Surah ke-66. 12 ayat. Madaniyyah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-5: Beberapa tuntunan tentang kehidupan rumah tangga, Kisah Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan istri-istrinya.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللهُ لَكَ تَبْتَغِيْ مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ وَ اللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
قَدْ فَرَضَ اللهُ لَكُمْ تَحِلَّةَ أَيْمَانِكُمْ وَ اللهُ مَوْلَاكُمْ وَ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ.
وَ إِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيْثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَ أَظْهَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَ أَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيْمُ الْخَبِيْرُ.
إِنْ تَتُوْبَا إِلَى اللهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوْبُكُمَا وَ إِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَ جِبْرِيْلُ وَ صَالِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمَلآئِكَةُ بَعْدَ ذلِكَ ظَهِيْرٌ.
عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِّنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُّؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَ أَبْكَارًا.
Dalam Majma‘-uz-Zawā’id juz 7 hal. 126 dari Ibnu ‘Abbās (tentang ayat): “Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu?” Ia berkata: “Ayat ini turun berkenaan dengan budak wanita Beliau.” (Diriwayatkan oleh al-Bazzār dengan dua isnād, dan Thabrānī. Para perawi al-Bazzār adalah para perawi hadits shaḥīḥ selain Bisyr bin Ādam dan dia tsiqah. Dalam Ta‘līq terhadap Ash Shaḥīḥ-ul–Musnad, Syaikh Muqbil berkata: “Jalan yang di sana terdapat Bisyr bin Ādam riwayat al-Bazzār terdapat seorang yang matrūk (ditinggalkan haditsnya), sedangkan jalan yang setelahnya adalah ḥasan, lihat Kasyf-ul-Astār 3/76)).
Al-Ḥāfizh dalam al-Fatḥ juz 10 hal. 283 berkata: “Bisa juga ayat tersebut turun karena dua sebab secara bersamaan.” Ya‘ni karena sebab pengharaman Beliau terhadap madu dan karena pengharaman Beliau terhadap budaknya. Imām Syaukānī dalam tafsirnya juz 5 hal. 252 berkata: “Kedua sebab tersebut adalah shaḥīḥ terhadap turunnya ayat tersebut, dan penggabungan keduanya adalah bisa karena terjadinya dua cerita; cerita tentang madu dan cerita tentang Mariyah, dan bahwa al-Qur’ān turun karena keduanya secara bersamaan, dan pada masing-masing dari keduanya (kedua asbāb-un-nuzūl) disebutkan bahwa Beliau membicarakan secara rahasia suatu peristiwa kepada salah seorang istrinya.