Hati Senang

Surah at-Takatsur 102 ~ Tafsir Ibni Katsir (2/3)

Tafsir Ibnu Katsir

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Firman Allah s.w.t.:

كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ. ثُمَّ كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ

Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu); dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. (at-Takātsur: 3-4)

Al-Ḥasan mengatakan bahwa dalam ayat ini terkandung pengertian ancaman sesudah ancaman lainnya. Adh-Dhaḥḥak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

ثُمَّ كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ

dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. (at-Takātsur: 4)

Yakni hai orang-orang kafir.

كَلاَّ لَوْ تَعْلَمُوْنَ.

Janganlah begitu, jika kalian mengetahui. (at-Takātsur: 5)

Yaitu hai orang-orang mukmin. Dan mengenai firman selanjutnya, yaitu:

كَلاَّ لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِ.

Janganlah begitu, jika kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. (at-Takātsur: 5)

Yakni seandainya kalian mengetahui dengan pengetahuan yang sebenarnya, niscaya kalian tidak akan terlena dengan memperbanyak harta hingga lupa dari mencari pahala akhirat, sampai kalian masuk ke dalam kubur. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَ. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِ.

niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya dengan ‘ain-ul-yaqīn. (at-Takātsur: 6-7)

Ini merupakan penjelasan dari ancaman yang telah disebutkan di atas, yaitu pada firman-Nya:

كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ. ثُمَّ كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ

Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu); dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. (at-Takātsur: 3-4)

Allah mengancam mereka dengan keadaan tersebut, yaitu saat ahli neraka melihat neraka manakala neraka bergolak dengan sekali golak. Maka menyungkurlah semua malaikat terdekat dan nabi yang diutus dengan bersideku di atas kedua lututnya masing-masing karena takut menyaksikan peristiwa-peristiwa yang sangat mengerikan itu, sebagaimana yang akan disebutkan dalam atsar yang menceritakan keadaan tersebut.

Firman Allah s.w.t.:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ.

kemudian kalian pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kalian megah-megahkan di dunia ini). (at-Takātsur: 8)

Yakni kemudian kalian benar-benar akan dimintai pertanggungjawaban di hari itu tentang mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kalian, seperti kesehatan, keamanan, rezeki, dan lain sebagainya, apakah kalian bersyukur dan beribadah kepada-Nya?

Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah meriwayatkan kepada kami Abu Zar‘ah, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya al-Jazzar al-Muqri, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah ibnu ‘Isa alias Abu Khalid al-Jazzar, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu ‘Ubaid, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas, ia pernah mendengar ‘Umar ibn-ul Khaththab mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. keluar di waktu tengah hari, dan beliau menjumpai Abu Bakar berada di dalam masjid. Maka Rasulullah s.a.w. bertanya: “Apakah yang mendorongmu keluar di saat seperti ini?” Abu Bakar menjawab: “Wahai Rasulullah, telah mengeluarkan aku Tuhan yang telah mengeluarkanmu.”

Lalu datanglah pula ‘Umar ibn-ul Khaththab, maka Nabi s.a.w. bertanya: “Apakah yang menyebabkan kamu keluar, hai Ibn-ul-Khaththab?” ‘Umar menjawab: “Tuhan yang telah menyebabkan kamu berdua keluar.” Lalu ‘Umar duduk, dan Rasulullah s.a.w. berbicara kepada keduanya: “Maukah kamu berdua aku ajak menuju ke kebun kurma itu, maka kamu akan mendapat makanan, minuman, dan naungan?” Keduanya menjawab: “Kami mau”. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Marilah kita singgah di rumah Ibn-ut-Taihan alias Abul-Hasan al-Anshari.”

Maka Rasulullah s.a.w. berada di depan kami dan mengucapkan salam serta meminta izin sebanyak tiga kali, sedangkan Umm-ul-Haitsam berada di balik pintu rumahnya mendengarkan ucapan Rasulullah s.a.w. dengan maksud ia mendapat tambahan dari salam Rasulullah s.a.w. Ketika Rasulullah s.a.w. hendak pergi, Umm-ul Haitsam keluar dan mengerjanya dari belakang, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya aku mendengar suara salammu, tetapi aku bermaksud ingin mendapat tambahan dari salammu.” Rasulullah s.a.w. menjawab: “Itu baik.”

Rasulullah s.a.w. bertanya: “Mana Abul-Haitsam, aku tidak melihatnya?” Umm-ul-Haitsam menjawab: “Wahai Rasulullah, dia pergi sebentar untuk menyejukkan air minum, sebentar lagi insya Allah dia akan datang, masuklah.” Lalu Umm-ul-Haitsam menggelarkan permadani di bawah pohon kurma. Tidak lama kemudian datanglah Abul-Haitsam, dan ia merasa senang dengan kedatangan mereka, lalu ia segera menaiki pohon kurma dan memetik beberapa tangkai buah kurma. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya: “Itu sudah cukup, hai Abul-Haitsam.” Abul-Haitsam berkata: “Wahai Rasulullah, engkau makan buahnya yang masih gending dan yang telah masak,” lalu Abul-Haitsam menyuguhkan air minum buat mereka dan mereka pun minum dari air yang disuguhkannya. Setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda:

هذَا مِنَ النَّعِيْمِ الَّذِيْ تُسْئَلُوْنَ عَنْهُ

Ini termasuk nikmat yang kelak kamu akan dimintai pertanggungjawaban mengenainya.

Hadis berpredikat gharīb bila ditinjau dari segi jalurnya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku al-Husain ibnu ‘Ali ash-Shada’i, telah menceritakan kepada kami al-Walid ibnul Qasim, dari Yazid ibnu Kaisan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa ketika Abu Bakar dan ‘Umar sedang duduk, maka datanglah Nabi s.a.w. kepada keduanya, lalu beliau s.a.w. bertanya: “Apakah yang membuat kamu berdua duduk di sini?” keduanya menjawab: “Demi Tuhan Yang telah mengutus engkau dengan hak, tiada yang menyebabkan kami keluar melainkan rasa lapar.” Nabi s.a.w. bersabda: “Demi Allah yang telah mengutusku dengan hak, tidak ada yang mendorongku keluar selain dari alasan yang sama.”

Lalu mereka pergi hingga sampai di rumah seorang lelaki dari kalangan Anshar, maka mereka disambut oleh seorang wanita, dan Nabi s.a.w. bertanya kepada wanita itu: “Ke manakah si Fulan (suaminya)?” Wanita itu menjawab, bahwa suaminya sedang pergi untuk menyejukkan air minum buat dia dan keluarganya. Tidak lama kemudian datanglah orang yang dicari mereka dengan membawa qirbah wadah airnya, dan ia langsung berkata menyambut mereka: “Marḥaban (selamat datang), tiada seorang tamu pun berkunjung kepada seseorang lebih afdhal daripada Nabi yang hari ini datang berkunjung kepadaku.”

Lalu ia menggantungkan qirbah wadah airnya ke pohon kurma dan ia pergi, kemudian datang lagi dengan membawa setandan buah kurma. Maka Nabi s.a.w. bersabda kepadanya: “Bukankah engkau telah memetik buah kurmamu?” Lelaki itu menjawab: “Aku ingin menghormati kalian dengan menyajikan makan yang masih segar menurut kesukaan kalian.” Kemudian ia mengambil pisau besar (untuk menyembelih kambing), maka Nabi s.a.w. bersabda: “Janganlah kamu sembelih kambing yang sedang menyusui.”

Ia menyembelih kambing buat mereka di hari itu dan mereka makan makanan yang telah disajikan, lalu Nabi s.a.w. bersabda:

لَتُسْئَلُنَّ عَنْ هذَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُيُوْتِكُمُ الْجُوْعُ فَلَمْ تَرْجِعُوْا حَتَّى أَصَبْتُمْ هذَا فَهذَا مِنَ النَّعِيْمِ

Sungguh kamu akan ditanyai mengenai hal ini kelak di hari kiamat. Kamu keluar karena terdorong oleh rasa lapar, dan sebelum pulang kamu telah mendapatkan semua ini, dan ini termasuk dari nikmat.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Yazid ibnu Kaisan dengan sanad yang sama. Abu Ya‘la dan Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis al-Mukari, dari Yahya ibnu ‘Ubaidillah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Abu Bakar dengan lafaz yang sama. Arba‘ah telah meriwayatkan hadis ini melalui ‘Abdul-Malik ibnu ‘Umair, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan teks yang semisal dan juga kisahnya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syaraih, telah menceritakan kepada kami Hasyraj, dari Abu Nadhrah, dari Abu Asib maula Rasulullah s.a.w. yang telah menceritakan bahwa di suatu malam Rasulullah s.a.w. keluar, lalu lewat di dekat rumahku, maka beliau memanggilku dan aku pun keluar menemaninya. Lalu Nabi s.a.w. melewati rumah Abu Bakar dan memanggilnya, maka Abu Bakar keluar dan bergabung bersamanya.

Nabi s.a.w. berangkat meneruskan perjalanannya hingga sampailah di sebuah kebun kurma milik seorang Anshar dan beliau memasukinya, lalu berkata kepada pemilik kebun itu: “Berilah kami makan.” Lalu pemilik kebun itu datang dengan membawa setandan buah kurma, dan Rasulullah s.a.w. makan bersama sahabat-sahabatnya, kemudian meminta air sejuk dan minum, lalu bersabda:

لَتُسْئَلُنَّ عَنْ هذَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Sesungguhnya kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang ini kelak di hari kiamat.

Maka ‘Umar mengambil ketandan buah kurma itu dan memukulkannya ke tanah hingga buahnya yang gemading berceceran di hadapan Rasulullah s.a.w., kemudian ‘Umar bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita sungguh akan dimintai pertanggungjawaban tentang ini kelak di hari kiamat?”

Maka Rasulullah s.a.w. menjawab:

نَعَمْ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: خِرْقَةٌ لَفَّ بِهَا الرَّجُلُ عَوْرَتَهُ، أَوْ كِسْرَةٌ سَدَّ بِهَا جَوْعَتَهُ، أَوْ جُحْرٌ يَدْخُلُ فِيْهِ مِنَ الْحُرِّ وَ الْقَرِّ.

Ya, kecuali tiga hal, yaitu kain yang digunakan oleh seseorang untuk menutupi aurat tubuhnya, atau sepotong roti yang dimakan untuk menutup rasa laparnya, atau rumah tempat bernaungnya dari kepanasan dan kedinginan.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami ‘Abd-ush-Shamad, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami ‘Ammar; ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdillah mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w., Abu Bakar, dan ‘Umar memakan buah kurma dan minum air, setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda:

هذَا مِنَ النَّعِيْمِ الَّذِيْ تُسْئَلُوْنَ عَنْهُ

Ini termasuk nikmat yang kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya.

Imam Nasa’i meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari ‘Ammar ibnu Abu ‘Ammar, dari Jabir dengan lafaz yang sama.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.