Hati Senang

Surah asy-Syams 91 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Cover Buku Tafsir Hidayat-ul-Insan oleh Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsīru Hidāyat-il-Insān Judul Asli: (هداية الإنسان بتفسير القران) Disusun oleh: Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa Dari Situs: www.tafsir.web.id

Surah asy-Syams (Matahari)
Surah ke-91. 15 ayat. Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-10: Manusia diilhami Allah jalan yang buruk dan yang baik.

وَ الشَّمْسِ وَ ضُحَاهَا. وَ الْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا. وَ النَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا. وَ اللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا. وَ السَّمَاءِ وَ مَا بَنَاهَا. وَ الْأَرْضِ وَ مَا طَحَاهَا. وَ نَفْسٍ وَ مَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَ تَقْوَاهَا. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا. وَ قَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا.

  1. Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, (3164[efn_note]3164). Serta manfaat yang dihasilkan darinya.[/efn_note])
  2. demi bulan apabila mengiringinya, (3165[efn_note]3165). Yang terbit ketika matahari tenggelam.[/efn_note])
  3. demi siang apabila menampakkannya, (3166[efn_note]3166). Ke permukaan bumi.[/efn_note])
  4. demi malam apabila menutupinya, (3167[efn_note]3167). Ke permukaan bumi sehingga menjadikannya gelap gulita. Siang berganti malam, terang berganti gelap dan matahari berganti bulan dengan pergantiannya yang tertib dan teratur untuk maslahat hamba-hambaNya. Itu semua merupakan dalil terbesar yang menunjukkan bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengetahui segala sesuatu, berkuasa atas segala sesuatu, dan bahwa Dialah yang satu-satunya berhak disembah, sedangkan menyembah selain-Nya adalah batil.[/efn_note])
  5. demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan), (3168[efn_note]3168). Kata “” di ayat tersebut bisa sebagai isim maushul yang berarti “yang”, sehingga Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengan langit dan yang membangunnya, yaitu Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Bisa juga “” di sini sebagai mashdariyyah (kata kerja yang dibendakan), sehingga Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengan langit dan pembinaannya yang menakjubkan. Demikian pula pada kata “” pada ayat selanjutnya.[/efn_note])
  6. demi bumi serta penghamparannya, (3169[efn_note]3169). Sehingga manusia dapat memanfaatkannya, dengan membangun bangunan di atasnya, menggarap tanahnya, menanam tanaman dan tumbuhan di atasnya dan melakukan perjalanan di atasnya meskipun keadaannya bulat.[/efn_note])
  7. demi jiwa (3170[efn_note]3170). Jiwa di sini bisa tertuju kepada jiwa semua makhlūq hidup sebagaimana diperkuat oleh keumumannya, dan bisa juga maksudnya jiwa manusia yang sudah mukallaf (bāligh dan berakal) berdasarkan ayat setelahnya. Bagaimana pun juga, jiwa merupakan ayat Allah yang besar yang sangat tepat jika bersumpah dengannya, karena keadaannya yang halus dan ringan, cepat berpindah, bergerak, berubah, berpengaruh atau sensitive, merasakan sedih, gelisah, cinta dan benci, dsb. Jiwa adalah sesuatu yang jika badan kosong darinya, maka badan itu ibarat patung. Penyempurnaan kepada jiwa tersebut juga termasuk salah satu ayat Allah yang besar.[/efn_note]) serta penyempurnaan(ciptaan)nya,
  8. maka Dia (Allah) mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwāannya,
  9. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), (3171[efn_note]3171). Dari dosa dan menggantinya dengan iman dan ‘amal shāliḥ. Inilah jawab atau isi sumpahnya. Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengan ayat-ayat yang agung itu terhadap jiwa yang beruntung dan jiwa yang rugi.[/efn_note])
  10. dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (3172[efn_note]3172). Dengan maksiat.[/efn_note])

 

Ayat 11-15: Sikap melampaui batas yang tampak pada kaum Tsamūd.

كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ بِطَغْوَاهَا. إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا. فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ نَاقَةَ اللهِ وَ سُقْيَاهَا. فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا. وَ لَا يَخَافُ عُقْبَاهَا

  1. (Kaum) Tsamūd telah mendustakan (rasūlnya) karena mereka melampaui batas (zhālim dan sombong kepada kebenaran),
  2. ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, (3173[efn_note]3173). Untuk membunuh unta itu dengan keridhāan mereka. Orang yang membunuh itu menurut para mufassir bernama Qudar bin Salif.[/efn_note])
  3. lalu Rasūl Allah (Shāliḥ) berkata kepada mereka: “(Biarkanlah) unta betina dari Allah ini (3174[efn_note]3174). Ya‘ni janganlah membunuh unta dari Allah itu, yang Dia jadikan sebagai ayat-Nya yang besar bagi kamu, dan janganlah kamu balas nikmat Allah kepadamu dengan menjadikan kamu dapat mengambil air susu unta itu dengan malah membunuhnya.[/efn_note]) dengan minumannya. (3175[efn_note]3175). Sehari untuknya (unta itu) dan sehari untuk mereka secara bergiliran.[/efn_note])”
  4. Namun mereka mendustakannya dan membunuhnya (3176[efn_note]3176). Agar jatah minum unta itu untuk mereka.[/efn_note]), karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya (3177[efn_note]3177). Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengirimkan kepada mereka suara keras yang mengguntur dari atas mereka dan gempa dari bawah mereka, maka mereka pun mati bergelimpangan.[/efn_note]), lalu diratakan-Nya (dengan tanah).
  5. Dan Dia (Allah) tidak takut terhadap akibatnya. (3178[efn_note]3178). Bagaimana Allah subḥānahu wa ta‘ālā Yang Maha Kuasa dan perkasa takut terhadap akibat tindakan-Nya, padahal tidak ada satu pun makhlūq yang keluar dari kekuasaan dan pengaturan-Nya, dan Dia Maha Bijaksana terhadap ketetapan-Nya di alam semesta dan syarī‘at-Nya.[/efn_note])

Selesai tafsir surah asy-Syams dengan pertolongan Allah, taufīq-Nya dan kemudahan-Nya, wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.