. 264-265)
  2. 2881). Orang buta itu bernama ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm. Dia datang kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam meminta diberitahukan tentang ajaran Islam; lalu Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bermuka masam dan berpaling darinya, karena Beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan harapan agar pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagai teguran kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  3. 2882). Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan faedah memperhatikan orang itu.
  4. 2883). Dari dosa atau dari akhlāq yang tercela.
  5. 2884). Dengan meng‘amalkannya. Ayat ini menunjukkan bahwa sepatutnya seorang ‘ālim memberikan perhatian lebih kepada penuntut ‘ilmu yang butuh yang memang lebih semangat daripada yang lain. Dari ayat ini diambil sebuah kaedah, yaitu:

    لا يترك أَمر معلوم لأَمرٍ موهومٍ، و لا مصلَحة متحقِّقَة لمصلَحة متوهمة

    Perkara yang jelas tidaklah ditinggalkan karena perkara yang belum jelas, dan maslahat yang memang terwujud tidaklah ditinggalkan karena maslahat yang masih dikira-kira.”

  6. 2885). Yaitu pembesar-pembesar Quraisy yang sedang dihadapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang diharapkannya dapat masuk Islam.
  7. 2886). Kata “Kallā” di ayat tersebut bisa diartikan “ḥaqqan” (Tentu atau pasti).
  8. 2887). Kepada semua makhlūq. Dengannya Allah subḥānahu wa ta‘ālā memperingatkan hamba-hambaNya, menerangkan apa yang mereka butuhkan serta menerangkan yang benar dari yang salah sehingga mereka tidak tersesat.
  9. 2888). Dan meng‘amalkannya.
  10. 2889). Maksudnya, surat atau nasihat ini ada di dalam kitab-kitab yang dimuliakan.
  11. 2890). Yaitu Lauḥ Maḥfūzh atau kitab-kitab para nabi.
  12. 2891). Kedudukannya.
  13. 2892). Dari disentuh oleh syaithan.
  14. 2893). Yang menjadi perantara antara Allah dengan hamba-hambaNya. Ada yang menafsirkan safarah dengan malaikat para penulis.
  15. 2894) Ya‘ni taat kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Bararah juga bisa diartikan baiknya hati dan ‘amal mereka. Semua ini merupakan bentuk penjagaan Allah terhadap kitāb-Nya, yaitu dengan mengutus para malaikat yang mulia dan kuat kepada para rasūl, dan tidak memberikan kesempatan bagi syaithan untuk menyentuh atau mencurinya. Kitāb ini jelas mengharuskan untuk diimani dan diterima, akan tetapi manusia tidak menghendaki selain tetap bersikap kufur. Oleh karena itu, pada ayat selanjutnya Dia berfirman: Celakalah manusia! Alangkah kufurnya dia!
  16. 2895). Ya‘ni orang-orang kafir.
  17. 2896). Kepada nikmat Allah, dan alangkah kerasnya penentangannya kepada kebenaran setelah jelas, padahal siapakah dia? Dia hanyalah makhlūq yang diciptakan dari sesuatu yang paling lemah; dari air yang hina lalu Allah menentukan fase-fase kejadiannya dan menyempurnakannya.
  18. 2897). Yang dimaksud dengan menentukannya ialah menentukan fase-fase kejadiannya (dari mani menjadi segumpal darah lalu menjadi segumpal daging dst.), umurnya, rezekinya, dan nasibnya.
  19. 2898). Memudahkan jalan maksudnya memudahkan kelahirannya atau memberi persediaan kepadanya untuk menjalani jalan yang benar atau jalan yang sesat.
  20. 2899). Allah subḥānahu wa ta‘ālā memuliakannya dengan menguburkannya dan tidak menjadikannya seperti makhlūq yang lain yang jasadnya tidak dikubur.
  21. 2900). Ya‘ni membangkitkannya setelah mati untuk diberikan balasan. Allah subḥānahu wa ta‘ālā Dialah yang sendiri mengatur manusia dengan pengaturan-pengaturan ini, namun manusia belum melaksanakan perintah Allah dan apa yang diwajibkan-Nya, bahkan selalu meremehkan sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.
  22. 2901). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengarahkan manusia agar memperhatikan dan memikirkan makanannya, dan bagaimana makanan itu sampai kepadanya setelah melalui banyak tahapan karena kemudahan-Nya.
  23. 2902). Disebutkan secara lebih khusus nama-nama tanaman itu karena banyak faedah dan manfaatnya.
  24. 2903). Untuk dimakan dengan nikmat oleh manusia.
  25. 2904). Untuk dimakan hewan ternak mereka.
  26. 2905). Allah subḥānahu wa ta‘ālā menciptakan semua itu dan menundukkannya untukmu. Oleh karena itu, hendaknya kamu bersyukur kepada Allah, membenarkan berita-berita yang disampaikan-Nya serta rela mengorbankan pikiran dan tenagamu untuk menjalankan perintah-perintahNya.
  27. 2906). Yaitu keselamatan dirinya. Ketika itu, manusia terbagi menjadi dua golongan; golongan yang berbahagia dan golongan yang sengsara. Golongan yang berbahagia wajah mereka berseri-seri, sedangkan golongan yang sengsara, wajah mereka tertutup debu dan kegelapan.
  28. 2907). Mereka ini telah berputus asa dari semua kebaikan dan dikenali kesengsaraannya.
  29. 2908). Yaitu mereka yang kafir kepada nikmat Allah, mendustakan ayat-ayatNya dan berani mengerjakan larangan-laranganNya.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.