Surah an-Nas 114 ~ Tafsir Nur-ul-Qur’an

TAFSIR NUR-UL-QUR’AN
(Diterjemahkan dari: Nur-ul-Qur’an: An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur’an).
Oleh: Allamah Kamal Faqih Imani
Penerjemah Inggris: Sayyid Abbas Shadr Amili
Penerjemah Indonesia: Rahadian M.S.
Penerbit: Penerbit al-Huda

Dengan Nama Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang

Surah an-Nās (Manusia)

(Surah ke-114: 6 Ayat)

 

Mukadimah

Manusia senantiasa diterpa oleh godaan-godaan jahat. Setan, baik dari golongan jin dan manusia, selalu berusaha menembus ke dalam hati manusia. Semakin tinggi standar ilmu dan tingkat kedudukan sosialnya, semakin kuat pula godaan setan mengganggunya guna memalingkan manusia dari jalan lurus. Sungguh, pekerjaan setan itu tak lain hanyalah menyesatkan manusia.

Surah an-Nās memerintahkan Nabi suci, Muhammad s.a.w., sebagai seorang pemimpin dan sosok teladan, untuk meminta perlindungan kepada Allah s.w.t. dari keburukan godaan apapun.

Kandungan ayat-ayat Surah an-Nās ini berkaitan dengan ayat-ayat surah al-Falaq. Pokok bahasannya merupakan pelengkap dari ayat-ayat surah yang mendahuluinya itu. Dalam kedua surah tersebut, al-Falaq dan an-Nās, manusia diminta untuk berlindung kepada Allah dengan menggunakan nama-Nya, rabb (Tuhan). Hanya saja, antara kedua surah ini memuat satu kandungan yang berbeda, yakni apabila dalam Surah al-Falaq disebutkan tentang berbagai jenis kejahatan eksternal, tapi dalam Surah an-Nās lebih menekankan pada perlindungan terhadap kejahatan internal, seperti terhadap kejahatan setan-setan yang tersembunyi.

Pendapat-pendapat mengenai Surah an-Nās terbelah dua, apakah surah ini termasuk dalam kelompok surah Makkiyyah ataukah Madaniyyah. Meskipun demikian, nada pernyataan surah ini tampaknya lebih sesuai dengan surah-surah Makkiyyah lainnya.

Salah satu bukti menguatkan yang memasukkan Surah an-Nās ke dalam kelompok surah Makkiyyah ialah adanya keterangan dari hadis-hadis Islam yang menyatakan bahwa ia diturunkan berbaringan dengan Surah al-Falaq. Sementara Surah al-Falaq, menurut pendapat banyak mufassir termasuk surah Makkiyyah. Dengan demikian, Surah an-Nās pun bisa dianggap juga sebagai surah Makkiyyah.

 

Keutamaan Mempelajari Surah Ini

Ada banyak hadis menerangkan tentang keutamaan mempelajari Surah an-Nās. Misalnya sebuah hadis yang menyebutkan, Nabi Muhammad s.a.w. pernah menderita sakit parah. Tak lama kemudian Jibril dan Mikail, dua malaikat yang dekat kepada Allah, datang kepadanya. Jibril a.s. duduk di dekat kepala Nabi s.a.w. dan Mikail duduk dekat kaki beliau. Jibril a.s. membacakan Surah al-Falaq dan dengannya menempatkan Nabi s.a.w. dalam perlindungan Allah s.w.t.; dan Mikail membacakan Surah an-Nās. (11)

Seperti disebutkan sebelumnya, sebuah hadis dari Imam Muhammad Baqir a.s. menyatakan: “Bagi siapa pun yang membaca Surah al-Falaq, an-Nās, dan al-Ikhlāsh, dalam shalat witr (22)-nya, maka akan dikatakan kepadanya: “Wahai hamba Allah berbahagialah, (karena) Allah menerima shalat witr-mu.” (33).

 

An-Nās (Manusia)

Surah ke-114: Ayat 1-6

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ

Dengan Nama Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang

114-1. Katakanlah: “Aku memohon perlindung kepada Tuhan manusia,

114-2. Raja manusia,

114-3. Tuhan manusia,

114-4. Dari kejahatan bisikan yang biasa bersembunyi,

114-5. Yang membisikkan ke dalam dada (hati) manusia.

114-6. (baik ia) dari golongan jin dan manusia.”

TAFSIR

Aku Berlindung kepada Tuhan Manusia

Surah an-Nās merupakan surah terakhir al-Qur’an. Dalam surah ini, Nabi Muhammad s.a.w. secara personal, sebagai sosok teladan dan pemimpin manusia, kembali diarahkan. Arahan itu berbunyi sebagai berikut: “Katakanlah: “Aku memohon perlindungan kepada Tuhan manusia, Raja manusia, Tuhan manusia,….”

Yang menarik dari tiga ayat ini ialah tercantumnya tiga sifat dari sifat-sifat agung Allah, yakni rubūbiyyah, mulkiyyah, dan ulūhiyyah. Tiga sifat ini mendapat penekanan, karena masing-masing sifat tersebut terkait secara langsung dengan pendidikan manusia dan penjagaan keselamatannya dari cengkeraman setan.

Tentu saja, tujuan “berlindung kepada Allah” di sini bukan berarti bahwa seseorang mengucapkan kalimat perlindungan tersebut sebatas lisan saja, melainkan ia harus menyempurnakannya dengan pikiran, iman, dan amal perbuatan. Ia harus menghindari dari jalur-jalur keburukan, program-program setani, pikiran-pikiran dan ucapan-ucapan keji, serta menghindar dari komunitas-komunitas dan pertemuan-pertemuan setani. Ia harus mengganti jalan setani dengan berusaha keras untuk terus-menerus menempuh jalan Ilahi. Apabila seseorang mengikuti jalan-jalan keburukan dan membiarkan dirinya jatuh ke dalam godaan-godaan setani tersebut, maka ia tidak bisa selamat dengan hanya membaca surah ini.

Dengan mengucapkan Pemelihara (Tuan) manusia (rabb an-nās), seseorang telah mengakui ketuhanan (rubūbiyyah) dan menempatkan dirinya sendiri di bawah bimbingan-Nya.

Sedangkan melalui ucapan Raja manusia (mālik-in-nās), ia mengakui dirinya sebagai objek-Nya dan hamba-Nya yang taat.

Dan terakhir, dengan mengatakan Tuhan manusia (ilāh-in-nās), ia berpegang teguh di jalan penyembahan kepada-Nya dan menghindari ibadah kepada selain-Nya. Tak syak lagi, orang yang benar-benar memperoleh karunia tiga kualitas ini dan sungguh-sungguh berpegang pada keimanan Ilahiah, maka akan selamat dari kejahatan para penggoda (setan).

Sesungguhnya, tiga sifat ini adalah tiga pelajaran penting dari perintah Tuhan dan merupakan tiga sarana penyelamat dari kejahatan godaan para perusak (setan).

Dari kejahatan bisikan yang biasa bersembunyi, Yang membisikkan ke dalam dada (hati) manusia. (baik ia) dari golongan jin dan manusia.

Istilah waswas mempunyai makna infinitif “menggoda” dan kadang-kadang ia digunakan, sebagaimana dalam ayat ini, dalam pengertian subjektif, yakni “penggoda”.

Istilah khannās diturunkan dari khunūs yang bermakna “mengumpulkan, tetap di belakang”. Di sini khannās berarti setan, karena ia menyembunyikan dirinya sendiri di balik nama Allah. Karena bersembunyi merupakan suatu tindakan di balik atau di belakang sesuatu, maka kata tersebut telah digunakan dalam arti “bersembunyi.”

Dengan demikian, pengertian ayat tersebut menjadi: “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Allah dari penggoda setani yang berlarian dan menyembunyikan dirinya sendiri dari nama Allah.”

Pada dasarnya, para penggoda setani bertindak secara sembunyi-sembunyi, dan kadang-kadang mereka menggoda dengan membisikkan ide-ide ke telinga kita sehingga kita percaya bahwa ide-ide tersebut merupakan hasil pemikiran kita sendiri. Ide dari hasil pemikiran semacam ini menyebabkan kita tersesat.

Metode setan adalah menghiasi dan mempertontonkan kezaliman dalam bentuk tampilan keadilan; dusta di dalam kulit kebenaran; dosa dalam kemiripan ibadah, dan penyimpangan dalam bentuk petunjuk. Pendek kata, mereka sendiri dan urusan-urusan mereka keduanya tersembunyi, dan ini merupakan satu peringatan kepada semua pengikut jalan kebenaran agar tidak berharap melihat setan-setan dalam wujud asli mereka mengingat aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan merupakan bentuk yang terkutuk. Mereka adalah “para pembisik yang menyusup” dan pekerjaan mereka adalah merencanakan, berdusta, mengganggu, munafik, melakukan makar dan tipu daya, mempermainkan kebenaran, dan menyembunyikan kebenaran.

Apabila mereka muncul di tempat kejadian dalam wujud asli mereka, dan tidak mencampurkan kesalahan dengan kebenaran, serta berbicara dengan jelas dan terus-terang, niscaya kebenaran akan tampak. Sebagaimana Imam ‘Ali a.s. berkata: “Apabila kebatilan murni dan tak bercampur dengan apa yang haqq, ia tidak akan tersembunyi dari orang-orang yang mencarinya…..” (44).

Para penyusup itu selalu mengambil bagian kebenaran dan kebatilan, lalu mencampurkan keduanya guna mengendalikan manusia. Amir-ul-Mu’minin ‘Ali a.s. melanjutkan khutbah di atas dengan mengatakan: “……dan setan mengambil keuntungan dari situasi ini dan memperoleh kesempatan penuh untuk mengendalikan para pengikutnya….” (55).

Kata-kata “yang membisikkan” dan “hati” yang digunakan dalam ayat “yang membisikkan ke dalam dada (hati) manusia” memperoleh penekanan dari gagasan yang disampaikan dalam khutbah di atas. Hal ini kalau kita lihat pada satu sisi.

Di sisi yang lain, frase “dari golongan jin dan manusia” memberitahukan kepada kita, bahwa “bisikan yang tersembunyi” tidak hanya dari sekolompok manusia atau golongan khusus manusia dengan suatu tanda tertentu saja, tapi mereka juga bisa ditemukan di mana-mana di antara golongan jin dan manusia dalam bentuk apapun dan di masyarakat manapun. Karena itu, kita harus waspada terhadap serangan mereka dan berlindung kepada Allah dari kejahatan semua.

 

PENJELASAN

Mengapa Kita Berlindung Kepada Allah?

Setiap saat mungkin saja orang tersebut, dan ketika Allah memerintahkan kepada rasul-Nya untuk berlindung kepada Tuhan dari kejahatan “bisikan yang tersembunyi”, merupakan satu bukti bahwa terjebak dalam perangkap para penggoda yang membisikkan kejahatan dalam pikiran (mind) manusia adalah mungkin. Karena itu, setiap orang perlu dan harus berlindung kepada Allah, dengan nama-Nya, rabb, yakni Tuhan manusia, Pemelihara dan Pemberi rezeki semua makhluk.

Dengan memohon melalui sifat mulia itu, manusia dapat mengharap suatu perlindungan khusus yang istimewa. Setiap orang harus berlindung kepada Allah yang menjadi Raja (Mālik) dan Pemilik (Rabb) mereka. Demikian pula, mereka meminta kekuasaan-Nya atas urusan-urusan mansuia, sebab Dialah Dzat yang mampu bertindak secara mandiri atas makhluk-Nya yang meminta perlindungan dengan sifat Ketuhanan.

Tuhan sebagai Sembahan (Ilāh) manusia ialah karena kekuasaan-Nya yang harus ditaati, setiap titah dan kehendak-Nya senantiasa harus dilaksanakan oleh manusia. Karena itu, terhadap kejahatan para pembisik ini, ada malaikat-malaikat yang diutus untuk membantu hamba-hamba Allah yang beriman dan para pencari kebenaran, sebagaimana disebutkan dalam Surah Fushshilat: 30: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah Allah”; dan berjalanlah di jalan yang benar, para malaikat turun kepada mereka (dari waktu ke waktu),….

Akan tetapi, bagaimanapun juga kita semestinya jangan pernah bangga dan merasa pongah bahwa kita tidak membutuhkan ajaran-ajaran, teguran-teguran, dan pertolongan Ilahi. Kenyataannya, kita harus senantiasa berlindung kepada-Nya, waspada, dan bersiap-siap.

 

DOA.

Ya Allah, lindungilah kami semua dari kejahatan setiap penggoda dan inspirasi gelap.

Ya Allah, perangkap itu amat dalam, musuh itu selalu mengawasi, rencana-rencananya begitu terselubung. Selamat dari godaan-godaan ini adalah mustahil, kecuali dengan kemurahan-Mu.

Catatan:


  1. 1). Nūr ats-Tsaqalain, jilid 5, hal. 7645, dan Majma‘-ul-Bayān, jilid 10, hal. 569. 
  2. 2). (Shalat) witr adalah (shalat) satu rakaat. (Dikerjakan setelah shalat tahajjud delapan rakaat, dan shalat syafa‘ dua rakaat – penj.) 
  3. 3). Nūr ats-Tsaqalain, jilid 5, hal. 7645, dan Majma‘-ul-Bayān, jilid 10, hal. 569. 
  4. 4). Nahj al-Balāghah, Khotbah ke-50, (versi bahasa Arab). 
  5. 5). Ibid.