Surah ke 114; 6 ayat
An-Nās
(manusia)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Pembuka surah an-Nās
Orang yang disingkapkan berbagai rahasia tauhid dan keyakinan, dan dibukakan kepadanya berbagai petunjuk tentang rahasia agama yang benar dan jalan yang lurus; pasti mengetahui bahwa orang yang berpegang teguh pada taufiq Ilahi, harus senantiasa menjaga dirinya dari fitnah setan yang selalu membisikkan berbagai macam perbuatan jahat ke dalam hati manusia dan menjerumuskan mereka ke dalam musibah dan kesulitan yang berasal dari angan-angan dan khayalan palsu yang berkaitan dengan sifat kemanusiaan, sampai hati mereka menyimpang dan ia menyesatkan mereka dari jalan yang benar.
Karena itulah Allah s.w.t. mengajari Nabi s.a.w., untuk menyempurnakan pendidikannya dan mengingatkan orang yang mengikuti ajarannya dari kalangan kaum Mukmin, serta memberi petunjuk kepada mereka. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman kepada mereka dengan nama-Nya yang Maha Agung: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang mengatur semua kemaslahatan hamba-Nya sesuai dengan kedermawanan-Nya, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepada mereka dengan cara menempatkan mereka di bawah naungan perlindungan-Nya untuk menjaga mereka dari sesuatu yang dapat menzhalimi mereka, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada mereka dengan mengingatkan mereka pada sesuatu yang dapat membahayakan dan menyesatkan mereka, supaya mereka tetap memegang teguh ajaran agama yang benar dan tetap berada di jalan yang lurus.
Ayat 1.
(قُلْ) [Katakanlah] wahai Rasul yang paling sempurna, setelah Allah s.w.t. menempatkanmu di maqam tauhid dan memberi petunjuk kepadamu supaya kamu sampai di sumber lautan hakekat – yaitu keesaan zat – seraya meminta perlindungan kepada-Nya dan berpegang teguh pada tali penjagaan-Nya, (أَعُوْذُ) [Aku berlindung] dan memohon penjagaan (بِرَبِّ النَّاسِ) [kepada Rabb manusia] yang telah memunculkan mereka dari ketiadaan dan mengasuh mereka dengan berbagai macam kelembutan dan kemuliaan, karena Dia adalah:
Ayat 2.
(مَلِكِ النَّاسِ) [Raja manusia] dan:
Ayat 3.
(إِلهِ النَّاسِ) [Sembahan manusia]. Sebab semua muncul dari-Nya dan kembali kepada-Nya.
Ayat 4.
(مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ) [Dari kejahatan setan] yang membisiki dan mengobarkan fitrah dalam hati manusia, dan (الْخَنَّاس) [yang biasa bersembunyi], menghilang, dan menarik diri dari manusia. Setan merasa gembira saat bisa bersemayam dalam hati manusia. Namun pada saat manusia mengingat Allah s.w.t., ia bersembunyi dan menghilang. Dan ketika manusia melalaikan-Nya, ia akan kembali lagi bersemayam dalam hati manusia. Jadi antara mengingat Allah s.w.t. dengan kegelapan yang datang silih berganti; di mana ketika salah satunya datang, yang lain tersingkir. Ini sama halnya dengan angan-angan yang memberi bantuan pada saat pendahuluan, lalu pada saat suatu urusan sudah sampai di hasil akhir, ia kembali lagi pada kondisi awal dan terhalang. Jika dikatakan: “Mayit itu benda mati dan benda mati tidak perlu untuk ditakuti”, angan-angan akan menguatkan pernyataan ini. sedangkan pada saat dikatakan: “Mayit tidak takut kepadanya”, angan-angan akan lari seperti halnya keledai yang berlari kencang saat melihat singa.
Ayat 5.
(الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاس) [Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada (shadr – hati tahap pertama) manusia] ketika manusia lupa mengingat Rabb mereka, dan menyukseskan kebutuhan hawa nafsu yang berasal dari angan-angan mereka.
Ayat 6.
(مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ) [Dari jin dan manusia]. Kalimat ini berkedudukan sebagai penjelas bagi kata “bisikan”, atau berkaitan dengan pihak yang membisikkan. Maksudnya, setan membisikkan kejahatan ke dalam hati melalui bangsa jin dan manusia sendiri dengan cara menyusup ke dalam diri mereka. Keduanya – yaitu jin dan manusia – dapat menyebabkan bahaya dan menghasilkan manfaat dengan kekuatan dan kebebasan yang dimilikinya. Lalu mereka mengajukan permintaan dan harapan pada keduanya sehingga mereka pun jatuh dalam lumpur kebingungan dan jurang kesesatan.
Semoga Allah s.w.t. melindungi kita dan semua hamba-Nya dan keburukan dua kelompok ini, dengan keutamaan dan kedermawanan-Nya.
Penutup Surah an-Nās.
Wahai orang yang mencari keselamatan dan menginginkan keikhlasan, kamu harus berhati-hati jangan sampai kamu mengikuti hawa nafsu dan sibuk dengan syahwatmu.
Ketika manusia sudah mau mengikuti hawa nafsu dan menaati tuntutan kekuatannya, hatinya akan menjadi sarang setan dan bahan tambangnya. Sebab hawa nafsu adalah umpan dan tempat penggembalaan setan yang subur. Ketika manusia bisa melawan syahwat dan jiwanya tidak dikuasai olehnya, hatinya akan bersemayam di tempat malaikat.
Selama ingatan tentang dunia dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu masih menguasai hati, setan akan tetap menemukan kesempatan dan jalan yang luas untuk menyusupinya. Ia akan membisikinya dengan kejelekan dan hal-hal yang mengakibatkan keburukan serta melemparkannya ke jurang. Ketika hati berpaling dari syahwat dan melawannya sampai pada taraf yang memang seharusnya ia lakukan, lalu ia segera melakukan berbagai macam ketaatan sebagaimana yang seharusnya ia lakukan; maka Allah s.w.t. akan memberi inspirasi kepadanya untuk melakukan kebaikan-kebaikan, membantunya menemukan jalan keselamtan, dan memberinya petunjuk untuk meraih kebahagiaan surga. Ide yang terbersit dalam hati adalah pangkal segala perbuatan. Sebab ide menggerakkan keinginan, keinginan menggerakkan maksud dan niat, dan niat menggerakkan anggota tubuh dan mengokohkan aqidah.
Jika ide yang terbersit dalam hati berasal dari inspirasi yang terpuji, ia akan menghasilkan kemaslahatan dan kenikmatan. Sedangkan jika ia berasal dari bisikan setan, ia akan mendatangkan kerusakan dan kesengsaraan.
Semoga Allah s.w.t. melindungi kita dari tindakan melakukan perdamaian dengan jiwa dan membantu hawa nafsu, lalu membantu kita dalam melawan syahwat dan menentang kekuatan yang zhalim; melalui keagungan sang pemimpin umat manusia dan makhluk pilihan alam semesta, Nabi Muhammad s.a.w. Semoga Allah s.w.t. melimpahkan shalawat-Nya yang sempurna dan penghormatan-Nya yang suci kepada beliau, keluarganya, para istrinya yang suci, keturunannya yang terhormat, para khalifahnya, dan kepada semua sahabatnya.
“Ya Rabb, atas nama mereka dan keluarga mereka, segeralah limpahkan pertolongan dan kelapangan-Mu kepada kami.”
Wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.