Surah ash-Shaff 61 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (1/2)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah ash-Shaff 61 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Surah ash-Shaff (Barisan)

Surah ke-61. 14 ayat. Madaniyyah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Pengagungan bagi Allah subḥānahu wa ta‘ālā, peringatan kepada kaum mu’min agar tidak mengingkari janji dan ajakan kepada mereka untuk menyatukan barisan.

 

سَبَّحَ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

  1. (19631) (19642) Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbīḥ kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa (19653) lagi Mahabijaksana (19664).

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ.

  1. Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (19675)

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ.

  1. (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ.

  1. (19686) Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Ayat 5-6: Sikap orang-orang Yahūdī terhadap Nabi Mūsā dan Nabi ‘Īsā ‘alaihim-as-salām dan bagaimana keduanya mendapatkan gangguan di jalan Allah, di mana di sana terdapat hiburan bagi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam terhadap gangguan yang diterimanya dari kaum Quraisy.

وَ إِذْ قَالَ مُوْسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُوْنَنِيْ وَ قَدْ تَّعْلَمُوْنَ أَنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوْا أَزَاغَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ.

  1. Dan (ingatlah) ketika Mūsā berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku (19697), padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu?” (19708) Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran) (19719), Allah memalingkan hati mereka (197210). Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fāsiq (197311)

وَ إِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَ مُبَشِّرًا بِرَسُوْلٍ يَأْتِيْ مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوْا هذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ.

  1. (197412) Dan (ingatlah) ketika “Īsā putra Maryam berkata: “Wahai Bani Isrā’īl! (197513) Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu (197614), yang membenarkan kitāb (yang turun) sebelumku, yaitu Taurāt (197715) dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Aḥmad (Muḥammad) (197816).” Namun ketika Rasūl itu (197917) datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata (198018), mereka berkata (198119): “Ini adalah sihir yang nyata (198220).”

 

Catatan:

  1. 1963). Dārimī di juz 2 hal. 200 berkata: Telah mengabarkan kepada kami Muḥammad bin Katsīr, dari al-Auzā‘ī dari Yaḥyā bin Katsīr dari Abū Salamah dari ‘Abdullāh bin Salām ia berkata: “Sekelompok sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah duduk bersama kami lalu kami berbincang-bincang dan berkata: “Kalau kita mengetahui ‘amal apa yang paling dicintai Allah ta‘ālā tentu kita akan lakukan,” maka Allah ta‘ālā menurunkan ayat: “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.– Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” sampai akhirnya. ‘Abdullāh (bin Salām) berkata: “Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam membacakannya kepada kami sampai akhirnya.” Abū Salamah berkata: “Lalu (‘Abdullāh) ibnu Salām membacakannya kepada kami.” Yaḥyā berkata: “Lalu Abū Salamah membacakannya kepada kami,” dan Yaḥyā juga membacakannya kepada kami, demikian pula al-Auzā‘ī membacakannya kepada kami dan Muḥammad juga membacakannya kepada kami. (Hadits ini diriwayatkan oleh Aḥmad juz 5 hal. 452, Tirmidzī juz 4 hal. 199 dan ia menerangkan apa yang di sana berupa perselisihan terhadap al-Auzā‘ī, Ibnu Ḥibbān hal. 383 di Mawārid-uzh-Zham’ān, Ḥākim di juz 2 hal. 69, 229 dan 487, dan ia berkata pada tiga tempat tersebut: “Shaḥīḥ sesuai syarat Bukhārī dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkan, dan didiamkan oleh adz-Dzahabī dan pada tempat yang pertama ia menerangkan tentang perselisihan terhadap al-Auzā‘ī. Al-Ḥāfizh dalam al-Fatḥ juz 10 hal. 265: “Telah terjadi ‘mendengarkan surah ini’ secara berantai dalam hadits yang disebutkan pada bagian awalnya sebab turunnya, dan isnādnya shaḥīḥ. Sedikit sekali jika terjadi penyebutan secara berantai (pembacaan surah secara berantai) yang sepertinya dengan keadaannya yang bertambah ketinggiannya.” Ia (al-Ḥāfizh) juga berkata: “Hadits itu adalah hadits musalsal (berantai) yang paling shaḥīḥ.”
  2. 1964). Ayat ini menerangkan keagungan Allah subḥānahu wa ta‘ālā dan kekuasaan-Nya, di mana semua makhlūq tunduk kepada-Nya dan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi bertasbīḥ dengan memuji Allah, ber‘ibādah kepada-Nya dan meminta kebutuhan-Nya.
  3. 1965). Dia menundukkan segala sesuatu dengan keperkasaan dan kekuasaan-Nya.
  4. 1966). Dalam ciptaan-Nya dan dalam perintah-Nya.
  5. 1967). Ya‘ni mengapa kamu berkata tentang kebaikan dan mendorong orang lain kepadanya, bahkan terkadang kamu berbangga dengannya, namun kamu tidak melakukannya, dan kamu melarang mengerjakan keburukan bahkan terkadang kamu menganggap bersih dirimu, namun ternyata kamu malah dilumuri oleh dosa-dosa? Apakah keadaan yang tercela ini layak bagi orang-orang mu’min? Atau bukankah yang demikian termasuk sangat dibenci Allah, ya‘ni mengatakan apa yang tidak dikerjakannya? Oleh karena itu, sepatutnya bagi orang yang memerintahkan kepada kebaikan menjadi orang yang pertama melakukannya, dan orang yang melarang keburukan menjadi orang yang pertama paling jauh darinya. Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca kitāb? Maka tidakkah kamu berpikir?” (Terj. al-Baqarah: 44).
  6. 1968). Ayat ini merupakan dorongan dari Allah subḥānahu wa ta‘ālā kepada hamba-hamba-Nya untuk berjihad di jalan-Nya dan mengajarkan kepada mereka bagaimana yang seharusnya mereka lakukan, dan bahwa sepatutnya mereka berbaris secara rapi dalam jihad tanpa ada celah dalam barisan, di mana barisan mereka tersusun rapi dan tertib yang dengannya dicapai kesamaan antara para mujāhid, saling bantu-membantu, membuat musuh gentar dan membuat semangat. Oleh karena itulah, Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam apabila berperang menyusun barisan para sahabatnya dan merapikan posisi-posisi mereka sehingga tidak terjadi bersandarnya sebagian mereka kepada yang lain, bahkan masing-masing kelompok fokus di tempatnya dan mengerjakan tugasnya, sehingga dengan cara seperti ini sempurnalah amal dan tercapailah kesempurnaan.
  7. 1969). Dengan kata-kata dan perbuatan.
  8. 1970). Yang seharusnya dihormati, dimuliakan, diikuti perintahnya dan diikuti ketetapannya. Hal itu, karena rasūl telah berbuat baik kepada manusia yang seharusnya dibalas dengan kebaikan. Menimpalinya dengan keburukan merupakan tindakan kurang ajar, berani dan menyimpang dari jalan yang lurus.
  9. 1971). Dengan sengaja.
  10. 1972). Maksudnya karena mereka berpaling dari kebenaran, maka Allah membiarkan mereka sesat dan bertambah jauh dari kebenaran sebagai hukuman terhadap penyimpangan mereka atas pilihan mereka sehingga Allah tidak memberi mereka taufīq kepada petunjuk karena memang mereka tidak layak memperolehnya dan tidak cocok mendapatkan kebaikan.
  11. 1973) Yaitu mereka yang senantiasa berlaku fasik dan tidak ada maksud mencari petunjuk. Ayat yang mulia ini memberikan faedah bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā tidaklah menyesatkan seseorang karena Dia berbuat zhālim kepada mereka, bahkan karena keadilan-Nya dan bahwa mereka tidak memiliki ḥujjah terhadap-Nya. Yang demikian disebabkan oleh mereka sendiri; mereka tutup untuk diri mereka pintu petunjuk setelah mereka mengetahuinya sehingga Allah membalas mereka dengan menyesatkan dan menyimpangkan mereka serta membalikkan hati mereka sebagai hukuman dan keadilan dari-Nya.
  12. 1974). Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman memberitahukan tentang sikap keras kepala Bani Isrā’īl terdahulu yang telah diajak oleh Nabi ‘Īsā ‘alaih-is-salām.
  13. 1975). Beliau tidak mengatakan: “Wahai kaumku!” karena Beliau tidak memiliki kerabat dengan mereka.
  14. 1976). Ya‘ni Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengutusku untuk mengajak kamu kepada kebaikan dan melarang kamu dari keburukan, dan Dia menguatkanku dengan bukti-bukti yang nyata yang menunjukkan kebenaranku, yaitu keadaanku membenarkan kitāb (yang turun) sebelumku, yaitu Taurāt…dst.
  15. 1977). Ya‘ni aku datang dengan apa yang dibawa Nabi Mūsā ‘alaih-is-salām berupa kitab Taurāt dan syarī‘at-syarī‘at samawi (dari langit), kalau aku hanya mengaku saja sebagai nabi (padahal bukan nabi) tentu aku akan membawa sesuatu yang berbeda dengan apa yang dibawa para rasūl.
  16. 1978). Nabi ‘Īsā ‘alaih-is-salām sama seperti para nabi yang lain membenarkan nabi sebelumnya dan memberi kabar gembira dengan nabi yang akan datang setelahnya berbeda dengan para pendusta, di mana mereka bertentangan dengan para nabi dengan pertentangan yang keras dan menyelisihi mereka baik sifat maupun akhlāqnya, demikian pula dalam perintah dan larangannya.
  17. 1979). Yaitu Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  18. 1980). Yang menunjukkan bahwa Beliau benar-benar utusan Allah.
  19. 1981). Sambil menolak kebenaran dan mendustakannya.
  20. 1982). Hal ini termasuk hal yang paling aneh, Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang risalahnya begitu jelas, bahkan lebih jelas daripada sinar matahari dianggap sebagai pesihir. Bukankah ini merupakan kedustaan yang besar? Bagaimana bukan kedustaan yang besar karena menafikan bagi Beliau sesuatu yang telah jelas dari risālahnya dan menetapkan untuk Beliau sesuatu yang Beliau adalah orang yang paling jauh darinya?

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *