Hati Senang

Surah at-Takwir 81 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Cover Buku Tafsir Hidayat-ul-Insan oleh Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsīru Hidāyat-il-Insān Judul Asli: (هداية الإنسان بتفسير القران) Disusun oleh: Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa Dari Situs: www.tafsir.web.id

Surah at-Takwīr (Menggulung)
Surah ke-81. 29 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-14: Terjadinya Kiamat dan peristiwa-peristiwa dahsyat ketika itu.

 

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ. وَ إِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْ. وَ إِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ. وَ إِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ. وَ إِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْ. وَ إِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ. وَ إِذَا النُّفُوْسُ زُوِّجَتْ. وَ إِذَا الْمَوْؤُوْدَةُ سُئِلَتْ. بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ. وَ إِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ. وَ إِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ. وَ إِذَا الْجَحِيْمُ سُعِّرَتْ. وَ إِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ. عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا أَحْضَرَتْ.

  1. (2909[efn_note]2909). Maksud ayat ini dan setelahnya adalah, apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang menegangkan ini, yaitu pada hari Kiamat, maka manusia akan terbedakan, masing-masing mengetahui ‘amal yang telah dilakukannya selama di dunia, baik atau buruk.[/efn_note]) Apabila matahari digulung, (2910[efn_note]2910). Yakni digabung dan dilipat serta diredupkan cahayanya. Demikian pula bulan, ia akan diredupkan cahayanya, kemudian keduanya (matahari dan bulan) dijatuhkan ke dalam neraka.[/efn_note])
  2. dan apabila bintang-bintang berjatuhan, (2911[efn_note]2911). Ke bumi.[/efn_note])
  3. dan apabila gunung-gunung dihancurkan,
  4. dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (2912[efn_note]2912). Yang merupakan harta paling berharga milik orang ‘Arab ketika itu. Demikian pula harta lainnya yang paling mereka sukai akan mereka tinggalkan ketika terjadi hari Kiamat.[/efn_note]) (tidak terurus),
  5. dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, (2913[efn_note]2913). Ya‘ni dikumpulkan setelah mereka dibangkitkan untuk melakukan qishas satu sama lain, kemudian mereka menjadi tanah. Hal ini untuk memperlihatkan kepada manusia keadilan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.[/efn_note])
  6. dan apabila lautan dipanaskan, (2914[efn_note]2914). Ya‘ni dinyalakan, sehingga menjadi api yang besar yang menyala-nyala.[/efn_note])
  7. dan apabila rūḥ-rūḥ dipertemukan (dengan tubuh), (2915[efn_note]2915). Menurut Syaikh as-Sa‘dī adalah dengan disatukan orang yang sama ‘amalnya, sehingga disatukan orang yang baik dengan orang yang baik, orang yang buruk dengan orang yang buruk. Demikian pula disatukan kaum mu’min dengan bidadari, dan orang-orang kafir dengan para syaithan.[/efn_note])
  8. dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup (2916[efn_note]2916). Karena merasa malu mempunyai anak perempuan atau karena takut miskin.[/efn_note]) ditanya,
  9. karena dosa apa dia dibunuh? (2917[efn_note]2917). Sudah menjadi maklum, bahwa bayi-bayi itu tidak punya dosa. Dalam ayat ini terdapat celaan keras kepada orang yang menguburnya hidup-hidup.[/efn_note])
  10. Dan apabila lembaran-lembaran (catatan ‘amal) telah dibuka lebar-lebar, (2918[efn_note]2918). Dan dibagikan kepada para pelakunya, maka di antara mereka ada yang mengambil dengan tangan kanannya, ada pula yang mengambil dengan tangan kirinya atau dari belakang punggungnya.[/efn_note])
  11. dan apabila langit dilenyapkan, (2919[efn_note]2919). Ya‘ni disingkirkan atau ditarik dari tempatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah ta‘ālā: “Dan (ingatlah) hari (ketika) langit terbelah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang.” (Terj. al-Furqān: 25)(Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas.” (al-Anbiyā’: 104)Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Terj. az-Zumar: 67)[/efn_note])
  12. dan apabila neraka Jaḥīm dinyalakan,
  13. dan apabila surga didekatkan, (2920[efn_note]2920). Kepada orang-orang yang akan memasukinya, yaitu orang-orang yang bertaqwā.[/efn_note])
  14. setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya. (2921[efn_note]2921). Baik atau buruk.[/efn_note])

Peristiwa-peristiwa pada hari Kiamat yang Allah subḥānahu wa ta‘ālā sebutkan ini termasuk peristiwa yang mencemaskan hati, menegangkannya, dan membuat anggota badan merinding ketakutan. Demikian juga mendorong orang-orang yang berakal untuk mempersiapkan diri menghadapi hari itu serta mencegah mereka dari melakukan sesuatu yang mendatangkan celaan. Oleh karena itulah, sebagian kaum salaf berkata: “Barang siapa yang ingin memperhatikan hari Kiamat seakan-akan ia melihatnya secara langsung, maka tadabburilah surah Idza-sy-syamsu kuwwirat.

Ayat 15-25: Hakikat wahyu, sifat Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan sikap kaum musyrik terhadap Beliau.

 

فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ. الْجَوَارِ الْكُنَّسِ. وَ اللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ. وَ الصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ. إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ. ذِيْ قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِيْنٍ. مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِيْنٍ. وَ مَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُوْنٍ. وَ لَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِيْنِ. وَ مَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِيْنٍ. وَ مَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيْمٍ.

  1. Aku bersumpah demi bintang-bintang, (2922[efn_note]2922 Syaikh as-Sa‘dī menerangkan, ya‘ni bintang-bintang yang terlambat jalan dengan bintang-bintang lainnya yang biasa menuju arah timur, yaitu bintang-bintang (planet-planet) yang tujuh. Bintang-bintang itu adalah matahari, bulan, Zahrah (venus), Musytarī (Yupiter), Mirrikh (Mars), Zuhal (Saturnus) dan ‘Uthārid (Merkurius). Tujuh planet ini memiliki dua perjalanan; perjalanan ke arah barat bersama bintang-bintang yang lain, dan perjalanan ke arah kebalikannya dari arah timur yang hanya dilakukan oleh tujuh planet ini. Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengan keadaannya yang terlambat dan keadaannya ketika berjalan dan dengan keadaannya ketika menghilang dengan adanya siang hari. Bisa juga maksudnya, Allah bersumpah dengan semua bintang yang berjalan dan lainnya.[/efn_note])
  2. yang beredar dan terbenam,
  3. demi malam apabila telah larut,
  4. dan demi Shubuḥ apabila fajar telah menyingsing, (2923[efn_note]2923). Ya‘ni ketika fajar telah menyingsing sedikit-demi sedikit sehingga menjadi sempurna hingga kemudian terbit matahari. Ini dan apa yang disebutkan dalam ayat sebelumnya adalah ayat-ayat Allah yang agung, di mana Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengannya untuk menjelaskan tingginya sanad al-Qur’ān, keagungannya, dan penjagaan-Nya dari setiap syaithan yang terkutuk.[/efn_note])
  5. Sesungguhnya (al-Qur’ān) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibrīl), (2924[efn_note]2924). Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyifati malaikat Jibrīl dengan “karīm” (yang mulia) karena mulianya akhlāqnya dan banyak kebaikannya, karena ia adalah malaikat yang paling utama dan paling tinggi kedudukannya di hadapan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.[/efn_note])
  6. Yang memiliki kekuatan (2925[efn_note]2925 Untuk melaksanakan perintah Allah ‘azza wa jalla. Di antara kekuatannya adalah dia (malaikat Jibrīl) mampu membalikkan negeri kaum Lūth dan membinasakan mereka.[/efn_note]), memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki ‘Arsy, (2926[efn_note]2926 Jibrīl ‘alaih-is-salām adalah malaikat yang didekatkan dengan Allah subḥānahu wa ta‘ālā, memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya di atas malaikat yang lain, dan mendapatkan keistimewaan dari Allah subḥānahu wa ta‘ālā.[/efn_note])
  7. Yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya. (2927[efn_note]2927). Dia (malaikat Jibrīl) adalah malaikat yang amānah, yang mampu menjalankan perintah Allah tanpa menambah dan tanpa mengurangi serta tidak melampaui apa yang telah ditetapkan untuknya. Ini semua adalah untuk menunjukkan kemuliaan al-Qur’ān di sisi Allah ta‘ālā, karena Dia mengirim malaikat yang mulia yang telah disifati dengan sifat-sifat sempurna itu untuk membawa al-Qur’ān. Dan biasanya raja-raja tidaklah mengirimkan orang yang mulia kecuali untuk misi yang penting dan mulia.[/efn_note])
  8. (2928[efn_note]2928). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan kemuliaan malaikat yang membawa al-Qur’ān, maka Dia menyebutkan keutamaan manusia yang membawa al-Qur’ān, yaitu Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.[/efn_note]) Dan temanmu (Muḥammad) itu bukanlah orang gila. (2929[efn_note]2929). Tidak seperti yang dikatakan oleh para musuhnya yang mendustakan kerasulannya, yang mengadadakan kedustaan terhadapnya untuk memadamkan apa yang Beliau bawa, bahkan Beliau adalah manusia yang paling sempurna akalnya, paling lurus pandangannya dan paling benar ucapannya.[/efn_note])
  9. Dan sungguh, dia (Muḥammad) telah melihatnya (Jibrīl) (2930[efn_note]2930). Dalam bentuk aslinya.[/efn_note]) di ufuk yang terang.
  10. Dan dia (Muḥammad) bukanlah seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang ghaib. (2931[efn_note]2931). Bisa maksudnya, bahwa Beliau bukanlah orang yang tertuduh menambah, mengurangi atau menyembunyikan sebagian wahyu Allah, bahkan Beliau adalah manusia yang paling amanah, Beliau menyampaikan risalah Tuhannya dengan sempurna tanpa mengurangi atau menambah. Beliau juga tidak bakhil sehingga menyembunyikan sebagian wahyu Allah, bahkan Beliau tidaklah wafat kecuali setelah berhasil mendidik umat yang sebelumnya jahil menjadi umat yang ber‘ilmu yang menjadi rujukan oleh generasi yang datang setelahnya dalam ‘ilmu dan pemahaman, mereka yang telah dididiknya menjadi guru, sedangkan generasi setelahnya merupakan murid-murid mereka.[/efn_note])
  11. (2932[efn_note]2932). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan keutamaan kitab-Nya dan memuliakannya dengan menyebutkan dua makhlūq yang mulia yang membawanya yang kemudian disampaikan kepada manusia, dan setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā memuji kedua utusan itu serta membersihkan al-Qur’ān dari segala cacat dan kekurangan yang dapat menodai kebenarannya, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Dan (al-Qur’ān) itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,”.[/efn_note]) Dan (al-Qur’ān) itu bukanlah perkataan syaithan yang terkutuk,

 

Ayat 26-29: Batilnya sangkaan kaum musyrik seputar al-Qur’ān-ul-Karīm.

 

فَأَيْنَ تَذْهَبُوْنَ. إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِيْنَ. لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيْمَ. وَ مَا تَشَاؤُوْنَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ

  1. Maka ke manakah kamu akan pergi (2933[efn_note]2933). Maksudnya, setelah diterangkan bahwa al-Qur’ān itu benar-benar datang dari Allah dan di dalamnya berisi pelajaran dan petunjuk yang memimpin manusia ke jalan yang lurus dengan diperkuat bukti-buktinya, ditanyakanlah kepada orang-orang kafir itu: “Maka ke manakah kamu akan pergi?Padahal tidak ada setelah kebenaran selain kebatilan.[/efn_note])?
  2. (al-Qur’ān) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam, (2934[efn_note]2934). Dengan al-Qur’ān, mereka dapat mengingat Tuhan mereka, sifat-sifat sempurna yang dimiliki-Nya, bersihnya Dia dari segala kekurangan dan tandingan. Demikian pula dengan al-Qur’ān, mereka dapat mengingat perintah dan larangan-Nya, mengingat hukum-hukum qadarī-Nya, hukum-hukum syar‘ī-Nya dan hukum-hukum jaza’ī (balasan)-Nya. Singkatnya, dengan al-Qur’ān, mereka dapat mengenal dan mengingat segala yang bermaslahat bagi mereka di dunia dan akhirat, dan dengan meng‘amalkannya mereka akan memperoleh kebahagiaan.[/efn_note])
  3. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus. (2935[efn_note]2935). Setelah jelas mana yang benar dan mana yang salah, petunjuk daripada kesesatan. Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap golongan Jabriyyah yang mengatakan bahwa manusia tidak memiliki kehendak.[/efn_note])
  4. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam. (2936[efn_note]2936). Kehendak-Nya berlaku, tidak mungkin ditolak atau dihalangi. Allah subḥānahu wa ta‘ālā menerangkan demikian, adalah agar manusia tidak bersandar kepada dirinya, bahkan hendaknya ia mengetahui bahwa hal itu terkait dengan kehendak Allah sehingga ia pun meminta kepada Allah hidāyah-Nya kepada apa yang dicintai-Nya dan diridhai-Nya. Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap golongan Qadariyyah yang beranggapan bahwa manusia berkuasa mutlak terhadap tindakannya dan bahwa Allah sama sekali tidak berkuasa. Yang benar adalah jalan yang ditempuh Ahl-us-sunnah wal-jamā‘ah, di mana jalan tersebut merupakan jalan as-Salaf-ush-Shāliḥ, ya‘ni bahwa manusia berbuat sesuai kehendak dan pilihannya, namun kehendak dan pilihannya mengikuti kehendak Allah ta‘ālā, jika Dia menghendaki, maka akan terjadi perbuatan itu dan jika tidak menghendaki, maka tidak akan terjadi perbuatan itu.[/efn_note])

Selesai tafsir surah at-Takwīr dengan pertolongan Allah, taufīq-Nya dan kemudahan-Nya, wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.