Surah asy-Syarh 94 ~ Tafsir Ibni Katsir (1/2)

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah asy-Syarh 94 ~ Tafsir Ibni Katsir

SŪRATU ALAM NASYRAḤ (AL-INSYIRAḤ)
(Bukankah Kami telah Melapangkan)

Makkiyyah, 8 ayat
Turun sesudah Sūrat-udh-Dhuḥā

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Alam Nasyraḥ, ayat: 1-8

أًلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ. وَ وَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ. الَّذِيْ أَنْقَضَ ظَهْرَكَ. وَ رَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ. فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ. وَ إِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

094:1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
094:2. Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,
094:3. yang memberatkan punggungmu?
094:4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
094:5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
094:6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
094:7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
094:8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

 

Firman Allah s.w.t.:

أًلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ.

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (Alam Nasyraḥ: 1)

Yakni Kami telah melapangkan dadamu. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami telah menjadikannya bercahaya dan luas lagi lapang. Semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَمَنْ يُرِدِ اللهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ

Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. (al-An‘ām: 125)

Dan sebagaimana Allah telah melapangkan dada Rasūlullāh s.a.w., demikian pula Allah telah menjadikan syariatnya luas, lapang, toleran, lagi mudah, tiada kesulitan dan tiada beban serta tiada kesempitan padanya.

Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman Allah s.w.t.:

أًلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ.

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (Alam Nasyraḥ: 1)

Yakni Allah telah melapangkan dadanya di malam Isrā’, sebagaimana yang telah disebutkan dahulu melalui riwayat Mālik ibnu Sa‘sa‘ah. Imām Tirmidzī telah mengetengahkannya dalam tafsir ayat ini. Dan jika memang hal itu terjadi di malam Isrā’ sebagaimana yang telah disebutkan di dalam riwayat Mālik ibnu Sa‘sa‘ah, maka pada hakikatnya tidaklah bertentangan dengan pendapat di atas. Karena sesungguhnya akibat dari pengaruh yang dilakukan terhadap dada beliau di malam Isrā’. Terjadi pula pengaruh yang sama setelah dilapangkan oleh Allah s.w.t. secara maknawi. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

‘Abdullāh ibnu Imām Aḥmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muḥammad ibnu ‘Abdur-Raḥīm alias Abū Yaḥyā al-Bazzār, telah menceritakan kepada kami Yūnus ibnu Muḥammad, telah menceritakan kepada kami Mu‘ādz ibnu Muḥammad ibnu Ubay ibnu Ka‘b, telah menceritakan kepadaku Abū Muḥammad ibnu Mu‘ādz, dari Muḥammad, dari Ubay ibnu Ka‘b, bahwa Abū Hurairah adalah orang yang paling berani menanyakan kepada Rasūlullāh s.a.w. tentang berbagai masalah yang tidak ada seorang pun berani menanyakannya kepada beliau s.a.w. selain dia.

Maka Abū Hurairah bertanya: “Wahai Rasūlullāh, apakah yang mula-mula engkau lihat dari urusan kenabian ini?” Rasūlullāh s.a.w. duduk tegak dan menjawab:

لَقَدْ سَأَلْتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، إِنِّيْ فِي الصَّحْرَاءِ ابْنُ عَشْرَ سِنِيْنَ وَ أَشْهُرٍ وَ إِذًا بِكَلَامٍ فَوْقَ رَأْسِيْ وَ إِذًا رَجُلٌ يَقُوْلُ لِرَجُلٍ أَهُوَ هُوَ؟ فَاسْتَقْبَلَانِيْ بِوُجُوْهٍ لَمْ أَرَهَا قَطُّ وَ أَرْوَاحٍ لَمْ أَجِدْهَا مِنْ خَلْقٍ قَطُّ، وَ ثِيَابٍ لَمْ أَرْاهَا عَلَى أَحَدٍ قَطُّ فَأَقْبَلَا إِلَيَّ يَمْشِيَانِ حَتَّى أَخَذَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِعَضُدِيْ لَا أَجِدُ لِأَحَدِهِمَا مَسًّا فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: أَضْجِعْهُ فَأَضْجَعَانِيْ بِلَا قَصْرٍ وَ لَا هَصْرٍ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: أَفْلِقْ صَدْرَهُ فَهَوَى أَحَدُهُمَا إِلَى صَدْرِيْ فَفَلَقَهُ فِيْمَا أَرَى بِلَا دَمٍ وَ لَا وَجَعٍ، فَقَالَ لَهُ: أَخْرِجِ الْغَلَّ وَ الْحَسَدَ، فَأَخْرَجَ شَيْئًا كَهَيْئَةِ الْعَلَقَةِ ثُمَّ نَبَذَهَا فَطَرَحَهَا، فَقَالَ لَهُ: أَدْخِلِ الرَّأْفَةَ وَ الرَّحْمَةَ فَإِذًا مِثْلُ الَّذِيْ أُخْرِجَ شِبْهُ الْفِضَّةِ ثُمَّ هَزَّ إِبْهَامَ رِجْلِي الْيُمْنَى فَقَالَ: أَعِدْ وَ أَسْلِمْ، فَرَجَعْتُ بِهَا أَعْدُوْ رِقَّةً عَلَى الصَّغِيْرِ، وَ رَحْمَةً لِلْكَبِيْرِ.

Sesungguhnya engkau telah menanyakan hal yang berbobot, hai Abū Hurairah! Sesungguhnya ketika usiaku menginjak sepuluh tahun lebih beberapa bulan, aku berada di padang sahara. Tiba-tiba aku mendengar pembicaraan di atas kepalaku, dan ternyata ada seorang laki-laki yang berbicara kepada laki-laki lainnya: “Apakah orang ini adalah dia?” Maka keduanya datang menyambutku dengan penampilan wajah yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya, dan sama sekali belum pernah pula aku melihat arwah seperti itu sebelumnya, dan belum pernah pula aku melihat pakaian yang dikenakannya pernah dikenakan oleh seseorang. Keduanya datang kepadaku dengan jalan kaki, hingga masing-masing dari keduanya memegang kedua lenganku, tetapi anehnya aku tidak merasa sentuhan tangan keduanya. Salah seorang berkata kepada yang lainnya: “Rebahkanlah dia.” Lalu keduanya merebahkan diriku tanpa paksa dan tanpa sulit. Kemudian salah seorangnya berkata kepada yang lainnya: “Belahlah dadanya,” maka salah seorangnya menurut penglihatanku membelah dadaku tanpa ada darah yang mengalir dan tanpa rasa sakit. Lalu berkata kepada yang membelahku: “Keluarkanlah iri hati dan dengki.” Lalu ia mengeluarkan sesuatu yang bentuknya seperti segumpal darah, kemudian ia membuangnya jauh-jauh. Dan berkata lagi ia kepada orang yang membelahku: “Masukkanlah lemah lembut dan kasih sayang.” Maka tiba-tiba ku lihat sesuatu sebesar apa yang baru dikeluarkan, bentuknya mengilap seperti perak (dimasukkan ke dalam dadaku), kemudian ia mengguncangkan jempol kakiku yang sebelah kanan, dan berkata: “Kembalikanlah ke semula dalam keadaan utuh.” Maka setelah itu aku pulang dengan berlari dan terasa dadaku dipenuhi oleh perasaan lembut terhadap anak kecil dan kasih sayang kepada orang dewasa.

Firman Allah s.w.t.:

وَ وَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ.

Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu, (Alam Nasyraḥ: 2)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

لِيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَ مَا تَأَخَّرَ

Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. (al-Fatḥ: 2)

Adapun firman Allah s.w.t.:

الَّذِيْ أَنْقَضَ ظَهْرَكَ.

Yang memberatkan punggungmu. (Alam Nasyraḥ: 3)

Al-inqādh artinya suara (tulang punggung bila memikul beban berat). Dan bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

الَّذِيْ أَنْقَضَ ظَهْرَكَ.

Yang memberatkan punggungmu. (Alam Nasyraḥ: 3)

Yakni membebanimu dengan beban yang berat. Dan mengenai firman selanjutnya:

وَ رَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ.

Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)-mu. (Alam Nasyraḥ: 4)

Mujāhid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah “tidaklah Aku disebut melainkan namamu disebut pula bersama-Ku” yaitu dalam kalimah “aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muḥammad adalah utusan Allah.” Qatādah mengatakan bahwa Allah meninggikan (mengangkat) sebutan namanya di dunia dan di akhirat. Maka tiada seorang khatib pun, tiada seorang yang membaca syahadat pun, dan tiada orang yang salat pun melainkan mengucapkannya, yaitu kalimah: “aku bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muḥammad adalah utusan Allah.”

Ibnu Jarīr mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yūnus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami ‘Amr ibnul Ḥārits, dari Dārij, dari Abul-Ḥaitsam, dari Abū Sa‘īd, dari Rasūlullāh s.a.w., bahwa beliau s.a.w. pernah bersabda:

أَتَانِيْ جِبْرِيْلَ فَقَالَ: إِنَّ رَبِّيْ وَ رَبَّكَ يَقُوْلُ: كَيْفَ رَفَعْتُ ذِكْرَكَ؟ قَالَ: اللهُ أَعْلَمُ قَالَ: إِذَا ذُكِرْتُ ذُكِرْتَ مَعِيْ

Jibril datang kepadaku dan berkata: “Sesungguhnya Tuhanku dan Tuhanmu pernah berfirman: “Tahukah kamu bagaimana Aku meninggikan sebutan (nama)mu?” Jibril menjawab: “Allah lebih mengetahui.” Allah berfirman: “Apabila nama-Ku disebut, maka disebut pula namamu bersama-Ku.”

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abī Ḥātim, dari Yūnus, dari ‘Abd-ul-A‘lā dengan sanad yang sama. Abū Ya‘lā meriwayatkannya melalui jalur Ibnu Lāhi‘ah, dari Dārij.

Ibnu Abī Ḥātim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abū Zar‘ah, telah menceritakan kepada kami Abū ‘Umar al-Haudhī, telah menceritakan kepada kami Ḥammād ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Atmā ibn-us-Sā’ib, dari Sa‘īd ibnu Jubair, dari Ibnu ‘Abbās yang mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda:

سَأَلْتُ رَبِّيْ مَسْأَلَةً وُدِدْتُ أَنِّيْ لَمْ أَسْأَلْهُ، قُلْتُ قَدْ كَانَ قَبْلِيْ أَنْبِيَاءُ مِنْهُمْ مَنْ سَخَّرْتَ لَهُ الرِّيْحَ وَ مِنْهُمْ مَنْ يُحْيِي الْمَوْتَى، قَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَلَمْ أَجِدْكَ يَتِيْمًا فَآوَيْتُكَ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: أَلَمْ أَجِدْكَ ضَالًّا فَهَدَيْتُكَ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: أَلَمْ أَجِدْكَ عَائِلًا فَأَغْنَيْتُكَ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: أَلَمْ أَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ؟ أَلَمْ أَرْفَعُ لَكَ ذِكْرَكَ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَبِّ.

Aku pernah menanyakan suatu masalah kepada Tuhanku, padahal aku tidak menginginkan untuk menanyakan hal itu kepada-Nya. Aku bertanya: “Sesungguhnya di antara nabi-nabi sebelumku ada yang telah Engkau tundukkan angin baginya, dan di antara mereka ada yang dapat menghidupkan orang mati.” Allah s.w.t. balik bertanya: “Wahai Muḥammad bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang yang yatim piatu, lalu Aku melindungimu?” Aku menjawab: “Benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman: “Bukanlah Aku mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Aku memberimu petunjuk?” Aku menjawab: “Benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman: “Bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Aku memberimu kecukupan.” Aku menjawab: “Benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman: “Bukankah Aku telah melapangkan dadamu, bukankah Aku telah meninggikan sebutan (nama) mu?” Aku menjawab: “Benar, ya Tuhanku.

Abū Na‘īm di dalam kitab Dalā‘il-un-Nubuwwah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abū Aḥmad al-Gathrifī, telah menceritakan kepada kami Mūsā ibnu Sahl al-Juwainī, telah menceritakan kepada kami Aḥmad ibn-ul-Qāsim ibnu Bahzan al-Haitī, telah menceritakan kepada kami Nashr ibnu Ḥammād, dari ‘Utsmān ibnu ‘Athā’, dari az-Zuhrī, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda:

لَمَّا فَرَغْتُ مِمَّا أَمَرَنِيْ بِهِ مِنْ أَمْرِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ قُلْتُ يَا رَبِّ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِيْ إِلَّا وَ قَدْ كَرَّمْتَهُ، وَ جَعَلْتَ إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلًا وَ مُوْسَى كَلِيْمًا، وَ سَخَّرْتَ لِدَاودَ الْجِبَالَ وَ لِسُلَيْمَانَ الرِّيْحَ وَ الشَّيَاطِيْنَ، وَ أَحْيَيْتَ لِعِيْسَى الْمَوْتَى فَمَا جَعَلْتَ لِيْ؟ قَالَ: أَوَ لَيْسَ قَدْ أَعْطَيْتُكَ أَفْضَلَ مِنْ ذلِكَ كُلَّهُ أَنِّيْ لَا أُذْكَرْ إِلَّا ذُكِرْتَ مَعِيْ وَ جَعَلْتُ صُدُوْرَ أُمَّتِكَ أَنَاجِيْلَ يَقْرَءُوْنَ الْقُرْآنَ ظَاهِرًا وَ لَمْ أَعْطِهَا أُمَّةً، وَ أَعْطَيْتُكَ كَنْزًا مِنْ كُنُوْزِ عَرْشِيْ لَا حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.

Setelah aku selesai dari menerima apa yang diperintahkan kepadaku menyangkut semua urusan langit dan bumi, lalu aku bertanya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada seorang nabi pun sebelumku melainkan Engkau telah memuliakannya; Engkau telah menjadikan Ibrāhīm sebagai Khalīl (kekasih), Mūsā sebagai Kalīm (yang Engkau ajak bicara langsung), Engkau telah tundukkan gunung-gunung bagi Dāūd, dan bagi Sulaimān angin dan semua setan, dan Engkau hidupkan bagi ‘Īsā orang-orang yang telah mati. Maka apakah yang Engkau berikan kepadaku?” Allah berfirman: “Bukankah Aku telah memberimu dari hal tersebut seluruhnya, bahwa sesungguhnya tidaklah nama-Ku disebut melainkan engkau disebut pula bersama-Ku; dan Aku telah menjadikan dada umatmu sebagai kitab-kitab, mereka dapat membaca al-Qur’ān secara hafalan, dan hal itu belum pernah Kuberikan kepada suatu umat pun. Dan Aku telah memberimu suatu perbendaharaan dari ‘Arasy-Ku, yaitu kalimah “tidak ada daya (untuk menghindar dari maksiat) dan tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *