Surah at-Takatsur 102 ~ Tafsir al-Aisar

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī

(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)
 
Penerbit: Darus Sunnah

SURAT AT-TAKĀTSUR

MAKKIYYAH (11551)
JUMLAH AYAT: 8 AYAT

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Surat al-Fīl: Ayat 1-8

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ. حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ. كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ. ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ. كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِ. لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَ. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِ. ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ

102:1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
102:2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
102:3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).
102:4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
102:5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
102:6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jaḥīm,
102:7. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ain-ul-yaqīn,
102:8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

PENJELASAN KATA

(أَلْهَاكُمُ) Alhākum: Telah menyibukkanmu dari ketaatan kepada Allah ta‘ālā.

(التَّكَاثُرُ) At-Takātsur: Membanggakan harta.

(حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ) Ḥattā Zurtum-ul-maqābir: Kamu menyibukkan diri dengan mengumpulkan dan membangga-banggakan harta sampai akhir hayatmu kemudian masuk ke dalam liang kubur.

(كَلَّا) Kallā: Bukan seperti ini seharusnya kamu berbuat, maka tinggalkanlah dari perlombaan (saling memperbanyak).

(سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ) Saufa Ta‘lamūn: Apabila kamu telah masuk ke dalam liang kubur, maka kamu akan mengetahui kesalahanmu dalam saling memperbanyak harta dan anak.

(كَلَّا) Kallā: Sungguh benar.

(لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِ) Lau Ta‘lamūn ‘Ilm-al-Yaqīn: ‘Ilmu yang bisa membuat kamu yakin akan akibat dari saling memperbanyak, yaitu ketika kamu bangga dengan banyaknya harta.

(لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَ) Latarawunna-l-Jaḥīm: Neraka.

(يَوْمَئِذٍ) Yauma’idzin: Pada hari ketika kamu melihat neraka Jaḥīm dengan matamu (sendiri) dan penuh keyakinan.

(عَنِ النَّعِيْمِ) ‘Anin-Na‘īm: Yang kamu nikmati dan rasakan, seperti kesehatan, waktu luang, keamanan, makanan, dan minuman.

 

MAKNA AYAT 1-8 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,” (11562) Ayat ini merupakan seruan Allah untuk orang-orang yang menyibukkan diri dengan mengumpulkan harta dan memperbanyaknya untuk saling membanggakan dan bermegah-megahan. Ini semua menyibukkan diri mereka dari ketaatan kepada Allah dan Rasūl-Nya. Mereka mati dalam keadaan belum menyiapkan kebaikan untuk diri mereka sendiri. Maka Allah berfirman kepada mereka “al-hākum” sungguh telah menyibukkan kamu dengan saling memperbanyaknya. Yaitu mereka saling membanggakan dan bermegah-megahan dengan banyaknya harta: “Sampai kamu masuk ke dalam kubur” (11573) setelah kamu mati, maka kamu akan pindah ke dalam liang kubur dan tinggal di dalamnya sampai kamu keluar darinya untuk dihisab dan dibalas pada Hari Kiamat.

Firman-Nya: “Janganlah begitu” bukan demikian yang seharusnya kamu kerjakan. Maka tinggalkanlah sifat ini yang akan membawamu ke dalam kehancuran dan kebinasaan. Kamu akan mengetahui akibat dari menyibukkan diri (bermegah-megah) sehingga melupakan dari ketaatan kepada Allah dan Rasūl-Nya serta mencari bekal untuk akhirat. “Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”. (11584) Allah mengulang-ulang ancaman dan peringatan ini.

Firman-Nya: “Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”. (11595) yaitu (11606) sungguh benar. Apabila kamu mengetahui apa yang akan kamu dapatkan di alam kubur, hari kebangkitan, dan hari pembalasan karena telah menyibukkan diri dan saling membanggakan dengan banyaknya harta.

Firman-Nya: “Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jaḥīm, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ain-ul-yaqīn”. Ayat ini merupakan jawaban untuk sumpah Allah, “Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jaḥīm!” Yaitu di Hari Kiamat kelak, orang-orang musyrik akan melihatnya kemudian akan terjerumus ke dalamnya. Demikian juga orang-orang yang beriman akan melihatnya, tetapi mereka akan diselamatkan oleh Allah. Ayat yang berbunyi: “tsumma latarawunnahā ‘ain-al-yaqīnu” artinya tidak ada keraguan lagi bahwa neraka Jahim akan didatangkan dan semua penduduk Maḥsyar akan melihatnya.

Firman-Nya: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu,” yaitu pada hari ketika kamu melihat neraka Jaḥīm dengan mata kepalamu sendiri: “tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)” (11617) yaitu kenikmatan yang kamu miliki di dunia, seperti kesehatan, waktu luang, keamanan, makanan, dan minuman. Barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka akan selamat. Namun, barang siapa yang tidak bersyukur kepada-Nya, maka Allah akan meng‘adzabnya. Disebutkan di dalam sebuah hadits yang shaḥīḥ bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abū Bakar dan ‘Amr bin at-Tīhān: “Ini termasuk dari kenikmatan yang akan ditanyakan oleh Allah ta‘ālā di Hari Kiamat kelak.” Pada saat itu, beliau menunjuk ke arah kurma mentah, kurma matang, dan air dingin.” Kemudian ada hadits shaḥīḥ lain yang menyatakan:

لَا يَزُوْلُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدَ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ وَ عَنْ شَبَابِهِ فِيْمَ أَبْلَاهُ وَ عَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ بِهِ وَ عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَ فِيْمَ أَنْفَقَهُ؟

Sesungguhnya kedua kaki seorang hamba tidak akan bisa bergeser sebelum (selesai) ditanya tentang umurnya (dihabiskan untuk apa), masa mudanya (dihabiskan untuk apa), ‘ilmunya bagaimana ia meng‘amalkannya dan hartanya dari mana ia dapatkan dan ke mana ia habiskan.”

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 1-3.

  1. Peringatan keras akan sikap tamak mengumpulkan harta dan memperbanyaknya dengan tanpa mensyukurinya dan meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Rasūl-Nya.
  2. Penetapan adanya ‘adzab kubur, dengan firman-Nya: Ḥattā Zurtum-ul-maqābir, Kallā Saufa Ta‘lamūn” ayat ini menjelaskan tentang alam kubur.
  3. Penetapan adanya hari kebangkitan, kepastian hari pembalasan setelah penghisaban dan pemeriksaan.
  4. Kepastian adanya pertanyaan Allah kepada hamba-Nya tentang kenikmatan-Nya yang telah diterimanya di dunia. Apabila ia mensyukurinya, maka ia akan selamat. Namun, apabila mengingkarinya, maka ia akan disiksa.

Catatan:

  1. 1155). Imām al-Bukhārī menganggap bahwa surat ini diturunkan di Madīnah (Madaniyyah). Pendapat yang benar bahwa surat ini adalah surat Makkiyyah. Kemungkinan Imām al-Bukhārī terpengaruh dengan apa yang ia riwayatkan bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abū Bakar di sebuah kebun milik Ibnu Tīhān: “Sesungguhnya ini termasuk dari kenikmatan yang akan dipertanyakan kepadamu.”
  2. 1156). Kata “al-hākum” artinya (sesuatu) telah menyibukkan kamu.
  3. 1157). Di dalam kitab Shaḥīḥ Muslim dari Mutharrif dari bapaknya ia berkata: “Aku pernah menemui Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sedang membaca “alhākum-ut-takātsur” maka beliau bersabda: “Anak Ādam akan berkata: “Hartaku, hartaku.” Wahai anak Ādam, apakah kamu memliki harta? Hartamu hanya apa yang kamu makan lalu hilang. Kemudian pakaian yang kamu pakai lalu rusak dan harta yang kamu sedekahkan lalu akan kekal. Adapun selain ini, maka semuanya akan pergi dan ditinggalkan manusia.” Imām al-Bukhārī meriwayatkan sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam: “Kalau seandainya anak Ādam memiliki satu lembah emas, maka ia akan berharap memiliki dua lembah emas, dan mulutnya tidak akan penuh kecuali dengan tanah (mati). Allah ta‘ālā akan mengampuni dosa orang-orang yang bertaubat.”
  4. 1158). Ayat ini merupakan penguat ayat pertama yaitu “saufa ta‘lamūna” objek dari ayat “ta‘lamūna” (kamu mengetahui) yang dihilangkan dan diperkirakan adalah kamu mengetahui akibat buruk dari kelalaianmu dengan saling mengumpulkan harta dan memperbanyak harta serta melalaikan diri dari ketaatan kepada Allah dan Rasūl-Nya.
  5. 1159). Ayat ini merupakan jawaban dari “lau ta‘lamūn ‘ilm-al-yaqīn” yang dihilangkan sebagaimana yang pertama juga telah dihilangkan. Diperkirakan berbunyi: “Akan jelas bagi kamu keadaan yang mengagetkan dan sangat dahsyat” Penyandaran kalimat tersebut kepada “‘ilm-ul-yaqīn” adalah penyandaran untuk penjelasan, karena yaqīn di sini ma‘nanya ‘ilmu.
  6. 1160). Boleh juga keduanya berma‘na seperti yang pertama. Yaitu untuk celaan dan kecaman. Akan tetapi, diartikan “ḥaqqan” (benar) lebih diutamakan.
  7. 1161). Ada perbedaan pendapat tentang batasan kenikmatan tersebut yang akan dipertanyakan di Hari Kiamat. Ada yang berkata bahwa yang dimaksud adalah keamanan dan kesehatan. Ada juga yang berkata kesehatan dan waktu luang. Ada juga yang berkata bahwa yang dimaksud adalah perut kenyang, minuman yang dingin, dan rumah yang teduh. Imām al-Bukhārī meriwayatkan dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Dan kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu dengannya, yaitu kesehatan dan waktu luang.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *