Surah at-Taghabun 64 ~ Tafsir Sayyid Quthb (1/4)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Surah at-Taghabun 64 ~ Tafsir Sayyid Quthb

SURAH AT-TAGHĀBUN

Diturunkan di Madīnah
Jumlah Ayat: 18.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

يُسَبِّحُ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَ مِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَ صَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَ إِلَيْهِ الْمَصِيْرُ. يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَ مَا تُعْلِنُوْنَ وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ. أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُ فَذَاقُوْا وَ بَالَ أَمْرِهِمْ وَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ. ذلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ تَّأْتِيْهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوْا أَبَشَرٌ يَهْدُوْنَنَا فَكَفَرُوْا وَ تَوَلَّوْا وَّ اسْتَغْنَى اللهُ وَ اللهُ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ. زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا أَنْ لَّنْ يُبْعَثُوْا قُلْ بَلَى وَ رَبِّيْ لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَ ذلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ. فَآمِنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَ النُّوْرِ الَّذِيْ أَنْزَلْنَا وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ. يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ وَ مَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ وَ يَعْمَلْ صَالِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا ذلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ. وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِنَا أُولئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ خَالِدِيْنَ فِيْهَا وَ بِئْسَ الْمَصِيْر. مَا أَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللهِ وَ مَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ. وَ أَطِيْعُوا اللهَ وَ أَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُوْلِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِيْنُ. اللهُ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ وَ عَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَ أَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ وَ إِنْ تَعْفُوْا وَ تَصْفَحُوْا وَ تَغْفِرُوْا فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَ أَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَ اللهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ. فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَ اسْمَعُوْا وَ أَطِيْعُوْا وَ أَنْفِقُوْا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَ مَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ. إِنْ تُقْرِضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ وَ اللهُ شَكُوْرٌ حَلِيْمٌ. عَالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

64:1. Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Hanya Allahlah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian-pujian; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
64:2. Dialah yang menciptakan kamu, maka di antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu ada yang beriman. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
64:3. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nyalah kembali(mu).
64:4. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi serta mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
64:5. Apakah belum datang kepadamu (hai orang-orang kafir) berita orang-orang kafir dahulu? Maka, mereka telah merasakan akibat yang buruk dari perbuatan mereka dan mereka memperoleh azab yang pedih.
64:6. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka (membawa) keterangan-keterangan, lalu mereka berkata, “Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?” Lalu mereka ingkar dan berpaling, dan Allah tidak memerlukan (mereka). Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.
64:7. Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, “Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
64:8. Maka, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya serta kepada cahaya (al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
64:9. (Ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan (untuk dihisab), itulah hari (waktu itu) ditampakkan kesalahan-kesalahan. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar.
64:10. Dan, orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan, itulah seburuk-buruk tempat kembali.
64:11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
64:12. Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
64:13. (Dialah) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Dan, hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah saja.
64:14. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
64:15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allahlah pahala yang besar.
64:16. Maka, bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan, barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
64:17. Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Allah Maha Pembalas jasa lagi Maha Penyantun.
64:18. Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

 

Pengantar

Surah ini merupakan surah yang paling mirip dengan surah-surah Makkiyyah dalam temanya, arahannya, naungannya, nuansanya, dan isyarat-isyaratnya, khususnya bagian pertama darinya. Nuansa surah-surah Madaniyyah hampir tidak terlihat di dalamnya kecuali pada paragraf-paragraf akhir.

Bagian pertama dan paragraf-paragraf awal hingga awal seruan,

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu….” (at-Taghābun: 13)

Sasarannya adalah pembinaan dan pembangunan asas-asas akidah dan pembentukan persepsi Islami dalam hati dengan gaya bahasa surah-surah Makkiyyah yang ditujukan kepada orang-orang musyrik dan kafir pertama kali. Mereka diserukan dengan persepsi ini dalam bentuk seruan yang pertama kali didengar dan dihadapi. Ia menggunakan pengaruh-pengaruh alam semesta dan jiwa, sebagaimana ia juga memaparkan tentang nasib dan hukuman atas orang-orang yang terdahulu dari para pendusta sebelumnya. Di samping itu, ia juga memaparkan tentang kejadian-kejadian dan fenomena-fenomena hari Kiamat guna menetapkan hari kebangkitan dan penekanannya dengan tekanan yang keras. Tekanan yang menunjukkan bahwa orang-orang yang diseru itu termasuk orang-orang yang ingkar dan kafir.

Sedangkan, bagian dan paragraf akhir menyerukan orang-orang yang beriman dengan seruan yang mirip dengan seruan-seruan yang ada dalam surah Madaniyyah untuk menganjurkan mereka agar berinfak dan memperingatkan mereka dari fitnah harta benda dan anak. Seruan yang semisal dengan ini muncul berulang-ulang dalam periode Madinah disebabkan oleh problematika yang muncul pada masyarakat Islam yang baru dibentuk. Sebagaimana di sana sesungguhnya terdapat pula bentuk-bentuk hiburan atas musibah dan kejadian yang menimpa atau beban-beban yang ada di pundak orang-orang yang beriman. Kemudian penyerahan kembali segala urusan kepada takdir Allah dan penetapan persepsi Islami di dalam urusan itu.

Itulah tema yang sering berulang-ulang dibahas dalam surah-surah Madaniyyah, khususnya setelah perintah jihad dan pengorbanan-pengorbanan yang timbul karenanya.

Di sana ada beberapa riwayat bahwa surah ini termasuk di antara surah Makkiyyah dan ada pula beberapa riwayat bahwa surah ini adalah surah Madaniyyah dengan beberapa alasan penguat. Kami hampir-hampir saja condong memasukkan surah ini ke dalam surah Makkiyyah karena terpengaruh dengan gaya bahasanya yang terdapat dalam paragraf-paragraf pertama dan nuansanya.

Namun, kami tetap memasukkan ke dalam surah Madaniyyah bersama dengan pendapat yang paling kuat dalam masalah ini. Karena, sesungguhnya di sana tidak ada satu pun faktor yang menghalangi bahwa paragraf-paragraf pertama sebagai seruan kepada orang-orang kafir setelah hijrah, baik mereka adalah orang-orang kafir Mekah maupun orang-orang kafir yang dekat dari Madinah. Sebagaimana sesungguhnya tidak ada pula rintangan dan larangan bahwa surah-surah Madaniyyah dalam beberapa kesempatan dan keadaan tertentu, menjadikan sasarannya adalah pembinaan dan pembangunan asas-asas akidah dan pencerahan tentang persepsi Islami dengan gaya bahasa yang sering digunakan untuk surah-surah Makkiyyah. Wallahu alam.

 

Persepsi Islam tentang Alam Semesta

Bagian pertama dan paragraf-paragraf awal, sasarannya adalah pembinaan dan pembangunan persepsi iman berkenaan dengan alam semesta, serta pemaparan tentang hakikat hubungan antara Penciptanya Allah dengan alam semesta yang diciptakan-Nya. Ia juga menetapkan tentang hakikat beberapa sifat Allah dan asmaul husna serta pengaruhnya dan jejaknya dalam alam semesta dan dalam kehidupan manusia.

يُسَبِّحُ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَ مِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَ صَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَ إِلَيْهِ الْمَصِيْرُ. يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَ مَا تُعْلِنُوْنَ وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ.

Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Hanya Allahlah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian-pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan kamu, maka di antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu ada yang beriman. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nyalah kembali(mu). Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi serta mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (at-Taghābun: 1-4)

Persepsi dan pandangan imani yang ada dalam alam semesta ini adalah persepsi yang paling detail dan luas yang dikenal oleh orang-orang yang beriman sepanjang sejarah. Risalah-risalah Ilahiah telah datang. Semuanya membawa keyakinan tentang keesaan Allah dan penciptaan-Nya atas seluruh alam semesta dan seluruh makhluk. Juga penjagaan dan perhatian-Nya atas segala yang ada di alam semesta.

Kita tidak boleh meragukan sedikitpun tentang perkara ini karena al-Qur’an menceritakan tentang rasul-rasul dan risalah-risalah seluruhnya. Sedangkan, temuan-temuan yang diperoleh dari kajian dalam kitab-kitab yang dipalsukan dan menyimpang, tidak boleh dijadikan sandaran. Demikian pula kitab-kitab yang ditulis oleh orang-orang yang tidak beriman kepada al-Qur’an atau hanya beriman kepada sebagiannya saja.

Sesungguhnya penyimpangan dari akidah iman terjadi pada pengikut-pengikut rasul yang membawa risalah tersebut. Sehingga, tampak bahwa seolah-olah rasul itu tidak membawa risalah tauhid yang murni. Atau, ia seakan tidak datang membawa akidah tentang kekuasaan Allah yang mutlak atas alam semesta dan Dia selalu berhubungan dengan alam semesta itu. Ini timbul dari penyimpangan yang baru terjadi, bukan dari asas akidah yang murni.

Pasalnya, agama Allah itu adalah satu sejak dari awal risalah hingga akhir risalah. Dan, sangat mustahil Allah menurunkan suatu agama yang menyimpang dan bertentangan dengan kaidah-kaidah tauhid ini, sebagaimana yang diasumsikan oleh orang-orang yang menemukan penyimpangan-penyimpangan itu dalam kitab-kitab yang dipalsukan dan menyimpang atas nama agama.

Namun, penetapan hakikat ini tidak menafikan bahwa persepsi Islam tentang Zat Allah, sifat-sifat-Nya dan jejak-jejak, bekas-bekas dan pengaruh-pengaruh sifat-sifat itu dalam alam semesta dan dalam kehidupan manusia,… adalah lebih luas, lebih detail, dan lebih lengkap dari segala persepsi tauhid sebelumnya yang terdapat dalam agama-agama samawi yang terdahulu. Hal ini sesuai dengan tabiat risalah yang terakhir dan misinya yang terakhir serta sesuai hajat tuntunan manusia di mana risalah ini datang untuk menyerukannya dan mengarahkannya. Ia juga datang untuk membentuk persepsi yang total dan sempurna beserta segala permasalahan-permasalahan, cabang-cabang, jejak-jejak, bekas-bekas, dan pengaruh-pengaruhnya.

Dari persepsi ini diharapkan hati manusia (dengan kadar kemampuannya) mampu mengetahui hakikat ketuhanan dan keagungannya, serta merasakan kekuasaan Ilahi dan menyaksikannya dalam jejak-jejak yang dapat disaksikan di alam semesta. Dia juga bisa merasakannya dalam setiap makhluk yang hidup beserta jejak-jejak dan bekas-bekas yang dapat disaksikan dan diketahui. Dia hidup dalam ruang kekuasaan Ilahi beserta jejak-jejaknya yang tidak akan hilang dan tertutup dari indra, hati, dan ilham nurani. Dia bisa menyaksikannya bahwa hal itu meliputi segala sesuatu, menguasai segala sesuatu, mengatur segala sesuatu, menjaga dan memelihara segala sesuatu. Sehingga, tidak ada satu pun yang terlepas darinya baik yang besar, kecil, agung, mau pun remeh.

Di antara misi akidah dan persepsi itu adalah agar hati manusia memiliki daya sensitivitas sehingga selalu takut, menanti, tamak, berharap, dan bercita-cita. Manusia diharapkan menjalani kehidupan ini dengan selalu bergantung dalam setiap gerakan fisik dan getaran hatinya kepada Allah. Juga merasakan kekuasaan dan keperkasaan-Nya, merasakan ilmu-Nya dan pengawasan-Nya, merasakan rahmat dan karunia-Nya, dan merasakan kedekatan-Nya dalam setiap keadaan.

Akhirnya, tujuan sesungguhnya di antara misi akidah dan persepsi itu adalah agar manusia merasakan bahwa segala sesuatu yang ada mengarahkan dirinya kepada Allah. Sehingga, seharusnya diapun mengarahkan dirinya kepada-Nya. Sesungguhnya segala yang ada bertasbih memuji-Nya. Maka, seharusnya dia pun bertasbih kepada-Nya. Allah mengatur segala urusannya dan menentukan hikmah segala sesuatu. Maka, seharusnya dia tunduk kepada syariat-Nya dan aturan-Nya.

Dengan demikian, ia merupakan persepsi iman dalam alam semesta dengan makna ini dan dengan segala makna lain yang tampak dalam tempat-tempat lain di al-Qur’an yang telah memaparkan beberapa bagian dan sisi dari persepsi iman yang total, sempurna, meliputi, dan detail. Dan, contoh paling dekat adalah yang terdapat di dalam bagian dari surah al-Ḥasyr dalam juz 28 ini.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *