Surah az-Zalzalah 99 ~ Tafsir Ibni Katsir (1/2)

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah az-Zalzalah 99 ~ Tafsir Ibni Katsir

Sūrat-uz-Zalzalah
(Keguncangan)

Madaniyyah, 8 ayat
Turun sesudah Sūrat-un-Nisā’

 

Imām Tirmidzī mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibnu Mūsā al-Juwainī al-Bashrī, telah menceritakan kepada kami al-Ḥasan ibnu Muslim al-Ajalī, telah menceritakan kepada kami Tsābit, Imām Aḥmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abū ‘Abd-ir-Raḥmān, telah menceritakan kepada kami Sa‘īd, telah menceritakan kepada kami ‘Iyāsy ibnu ‘Abbās, dari ‘Īsā ibnu Hilāl ash-Shadfī, dari ‘Abdullāh ibnu ‘Amr yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu bertanya: “Ya Rasulullah, ajarilah aku al-Qur’ān.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bacalah surat-surat yang dimulai dengan huruf rā’.”

Lelaki itu menjawab: “Usiaku telah lanjut, dan hatiku telah keras (pelupa), dan lisanku telah berat.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bacalah surat-surat yang diawali dengan Ḥā Mīm.” Lelaki itu mengatakan hal yang sama dengan ucapannya yang pertama. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bacalah surat-surat Musabbiḥāt.” Lelaki itu mengatakan hal yang sama, dan berkata: “Tetapi ajarilah aku surat yang global.” Maka Nabi s.a.w. mengajarkan kepadanya firman Allah s.w.t.:

إِذَا زُلْزِلَتِ الأَرْضُ زِلْزَالَهَا

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat). (Az-Zalzalah: 1).

Hingga manakala Rasulullah s.a.w. selesai dari sūrat-uz-Zalzalah, maka lelaki itu berkata: “Demi Allah, yang telah mengutus engkau dengan hak sebagai seorang nabi, aku tidak akan melebihkan darinya selama-lamanya.” Kemudian lelaki itu berpaling dan pergi. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda: “Beruntunglah lelaki kecil itu, beruntunglah lelaki kecil itu.”

Lalu Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar lelaki itu dipanggil menghadapnya. Dan lelaki itu datang, maka beliau s.a.w. bersabda kepadanya: “Aku diperintahkan untuk melakukan kurban, semoga Allah menjadikannya sebagai hari raya umat ini.”

Lelaki itu bertanya: “Bagaimanakah menurut pendapatmu jika aku tidak menjumpai selain dari kambing betina, lalu aku menyembelihnya sebagai kurban?” Rasulullah s.a.w. menjawab:

لاَ وَ لكِنَّكَ تَأْخُذُ مِنْ شَعْرِكَ وَ تَقْلُمُ أَظْفَارَكَ وَ تَقُصُّ شَارِبَكَ وَ تَخْلُقُ عَانَتَكَ فَذَاكَ تَمَامُ أُضْحِيَتِكَ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ

Jangan, tetapi engkau potong sebagian rambutmu, dan kamu potong kukumu, dan kamu cukur kumismu, dan kamu cukur bulu kemaluanmu. Maka itulah kesempurnaan kurbanmu di sisi Allah.

Imām Abū Dāūd dan Imām Nasā’i telah mengetengahkannya melalui hadis Abū ‘Abd-ir-Raḥmān al-Muqrī dengan sanad yang sama.

Imām Tirmidzī mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibnu Mūsā al-Juwainī al-Bashrī, telah menceritakan kepada kami al-Ḥasan ibnu Muslim ibnu Shāliḥ al-Ajalī, telah menceritakan kepada kami Tsābit al-Bannānī, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

مَنْ قَرَأَ إِذَا زُلْزِلَتْ عَدَلَتْ لَهُ بِنِصْفِ الْقُرْآنِ

Barang siapa membaca az-Zalzalah, maka disamakan baginya (pahala membaca) separuh Al-Qur’an.

Kemudian Imām Tirmidzī mengatakan bahwa hadis ini gharīb, kami tidak mengenalnya melainkan melalui hadis al-Ḥasan ibnu Muslim.

Al-Bazzār telah meriwayatkannya dari Muḥammad ibnu Mūsā al-Juwainī, dari al-Ḥasan ibnu Muslim, dari Tsābit, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ، وَ إِذَا زُلْزِلَتْ تَعْدِلُ رُبُعَ الْقُرْآنِ

Qul Huwallāhu Aḥad (Al-Ikhlāsh) sebanding dengan sepertiga Al-Qur’ān, dan Idzā Zulzilat sebanding dengan seperempat Al-Qur’ān.

Demikianlah menurut teks hadis yang diriwayatkan oleh al-Bazzār. Imām Tirmidzī mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ‘Alī ibnu Ḥajar, telah menceritakan kepada kami Yazīd ibnu Hārūn, telah menceritakan kepada kami Yaman ibn-ul-Mughīrah al-Anazī, telah menceritakan kepada kami ‘Athā’, dari Ibnu ‘Abbās yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

إِذَا زُلْزِلَتْ تَعْدِلُ نِصْفَ الْقُرْآنِ، وَ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ، وَ قُلْ يَا أيُّهَا الْكَافِرُوْنَ تَعْدِلُ رُبُعُ الْقُرْآنِ

Idzā Zulzilat sebanding dengan separuh Al-Qur’ān, Qul Huwallāhu Aḥad (Al-Ikhlāsh) sebanding dengan sepertiga Al-Qur’ān, dan Qul Yā Ayyuh-al-Kāfirūn sebanding dengan seperempat Al-Qur’ān.

Kemudian Imām Tirmidzī mengatakan bahwa hadis ini gharīb, kami tidak mengenalnya kecuali melalui hadis Yaman ibn-ul-Mughīrah. Imām Tirmidzī mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami ‘Uqbah ibnu Makram al-Bashrī yang tuna netra, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abī Fudaik, telah menceritakan kepadaku Salamah ibnu Wardan, dari Anas ibnu Mālik, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda kepada seorang lelaki dari kalangan sahabatnya: “Mengapa engkau tidak kawin, hai Fulan?” Lelaki itu menjawab: “Tidak, ya Rasulullah, karena aku tidak mempunyai biaya untuknya.” Rasulullah s.a.w. bertanya: “Bukankah engkau hafal Qul Huwallāhu Aḥad?” Lelaki itu menjawab: “Benar”. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sepertiga al-Qur’an.”

Rasulullah s.a.w. bertanya lagi: “Bukankah engkau hafal Idzā Jā’a Nashrullāhi wal-Fatḥu?” Lelaki itu menjawab: “Benar”. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seperempat al-Qur’an.”

Rasulullah s.a.w. bertanya lagi: “Bukankah engkau hafal Qul Yā Ayyuh-al-Kāfirūn?” Lelaki itu menjawab: “Benar”. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seperempat al-Qur’an”.

Rasulullah s.a.w. bertanya lagi: “Bukankah engkau hafal Idzā Zulzilat-il-Ardhu?” Lelaki itu menjawab: “Benar”. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seperempat al-Qur’an.” Maka Rasulullah s.a.w. bersabda lagi: “Kawinlah kamu (dengan maskawin al-Qur’an yang kamu hafal itu.”

Kemudian Imām Tirmidzī mengatakan bahwa hadis ini ḥasan; Imām Tirmidzī meriwayatkan ketiganya secara munfarid, dan tiada seorang pun dari para pemilik kitab hadis yang meriwayatkannya selain dia sendiri.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Az-Zalzalah, ayat 1-8

إِذَا زُلْزِلَتِ الأَرْضُ زِلْزَالَهَا، وَ أَخْرَجَتِ الأَرْضُ أَثْقَالَهَا، وَ قَالَ الإِنْسَانُ مَا لَهَا، يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا، بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا، يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ، فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَ مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?” Pada hari ini bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula.

Ibnu ‘Abbās mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

إِذَا زُلْزِلَتِ الأَرْضُ زِلْزَالَهَا

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat). (Az-Zalzalah: 1).

Yakni bergerak dan bergetar dari bagian bawahnya hingga menimbulkan gempa yang dahsyat.

وَ أَخْرَجَتِ الأَرْضُ أَثْقَالَهَا

dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya. (Az-Zalzalah: 2).

Yaitu mengeluarkan orang-orang mati dari dalam perutnya, menurut sebagian ulama Salaf yang bukan hanya seorang, dan ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

يَا أَيَّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ، إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ.

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Al-Ḥajj: 1)

Sama pula dengan firman-Nya:

وَ إِذَا الأَرْضُ مُدَّتْ، وَ أَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَ تَخَلَّتْ

Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong. (Al-Insyiqāq: 3-4).

Imām Muslim di dalam kitab shaḥīḥ-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Wāshil ibnu ‘Abd-ul-A‘lā, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibnu Fudhail, dari ayahnya, dari Abū Ḥāzim, dari Abū Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

تُلْقِي الأَرْضُ أَفْلاَذَ كَبِدِهَا أَمْثَالَ الأُسْطُوَانِ مِنَ الذَّهَبِ وَ الْفِضَّةِ، فَيَجِيْءُ الْقَاتِلُ فَيَقُوْلُ فِيْ هذَا قَتَلْتُ، وَ يَجِيْءُ الْقَاطِعُ فَيَقُوْلُ فِيْ هذَا قَطَعْتُ رَحْمِيْ وَ يَجِيْءُ السَّارِقُ فَيَقُوْلُ فِيْ هذَا قَطَعْتُ يَدِيْ ثُمَّ يَدَعُوْنَهُ فَلاَ يَأْخُذُوْنَ مِنْهُ شَيْئًا.

Bumi mengeluarkan semua isi perutnya seperti piring-piring emas dan perak. Maka datanglah pembunuh, lalu ia mengatakan: “Karena inilah aku membunuh.” Dan datanglah orang yang memutuskan persaudaraan, lalu ia berkata: “Karena inilah aku memutuskan hubungan persaudaraan.” Dan datanglah pencuri, lalu berkata: “Karena inilah tanganku terpotong.” Kemudian mereka membiarkannya dan tidak mengambil sesuatu pun darinya.

Firman Allah s.w.t.:

وَ قَالَ الإِنْسَانُ مَا لَهَا

dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?” (Az-Zalzalah: 3)

Yakni merasa heran dengan keadaannya, pada hal sebelumnya bumi tenang, kokoh, serta menetap, dan manusia diam dengan tenang di atas permukaannya. Dengan kata lain, keadaan bumi menjadi sebaliknya, saat itu bumi bergerak-gerak dan mengalami gempa yang dahsyat. Bumi telah kedatangan perintah Allah s.w.t. yang memerintahkan kepadanya untuk berguncang dengan hebatnya, yaitu gempa yang dahsyat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kemudian bumi mengeluarkan semua orang mati yang terkandung di dalam perutnya dari kalangan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang perkemudian. Saat itulah manusia merasa heran dengan keadaan bumi, karena bumi telah diganti dengan bumi yang lain, begitu pula langitnya; lalu mereka digiring untuk menghadap kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Menang.

Firman Allah s.w.t.:

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا

Pada hari ini bumi menceritakan beritanya. (Az-Zalzalah: 4)

Yaitu menceritakan tentang semua apa yang telah diperbuat oleh orang-orang yang menghuni permukaannya. Imām Aḥmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibn-ul-Mubārak, dan Imām Tirmidzī mengatakan juga ‘Abd-ur-Raḥmān an-Nasā’i, sedangkan lafaz hadis berikut menurut apa yang ada padanya, bahwa telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Nashr, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullāh ibn-ul-Mubārak, dari Sa‘īd ibnu Abū Ayyūb, dari Yaḥyā ibnu Abī Sulaimān, dari Sa‘īd al-Maqbarī, dari Abū Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. membaca firman-Nya:

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا

Pada hari ini bumi menceritakan beritanya. (Az-Zalzalah: 4)

Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tahukah kamu apakah yang dimaksud dengan beritanya?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah s.a.w. bersabda:

فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ وَ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا أَنْ تَقُوْلَ عَمِلَ كَذَا وَ كَذَا يَوْمَ كَذَا وَ كَذَا فَهذِهِ أَخْبَارُهَا.

Sesungguhnya berita bumi ialah bila ia mengemukakan persaksian terhadap setiap hamba laki-laki dan perempuan tentang apa yang telah dikerjakannya di atas permukaannya. Bumi mengatakan bahwa Fulan telah mengerjakan anu dan anu di hari anu. Demikianlah yang dimaksud dengan beritanya.

Kemudian Imām Tirmidzī mengatakan bahwa hadis ini ḥasan, shaḥīḥ, gharīb.

Di dalam kitab Mu‘jam Imām Thabrānī disebutkan melalui hadis Ibnu Lāhi’ah, bahwa telah menceritakan kepadaku al-Ḥārits ibnu Yazīd yang telah mendengar Rabī‘ah al-Hadasī yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

تَحَفَّظُوْا مِنَ الأَرْضِ فَإِنَّهَا أُمَّكُمْ وَ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ عَامِلٍ عَلَيْهَا خَيْرًا أَوْ شَرًّا إِلاَّ وَ هِيَ مُخْبِرَةٌ.

Hati-hatilah kalian terhadap bumi, karena sesungguhnya bumi adalah ibu kalian, dan sesungguhnya tiada seorang manusia pun yang melakukan suatu perbuatan di atasnya, apakah amal baik atau amal jahat, melainkan ia pasti akan menceritakannya.

Firman Allah s.w.t.:

بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا

karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. (Az-Zalzalah: 5)

Imām Bukhārī mengatakan bahwa lafaz ini sesinonim dengan auha ilaiha dan waḥā lahā atau waḥā ilaihā. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu ‘Abbās, bahwa auḥā lahā sama dengan auḥā ilaihā. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa ini mengandung makna adzina lahā, yakni Tuhan telah memerintahkan atau mengizinkan kepadanya (untuk demikian).

Syabīb ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbās sehubungan dengan makna firman-Nya.

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا

Pada hari ini bumi menceritakan beritanya. (Az-Zalzalah: 4)

Yakni Tuhannya telah berfirman kepadanya: “Berbicaralah kamu”, maka ketika itu juga bumi dapat berbicara. Mujahid mengatakan, makna auḥā lahā ialah memerintahkan kepadanya. Al-Qurazī mengatakan bahwa Allah s.w.t. telah memerintahkan kepada bumi untuk terlebih mengeluarkan mereka.

Firman Allah s.w.t.:

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا

Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam. (Az-Zalzalah: 6)

Mereka kembali dari mauqif ḥisāb (tempat penghisaban) dalam keadaan bercerai-berai dan bermacam-macam, ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Para malaikat diperintahkan untuk membawa mereka yang berbahagia ke dalam surga, dan membawa mereka yang celaka ke dalam neraka. Menurut Ibnu Juraij, mereka bercerai-berai terpisah-pisah dan tidak dapat berkumpul sama sekali. As-Saddī mengatakan bahwa makna asytātan ialah bergolong-golongan.

Firman Allah s.w.t.:

لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ

supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. (Az-Zalzalah: 6)

Yaitu agar mereka mengetahui dan mendapat balasan dari apa yang telah mereka perbuat di dunia, yang baiknya dan yang buruknya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَ مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula. (Az-Zalzalah: 7-8)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *