Surah an-Nashr 110 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Surah an-Nashr (Pertolongan)
Surah ke-110. 3 ayat. Madaniyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-3: Membicarakan tentang Fatḥu Makkah di mana ketika itu kaum muslimin menjadi mulia dan agama Islam tersebar ke jazīrah ‘Arab, dan tanda selesainya tugas Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

 

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَ الْفَتْحُ. وَ رَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَ اسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا.

  1. (33451). Apabila telah datang pertolongan Allah (33462). dan kemenangan, (33473)
  2. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong (33484) masuk agama Allah (Islam),
  3. maka bertasbīḥlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat. (33495)

Catatan:

  1. 3345). Dalam surah ini terdapat kabar gembira, perintah kepada Rasūl-Nya ketika memperoleh kabar gembira itu, isyarat dan pemberitahuan yang akan terjadi setelahnya.Kabar gembira itu adalah pertolongan Allah kepada Rasūl-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam, penaklukkan Makkah dan masuknya manusia secara berbondong-bondong kepada agama Allah, yakni banyak yang menjadi pemeluk agamnya dan pengikutnya setelah sebelumnya sebagai musuhnya, dan kabar gembira ini pun terjadi. Setelah hal itu terjadi, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan Rasūl-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk bersyukur kepada Tuhannya terhadap hal itu, bertasbīḥ dengan memuji-Nya dan meminta ampunan kepada-Nya. Sedangkan isyarat yang ada di sana ada dua isyarat:Pertama, isyarat bahwa pertolongan Allah itu akan terus berlanjut kepada agama ini dan akan bertambah ketika dilakukan tasbih sambil memuji-Nya dan beristighfar dari Beliau, karena hal ini termasuk syukur, sedangkan Allah subḥānahu wa ta‘ālā telah berjanji, bahwa jika manusia bersyukur, maka Dia akan menambah nikmat-Nya, dan hal ini terbukti, seperti yang terlihat di zaman para khulafā’ rāsyidīn dan setelahnya bahwa pertolongan Allah subḥānahu wa ta‘ālā senantiasa berlanjut kepada umat ini, sehingga agama Islam telah sampai kepada puncaknya yang tidak dapat ditandingi oleh agama-agama selainnya, dan telah masuk ke dalamnya manusia dalam jumlah yang banyak sampai terjadilah pada umat ini penyimpangan kepada perintah Allah, maka Allah menguji mereka dengan terpecah belahnya kalimat mereka dan terjadilah apa yang terjadi. Meskipun demikian, untuk umat dan agama ini ada rahmat dan kelembutan Allah subḥānahu wa ta‘ālā yang tidak disangka-sangka.

    Kedua, isyarat bahwa ajal Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam telah semakin dekat. Alasannya adalah bahwa umur Beliau adalah umur yang utama, dan sudah maklum bahwa hal-hal yang utama ditutup dengan istighfar seperti shalat, haji, dsb. Maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan Rasūl-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam memuji dan beristighfar dalam keadaan seperti ini sehingga terdapat isyarat bahwa ajalnya hampir tiba, oleh karena itu hendaknya Beliau bersiap-siap untuk bertemu Tuhannya dan mengakhiri umurnya dengan yang paling utama yang dapat Beliau lakukan. Oleh karena itulah, Beliau mena’wīlkan surah itu dan banyak mengucapkan dalam ruku‘ dan sujudnya, “Subḥānakallāhumma wa biḥamdika, Allāhummaghfirlī.” (artinya: Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah aku).

  2. 3346). Kepada Nabi-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam terhadap musuh-musuhnya.
  3. 3347). Yakni fatḥu (penaklukkan) Makkah.
  4. 3348). Setelah sebelumnya seorang demi seorang yang masuk Islam. Namun setelah penaklukkan Makkah, maka bangsa ‘Arab dari berbagai penjuru banyak yang datang menemui Beliau menyatakan diri masuk Islam.
  5. 3349). Dengan turunnya surah ini diketahui, bahwa ajal Beliau telah semakin dekat; penaklukkan Makkah terjadi pada bulan Ramadhān tahun ke-8 Hijriah, sedangkan wafatnya Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam pada bulan Rabī’-ul-Awwal pada tahun ke-11 Hijriah.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *